Kanal24 – Kementerian Keuangan melaporkan bahwa kondisi perekonomian global hingga semester I tahun 2024 masih penuh ketidakpastian akibat tensi geopolitik di Timur Tengah dan perang Rusia-Ukraina. Suku bunga The Fed dan European Central Bank (ECB) yang tetap tinggi memberi tekanan pada sektor keuangan global, menyebabkan likuiditas ketat dan arus modal keluar di negara-negara emerging market. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global pun stagnan pada level 3,2 persen menurut World Economic Outlook IMF April 2024.
Dalam keterangan (10/9/2024), disebutkan di tengah ketidakpastian global ini, perekonomian Indonesia tetap stabil, ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi makro. Inflasi terkendali dengan harga pangan mulai menurun sejak Maret 2024. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selalu di atas nilai 100 hingga semester I tahun 2024, menunjukkan optimisme konsumen. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia tetap dalam zona ekspansif, menunjukkan resiliensi perekonomian domestik. Neraca perdagangan hingga akhir Mei 2024 mencatat surplus selama 49 bulan berturut-turut. Pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga kondusif untuk menopang pembiayaan APBN 2024 di tengah meningkatnya volatilitas pasar keuangan global.
Kinerja APBN hingga semester I 2024 tetap sehat dengan defisit terkendali, menunjukkan pengelolaan APBN yang hati-hati, antisipatif, responsif, dan suportif. Realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2024 sebesar 5,11 persen (yoy) diperkirakan tetap terjaga pada kisaran 5 persen sepanjang semester I 2024. Kinerja sektor riil tetap terjaga, didorong oleh konsumsi masyarakat pada Hari Besar Keagamaan Nasional (Ramadan-Lebaran).
Namun, tekanan volatilitas pasar keuangan global terhadap stabilitas pasar keuangan domestik masih berlangsung. Fluktuasi harga komoditas dunia juga mempengaruhi upaya pemerintah dalam mencapai target Pendapatan Negara. Beberapa kondisi ini berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan APBN pada paruh pertama 2024.
Realisasi pendapatan negara semester I 2024 mencapai Rp1.320 triliun atau 47,1 persen dari APBN 2024, terkontraksi 6,2 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023. Pendapatan ini berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan penerimaan hibah. Penurunan setoran tahunan dan angsuran PPh Badan, peningkatan restitusi, volatilitas harga komoditas, serta downtrading ke golongan rokok yang lebih murah mempengaruhi penerimaan perpajakan.
Realisasi Belanja Negara pada semester I 2024 mencapai Rp1.398,0 triliun atau 42,0 persen dari pagu APBN 2024, tumbuh 11,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp997,9 triliun (40,4 persen dari pagu APBN 2024) dan Transfer ke Daerah sebesar Rp400,1 triliun (46,7 persen dari pagu APBN 2024). Belanja Pemerintah Pusat digunakan untuk program-program yang dirasakan langsung oleh masyarakat seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Indonesia Pintar (PIP), Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako, dan pembayaran subsidi.
Pemerintah tetap berkomitmen menjaga langkah konsolidasi fiskal demi keberlangsungan pelaksanaan APBN 2024. Dengan kinerja Pendapatan Negara dan Belanja Negara yang ada, defisit APBN hingga semester I 2024 sebesar 0,34 persen terhadap PDB. Defisit ini menyebabkan realisasi Pembiayaan Anggaran semester I 2024 meningkat dibandingkan tahun lalu. Pembiayaan Anggaran dipenuhi melalui penerbitan utang yang dilaksanakan secara terukur dan hati-hati.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI pada Senin (8/07) menyatakan, “Selama satu semester ini, indikator ekonomi makro Indonesia serta realisasi APBN 2024 tercatat cukup baik.”
Stabilitas perekonomian dan kinerja APBN semester I 2024 menjadi fondasi kokoh untuk pelaksanaan APBN 2024. Namun, pemerintah tetap waspada terhadap tantangan ke depan berupa ketidakpastian global yang berdampak pada perekonomian nasional sepanjang tahun 2024.
Pemerintah akan terus berupaya menjaga pertumbuhan ekonomi di level 5 persen dan mengendalikan inflasi agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Upaya ini dilakukan melalui sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan sektoral dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan pemerintah daerah. Pemerintah juga akan mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber untuk melindungi masyarakat dan stabilisasi ekonomi dari guncangan global melalui optimalisasi belanja serta pengendalian risiko utang.
Outlook Penerimaan Perpajakan hingga akhir 2024 diperkirakan tumbuh positif, ditopang oleh PPh Nonmigas dan PPN, serta keberlanjutan reformasi perpajakan. Prognosis penerimaan kepabeanan dan cukai dipengaruhi oleh upaya pengawasan rokok ilegal dan harga komoditas utama. Kinerja PNBP semester II 2024 didorong oleh pendapatan Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND) dari dividen BUMN dan pendapatan layanan dari beberapa K/L, meskipun pendapatan SDA mengalami tantangan. Secara keseluruhan, PNBP diperkirakan mampu melebihi target APBN 2024.