Kanal24, Malang – Stigma negatif terhadap epilepsi masih menjadi hambatan besar bagi penderita untuk mendapatkan perlakuan yang setara. Minimnya pemahaman masyarakat menyebabkan banyak anak dengan epilepsi mengalami diskriminasi, bahkan terhambat akses pendidikannya. Menyikapi hal ini, edukasi publik menjadi langkah penting agar persepsi yang keliru bisa diubah sejak dini.
Untuk itu, Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) Malang bersama RSUD dr. Saiful Anwar (RSSA) menggelar Workshop Epilepsy Smart School dalam rangka memperingati World Epilepsy Day 2025, Sabtu (16/8/2025). Kegiatan ini mengusung tema “Know the Signs, Break the Stigma — Together Against Epilepsy” dengan fokus pada edukasi publik dan kampanye melawan stigma epilepsi.
Baca juga : Divisi Tropik Infeksi FKUB-RSSA Ingatkan Bahaya Penyakit Leptospirosis
Acara berlangsung di Gedung GPT 1 Lantai 5 RSSA Malang (Ruang Dalhar), diikuti oleh guru dan siswa dari 15 sekolah SD, SMP, hingga SMA se-Kota Malang, baik negeri maupun swasta. Workshop dibuka oleh Ketua Program Studi Neurologi FKUB sekaligus ketua panitia penyelenggara, Dr. dr. Machlusil Husna, Sp.N (K).
“Dengan pengetahuan yang tepat, kita bisa menghapus stigma negatif yang masih melekat di masyarakat, memberikan pertolongan pertama yang benar, dan menciptakan lingkungan ramah bagi pasien epilepsi. Ini adalah tanggung jawab kita bersama,” tegas dr. Machlusil dalam sambutannya.

Edukasi Pengenalan Hingga Penanganan Kejang
Tiga narasumber hadir membawakan materi edukatif, yakni dr. Novita Titis Harbiyanti, Sp.N dengan materi pengenalan epilepsi, dr. Ria Damayanti, Sp.N(K), M.Biomed tentang stigma epilepsi, serta Dr. dr. Machlusil Husna, Sp.N(K) yang mengulas langkah-langkah penanganan pertama saat kejang.
Selain sesi materi, peserta mengikuti simulasi pertolongan pertama pada kejang serta lomba poster tematik anti stigma epilepsi. Kegiatan ini ditutup dengan pembacaan Deklarasi Hari Epilepsi Sedunia, yang menekankan bahwa epilepsi bukan penyakit menular, anak dengan epilepsi berhak hidup normal, berprestasi, dan harus didukung tanpa diskriminasi.

Antusiasme Tinggi dari Guru dan Pelajar
Sepanjang acara, antusiasme peserta sangat terlihat. Salah satu guru menyampaikan apresiasinya dan berharap kegiatan edukasi seperti ini dapat dilaksanakan secara rutin dengan kampanye lebih masif agar pemahaman masyarakat meningkat.
Acara diakhiri dengan sesi foto bersama serta komitmen peserta untuk terus menyebarkan informasi positif tentang epilepsi. Melalui workshop ini, diharapkan masyarakat, khususnya pelajar dan guru, semakin memahami epilepsi dan berperan aktif menciptakan lingkungan inklusif yang bebas stigma.(Din)