Kanal24, Malang – Rendahnya literasi keuangan di kalangan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) masih menjadi tantangan besar di Indonesia, termasuk di Malang Raya. Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68 persen.
Angka ini masih tergolong rendah, terutama bagi sektor UMKM yang seringkali mengandalkan intuisi dalam mengelola usaha, tanpa didukung pencatatan keuangan yang rapi dan perencanaan investasi yang matang. Kondisi tersebut membuat banyak UMKM rentan menghadapi masalah permodalan, bahkan tidak jarang terjebak pada pinjaman berbunga tinggi yang justru melemahkan bisnis.
Baca juga:
UB Gandeng Pemprov Maluku Utara, Siapkan Generasi Emas dari Timur

Berangkat dari persoalan ini, Tim Dosen Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Edukasi Investasi Emas untuk Memperkuat Ekonomi UMKM pada Komunitas UMKM MBOIS Malang Raya” pada Sabtu (26/07/2025). Acara yang dilaksanakan di Markas Komunitas MBOIS, Bukit Cemara Tujuh Blok AA No.14, Dau, Kabupaten Malang, ini diikuti 40 pelaku UMKM dari berbagai bidang usaha, mulai dari kuliner, fesyen, hingga produk kerajinan. Empat dosen FIA UB turut hadir untuk memberikan pembekalan.
Ketua Tim, Arik Prasetya, S.Sos., M.Si., Ph.D., menegaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman baru bahwa emas tidak hanya sebagai simpanan, melainkan juga instrumen produktif untuk mendukung permodalan usaha. “Kami ingin para pelaku UMKM menyadari bahwa ada instrumen keuangan yang aman dan relatif stabil yang bisa menjadi solusi alternatif dalam mengelola modal. Emas bisa berfungsi sebagai tabungan, jaminan, hingga sumber dana cepat tanpa harus terjebak utang konsumtif,” ujarnya.
Literasi Keuangan sebagai Fondasi Bisnis

Sesi pertama menghadirkan Reika Happy, S.A.B., M.A.B., dosen sekaligus staf ahli Program Studi Magister Administrasi Bisnis FIA UB. Happy menyoroti bahwa kelemahan paling mendasar yang sering dihadapi UMKM bukan terletak pada produk, melainkan manajemen keuangan. Banyak pelaku usaha masih mengandalkan pencatatan manual atau bahkan tidak melakukan pencatatan sama sekali, sehingga arus kas bercampur dengan kebutuhan pribadi.
Happy menekankan pentingnya pencatatan keuangan yang rapi, terstruktur, dan disiplin. Ia juga mengajak pelaku UMKM mengubah pola pikir dari sekadar mengandalkan utang konsumtif menuju investasi produktif. “Salah satu instrumen yang bisa dipertimbangkan adalah emas, karena nilainya relatif stabil, tahan inflasi, dan mudah dicairkan kembali jika dibutuhkan,” jelasnya.
“Emas Setara Kas” sebagai Instrumen Permodalan
Materi berikutnya dibawakan oleh Nur Fauzatul Maulidiyah, S.Pd., praktisi sekaligus branch manager eoa gold store Malang. Dalam paparannya bertajuk “Emas Setara Kas: Tingkatkan Kuantitas Bisnis dengan Emas”, ia menjelaskan bahwa emas bisa diposisikan sebagai hedging asset yang tidak hanya menjaga nilai harta, tetapi juga berfungsi sebagai sumber modal usaha melalui skema gadai produktif.
Nur Fauzatul memaparkan 14 manfaat emas, di antaranya nilai tetap terjaga, harga cenderung naik, tahan inflasi, dan fleksibilitas tinggi. Ia memberikan tips sederhana: pertama, menghitung kebutuhan modal usaha dan mengonversinya ke nilai emas; kedua, memanfaatkan skema gadai emas sebagai solusi pencairan dana cepat dengan biaya titip rendah; dan ketiga, menggunakan hasil dana gadai untuk menambah aset produktif atau memperbesar skala usaha.
Ia juga menekankan perbedaan emas batangan dan emas perhiasan. Untuk investasi jangka panjang, emas batangan lebih menguntungkan karena selisih harga jual-beli lebih kecil. Sementara emas perhiasan lebih cocok untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif atau jangka pendek. “Pelaku UMKM harus bijak memilih bentuk emas sesuai tujuan finansialnya,” tegasnya.
Antusiasme Peserta dan Apresiasi Komunitas
Selama sesi tanya jawab, peserta aktif mengajukan pertanyaan, mulai dari teknis pembelian emas, perbandingan tabungan emas digital dengan emas fisik, hingga cara mengatur pencatatan jika modal usaha sebagian besar berbasis emas. Diskusi berjalan interaktif, mencerminkan tingginya ketertarikan UMKM terhadap tema ini.
Ketua Komunitas UMKM MBOIS, Rully Heri Suswoyo, menyampaikan apresiasi atas inisiatif FIA UB. Menurutnya, kegiatan ini membuka wawasan baru bagi para anggota komunitas. “Selama ini kami melihat emas hanya sebagai investasi pribadi. Setelah mendapat penjelasan, ternyata emas bisa menjadi tambahan modal tanpa harus menjual aset. Kami berharap program ini berlanjut dengan pendampingan intensif, magang mahasiswa, hingga kemitraan kampus dengan UMKM,” ungkapnya.

Baca juga:
FIA UB Kukuhkan Integritas di Ordik Pascasarjana 2025
Komitmen Berkelanjutan FIA UB
Acara ditutup pada pukul 12.00 WIB dengan pengisian kuesioner evaluasi oleh peserta. Suasana seminar berlangsung hangat karena diikuti puluhan UMKM dari beragam sektor usaha yang turut berbagi pengalaman mereka. FIA UB menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan program pengabdian yang berkelanjutan, tidak hanya sebatas seminar, tetapi juga melalui pendampingan lapangan, konsultasi bisnis, dan kolaborasi riset terapan.
Dengan edukasi investasi emas ini, diharapkan UMKM di Malang Raya semakin memiliki ketahanan finansial, mampu memperluas jaringan bisnis, serta lebih siap menghadapi tantangan persaingan ekonomi. Penguatan literasi keuangan menjadi fondasi penting dalam menciptakan ekosistem usaha kerakyatan yang tangguh dan berdaya saing. (nid)