Kanal24, Malang – Kasus gigitan ular yang terjadi pada seorang siswa di salah satu SD di Kota Malang menjadi peringatan akan bahaya nyata yang dapat mengancam keselamatan anak-anak. Gigitan ular tidak hanya menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, tetapi juga bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Ancaman ini serius bagi anak-anak Sekolah Dasar (SD) di berbagai wilayah, menimbulkan keprihatinan di kalangan orang tua dan pendidik.
Sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan memberikan pengetahuan tentang bahaya gigitan ular kepada anak-anak SD, Program Studi Kedokteran Emergensi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (EM FKUB) bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Ahli Emergensi Indonesia (Perdamsi) Malang melaksanakan serangkaian kegiatan Pengabdian Masyarakat di SDN Kidul Dalem 1 Kota Malang (11/6/2024).
Dalam keterangan yang diterima Kanal24 (25/6/2024) Ketua Pelaksana Pengmas, dr. Munsifa Zaiyanah, Sp. EM., K. Tox, menyampaikan bahwa kegiatan ini menekankan pentingnya kesadaran akan bahaya gigitan ular di kalangan anak-anak.
“Anak-anak seringkali tidak menyadari potensi bahaya yang ada di sekitar mereka, termasuk keberadaan ular. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan pendidikan tentang identifikasi ular berbahaya, serta langkah-langkah pertolongan pertama yang harus diambil jika terjadi gigitan,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Perdamsi Malang Raya, dr. Bobi Prabowo, M. Biomed., Sp. EM, menyampaikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan beban kasus gigitan ular yang sangat tinggi.
“Khususnya bagi masyarakat yang bekerja di bidang pertanian yang saat ini dianggap sebagai populasi beresiko tinggi terkena gigitan ular. Selain Indonesia, negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Myanmar juga mengalami beban penyakit yang sama di kawasan Asia Tenggara,” jelasnya.
dr. Bobi Prabowo, yang juga merupakan Direktur RSUD Kanjuruhan Malang, menambahkan bahwa berdasarkan data epidemiologi di Indonesia, kasus gigitan ular sangat sedikit dan hanya berasal dari rumah sakit.
“Pada tahun 1996-1998, terdapat 180 kasus gigitan di RS Hasan Sadikin Bandung dan RS Rujukan Cipto Mangunkusumo hanya ada 42 laporan kasus gigitan ular. Semoga dengan adanya kegiatan ini, masyarakat mampu mendapatkan edukasi pencegahan dan pengendalian gigitan ular pada Sekolah Dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat awam dalam melakukan pencegahan dan penanganan awal gigitan ular,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Kidul Dalem 1, Firda Yossi, S.Pd., menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian dari para dokter emergensi FKUB/RSSA. “Kami sangat berterima kasih karena bisa mendapatkan tambahan ilmu dan wawasan dalam penanganan kegawatdaruratan, khususnya dalam penanganan gigitan ular di lingkungan sekolah kami,” ungkapnya.
Firda Yossi juga menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan wujud kerja sama antara Kedokteran Emergensi FKUB dan SDN Kidul Dalem 1, sebagai respons terhadap kasus gigitan ular yang terjadi pada seorang siswa bulan Mei lalu. “Alhamdulillah, siswa yang bersangkutan langsung mendapatkan penanganan yang baik oleh tim dokter IGD RSSA. Kami menyambut baik dan antusias adanya ilmu baru ini. Semoga kerja sama ini terus dilanjutkan dan diaplikasikan di sekolah, di rumah, dan di masyarakat,” harapnya.(din/ank)