KANAL24, Swiss – Ekspor perdagangan Indonesia ke Swiss pada triwulan I tahun 2022 ini melonjak tajam dibanding dengan triwulan I tahun 2021 (yoy).
Merujuk pada data Swiss Federal Office for Customs and Border Security (FOCBS) yang diakses pada awal Mei 2022, total nilai ekspor Indonesia pada triwulan I (Januari-Maret) 2022 sebesar 1.26 miliar dolar Amerika, sementara total nilai ekspor Indonesia ke Swiss pada triwulan 1 2021, sebesar 115.53 juta dolar Amerika. Dengan demikian, total nilai ekspor Indonesia ke Swiss pada triwulan I 2022 meningkat tajam (naik 998.08%) dibanding total nilai ekspor pada triwulan I 2021 (yoy).
Sementara itu, surplus neraca perdagangan Indonesia ke Swiss pada triwulan I 2022, sebesar 1.16 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp. 16.67 triliun, sementara surplus neraca perdagangan di periode yang sama tahun 2021 sebesar 19.38 juta dolar Amerika atau sekitar Rp. 277.96 miliar.
Meski demikian, impor Indonesia dari Swiss pada triwulan I 2022 meningkat 9.96% dibanding periode yang sama pada tahun 2021, yakni sebesar 105.73 juta dolar Amerika. Sementara total nilai impor Indonesia dari Swiss utk periode yang sama tahun 2021 adalah 96.15 juta dolar Amerika.
“Hal ini tentu merupakan kemajuan yang signifikan bagi hubungan ekonomi Indonesia dan Swiss, tidak hanya karena jalur distribusi yang membaik, namun juga karena optimisme yang berkembang paska Indonesia – EFTA CEPA sejak akhir tahun lalu” Ujar Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad, Kamis (12/5/2022).
Sejak Indonesia EFTA CEPA berlaku, Swiss dan Liechtenstein menghapus 7.042 Pos Tarif (81,74%) atau 99.65% dari nilai impor komoditas Swiss dari Indonesia. Pada triwulan I 2022, hampir semua komoditas utama Indonesia ke Swiss mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan I 2021.
Komoditas utama yang mengalami kenaikan secara signifikan antara lain Emas, logam mulia dan perhiasan (HS 71) naik hingga 679.26%, Kimia Organik (HS 29) naik sebesar 152.61%, dan furniture (HS 94) kenaikannya mencapai 34.62%. Sementara komoditas utama yakni, mesin turbin dan suku cadang (HS 84), produk tekstil bukan rajutan (HS 62) dan minyak atsiri (HS 3301.29) mengalami penurunan, yakni secara berurutan sebesar 13.94%, 8.64% dan 8.41% pada triwulan I 2022 dibanding triwulan I 2021.(sdk)