Kanal24, Malang – Transformasi digital yang semakin masif membawa tantangan besar bagi dunia pendidikan Indonesia. Di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), lembaga pendidikan dituntut untuk adaptif dalam mempersiapkan generasi muda. Kecerdasan buatan (AI) kini dipandang sebagai peluang strategis sekaligus tantangan yang perlu diarahkan agar benar-benar mendukung terwujudnya visi Indonesia Emas 2045.
Menjawab hal tersebut, Laboratorium Teknologi Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) menggelar talk show “Menghadapi AI di Era VUCA: Peluang dan Tantangan Pendidikan Indonesia untuk Mencapai Generasi Emas 2045” pada Rabu (17/9/2025) di Auditorium Raden Wijaya, Gedung E Lantai 10 FIA UB. Acara hybrid ini menarik antusiasme luas, diikuti mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, guru, yayasan pendidikan, hingga perwakilan pemerintah daerah.
Baca juga:
Manajemen Talenta Nasional Cetak Penulis Muda

Pentingnya Fondasi Analog di Era Digital
Dalam sesi pertama, Wempi Naviera, S.AB., M.AB., Kepala Subbagian Akademik FIA UB, menekankan bahwa penguasaan keterampilan dasar tetap menjadi pondasi utama sebelum memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Penggunaan AI adalah sarana untuk memperlengkapi diri. Namun setiap orang tetap harus memiliki skill yang baik agar tidak terombang-ambing dalam transformasi digital,” jelas Wempi.
Ia menegaskan, efektivitas AI sangat bergantung pada bagaimana manusia berinteraksi dengan teknologi tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa dan generasi muda dituntut untuk membangun keterampilan personal yang kokoh, kemudian menjadikan AI sebagai pelengkap dalam proses belajar maupun bekerja.
Peluang dan Tanggung Jawab Pendidikan di Era VUCA
Sesi berikutnya menghadirkan I Gede Eko Putra Sri Sentanu, S.AP., M.AP., Ph.D., Ketua Laboratorium Teknologi Administrasi Pendidikan FIA UB. Ia menyebut, kehadiran AI di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) merupakan peluang sekaligus tantangan besar yang harus dijawab dengan sikap bijak.
“Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman menyeluruh tentang bagaimana dunia pendidikan bisa menyikapi transformasi digital dengan bertanggung jawab,” jelasnya.
Eko menambahkan, talk show ini mempertemukan berbagai perspektif dari praktisi pendidikan, baik dosen, tenaga kependidikan, maupun guru dan yayasan. Diskusi lintas kalangan ini diharapkan mampu memberi sudut pandang beragam mengenai pemanfaatan AI yang relevan di dunia pendidikan.
Antusiasme Peserta dari Berbagai Kalangan
Kegiatan talk show ini mendapatkan sambutan hangat dari para peserta, baik yang hadir langsung maupun secara daring. Tidak hanya mahasiswa FIA UB, acara ini juga diikuti oleh mahasiswa universitas lain, dosen dari berbagai kampus, serta perwakilan pemerintah kabupaten.
“Animo peserta sangat tinggi, baik secara offline maupun online. Hal ini menunjukkan bahwa topik pemanfaatan AI dalam pendidikan menjadi perhatian bersama,” kata Eko.
Materi yang disampaikan pemateri menekankan kesiapan sumber daya manusia dalam mengantisipasi perubahan zaman, serta bagaimana pendidikan dapat memainkan peran strategis menuju tercapainya visi Generasi Emas 2045.

Baca juga:
Pendidikan Gratis Pasca Putusan MK: Antara Janji Konstitusi dan Political Will Pemerintah
Harapan Keberlanjutan Kegiatan
Sebagai penutup, kedua narasumber berharap kegiatan serupa tidak berhenti pada satu forum saja. Diskusi berkelanjutan diperlukan agar mahasiswa, tenaga pendidik, dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan dapat terus memperoleh wawasan terbaru mengenai perkembangan AI.
“Kami ingin agar kegiatan seperti ini terus berlanjut dengan menghadirkan pemateri yang kompeten, sehingga kita semua semakin siap menghadapi tantangan era digital,” ungkap Eko.
Dengan semangat kolaborasi dan pemanfaatan teknologi secara bijak, talk show ini menjadi salah satu langkah nyata FIA UB dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan dan peluang besar menuju Indonesia Emas 2045. (nid/dpa)