KANAL24, Jakarta – Terkait resminya Kalimantan Timur sebagai ibu kota negara yang baru, ternyata tidak membuat PT Astra International Tbk (ASII) untuk memiliki rencana ekspansi.
Padahal saat ini perusahaan memiliki aset berupa pelabuhan dan jaringan bisnis lainnya yang terkait dengan tambang dan perkebunan. Apalagi ASII melalui Grup United Tractors juga memiliki cabang di Kaltim karena konsumennya memiliki area tambang di lokasi ibu kota baru itu.
Belum adanya rencana itu diakui oleh Head of Investor Relation ASII, Tira Ardianti, di Jakarta, Selasa (27/8).
“Meskipun memiliki aset di Kalimantan Timur, perseroan belum memiliki rencana untuk melakukan ekspansi,” kata Head of Investor Relation Astra International, Tira Ardianti, seperti dikutip Bisnis di Jakarta, Selasa (27/8).
Adapun hingga saat ini, selain United Tractors (UNTR), ASII memiliki aset berupa pelabuhan dan jaringan bisnis lainnya yang terkait dengan tambang dan perkebunan.
Berdasar laporan tahunan 2018,ASII tercatat memiliki aset pelabuhan laut Eastkal di Penajam, Kaltim, melalui entitas anaknya PT Astra Infra. Pelabuhan tersebut dimiliki setelah mengakuisisi PT Pelabuhan Penajam Benua Taka pada 2013 lalu dan memiliki gudang seluas 1.250 meter persegi.
Kehadiran pelabuhan tersebut guna mendukung kegiatan hulu migas dengan menawarkan layanan shore base untuk berbagai pelanggan.Langkah strategi itu juga bersinergi dengan operasional pilar bisnis Grup Astra lainnya, terutama alat berat.
Dalam perkembangan terkini ASII justru semakin terpikat untuk memperbesar ekspansi ke bisnis digital. Perseroan menyebut akan menambah porsi investasi ke sektor tersebut.
Menurut Presiden Direktur ASII, Prijono Sugiarto, perseroan siap untuk menyuntikkan investasi ke perusahaan rintisan dalam negeri. Strategi tersebut guna memperluas pangsa pasar ASII.
“Kita masuk ke era digitalisasi, cuma dengan produk yang ada saja tidak cukup. Kami selalu merevitalisasi apa yang kami perlukan ke masyarakat,” ujarnya seperti dikutip Kontan, di Jakarta, Senin (26/8).
Pada tahun ini, ASII kembali menyuntikkan dana segar Gojek. Dengan demikian, total investasi ASII ke Gojek sudah senilai US$250 juta atau sekitar Rp3,5 triliun.
Prijono mengungkapkan bahwa investasi ASII di bidang digital tidak hanya mengalir ke Gojek. Perseroan hingga saat ini terus berinvestasi digital di internal maupun eksternal Grup Astra. Ke depannya, perseroan akan terus memperbesar porsi investasinya.
Menurutnya, ASIImasih memiliki ruang yang cukup luas untuk melakukan investasi. Sebab, rasio utang bersih di luar jasa keuangan terhadap total ekuitas (net debt to equity ratio/DER) perseroan masih relatif rendah.
Per 30 Juni 2019, net debt ASII sebesar Rp23 triliun dan total ekuitas Rp176 triliun sehingga rasionya sekitar 13%.
“By developing bisa [investasinya], acquire bisa. At the moment by developing. Headroom-nya masih besar, kalau memang diperlukan kami akan berutang,” jelasnya