oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Komunikasi yang harmonis adalah salah satu tujuan dari komunikasi pelayanan publik khususnya dalam menjalin hubungan antara lembaga layanan dengan para pelanggannya yaitu masyarakat penerima layanan. Hubungan baik antara pemberi layanan dan penerima layanan haruslah terjalin dengan baik agar ada proses kesepemahaman antar keduanya. Pemberi layanan dapat mengetahui kebutuhan masyarakat sehingga akan dengan mudah dalam menyusun strategi pelayanan. Sementara bagi penerima layanan juga dapat mengetahui keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki oleh pemberi layanan sehingga bersedia menghadapi realitas dengan penerimaan yang baik. Hubungan baik keduanya akan terbangun dengan baik manakala terjalin silaturrahim antara keduanya.
Silaturahmi berasal dari gabungan dua kata yaitu pertama, shilah yang artinya hubungan dan kedua adalah rahim artinya kerabat. Rahim sendiri juga berasal dari Ar Rahmah yang berarti kasih sayang. Sehingga silaturrahim bisa bermakna suatu hubungan yang dilakukan dengan tujuan untuk meneguhkan kasih sayang diantara sesama.
Prinsip silaturrahim mengajarkan tentang keramahan dan kesediaan menjalin komunikasi yang baik dengan terus menyapa orang lain dan memberikan kepedulian serta perhatian kepada mereka. Silaturrahim mengajarkan tentang inisiatif dalam memberikan kebaikan kepada orang lain. Kesemua sikap positif ini akan menggugah sikap simpati orang lain yang menghadirkan perhatian, kepedulian serupa (mutual understanding), dukungan hingga loyalitas. Dalam bahasa hadits hal tersebut disebut dengan bertambahnya rezeqi dan panjang umur. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa ingin dibentangkan pintu rizki untuknya dan dipanjangkan ajalnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi.” (HR. Bukhari no.5526)
Bertambahnya rezeqi adalah bermula dari adanya perhatian dan kepedulian serta dukungan dari orang lain atas diri kita sebagai akibat atau hasil atas jalinan kebaikan yang telah diberikan berupa perhatian penuh dari pemberi atau petugas layanan berupa kemudahan dan kecepatan layanan melalui berbagai program kretifitas dan inovasi yang dirancang untuk melayani publik.
Panjang umur adalah berupa bertahannya ingatan seseorang atas keberadaan orang lain sekalipun secara fisik telah lama tidak berjumpa ataupun tiada. Dalam konteks pelayanan maka panjang umur sebagai dampak dari jalinan hubungan yang baik dengan pelanggan akan menghasilkan kesan atau citra positif (positive image) dari para pelanggan atau publik terhadap pemberi layanan hingga melahirkan loyalitas dari para pelanggan sebab kebaikan sikap dan jalinan komunikasi yang telah dibangun sebelumnya. Inilah makna silaturrahim dalam pelayanan.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB