Kanal24 – Cuaca dingin di tengah musim kemarau ini, terlepas dari hujan atau tidaknya, rupanya berkaitan dengan fenomena bediding. Simak fakta-faktanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau 2024 sudah mulai berlangsung sejak April. Hanya saja, sebagian masyarakat merasakan suhu dingin luar biasa. Kok bisa?
Ternyata ini berkaitan dengan fenomena bediding. Istilah ini diambil dari kata bahasa Jawa ‘bedhidhing’, yang mendeskripsikan perubahan suhu mencolok khususnya di awal musim kemarau.
Suhu udara sangat dingin di malam sampai pagi hari, sedangkan siang hari terasa panas menyengat.
1. Fenomena Alami
Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alami yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli-September). Periode puncak musim kemarau ditandai pergerakan angin dari arah timur, berasal dari benua Australia.
2. Dampak Musim Dingin Australia
Pada Juli, Australia sedang berada dalam periode musim dingin. Tekanan udara yang relatif tinggi di Australia mengakibatkan pergerakan massa udara dari Australia ke Indonesia atau dikenal dengan Monsoon Dingin Australia.
Angin bertiup melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin. Akibatnya, suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama di selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.
3. Clear Sky
Fenomena bediding Juli 2024 ditandai dengan penurunan jumlah awan hujan sehingga suhu di malam hari turun. Hal ini disebabkan tidak ada uap air dan air penyebab energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi di malam hari tidak tersimpan di atmosfer.
Selain itu, langit cenderung bersih (clear sky) membuat panas radiasi balik gelombang panjang langsung dilepas ke atmosfer luar. Udara dekat permukaan pun terasa lebih dingin di malam hingga pagi.
4. Fenomena Embun Upas
Di beberapa daerah, fenomena bediding Juli 2024 memicu kejadian aneh seperti fenomena embun upas di Dieng, Jawa Tengah.
Di Dieng, biasa ditemukan dedaunan dan rumput-rumput seolah tertutup salju. Embun upas sebenarnya embun yang membeku jadi es akibat suhu yang turun mencapai nol derajat atau minus.
Fenomena bediding ini bukan hanya sekadar perubahan suhu biasa, namun juga mempengaruhi aktivitas sehari-hari masyarakat, terutama di daerah pegunungan yang merasakan suhu lebih ekstrem. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah dengan suhu rendah, disarankan untuk mempersiapkan diri dengan pakaian hangat dan menjaga kesehatan agar tidak mudah terserang penyakit akibat perubahan suhu yang ekstrem. BMKG juga terus memantau perkembangan cuaca dan memberikan informasi terkini agar masyarakat dapat beradaptasi dengan kondisi cuaca yang ada.
Fenomena bediding menunjukkan betapa dinamisnya cuaca di Indonesia, yang meskipun berada di daerah tropis, masih dipengaruhi oleh kondisi cuaca dari benua lain. Dengan memahami fenomena ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menghadapi perubahan cuaca dan menjaga kesehatan serta keselamatan diri.
Menyikapi Fenomena Bediding
Untuk menyikapi fenomena bediding ini, beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
- Memperbanyak Konsumsi Air Hangat: Mengonsumsi air hangat dapat membantu menjaga suhu tubuh tetap stabil.
- Menggunakan Pakaian Hangat: Pakaian hangat seperti jaket, selimut tebal, dan kaus kaki dapat membantu mengurangi rasa dingin.
- Menjaga Kebersihan Lingkungan: Kebersihan lingkungan dapat membantu mencegah penyakit yang sering muncul di musim kemarau.
- Mendapatkan Informasi Cuaca Terkini: Selalu mengikuti informasi cuaca dari BMKG atau sumber terpercaya lainnya agar dapat mempersiapkan diri dengan baik.
Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat melalui fenomena bediding ini dengan lebih baik dan tetap sehat. (nid)