KANAL24, Jakarta – Kementerian BUMN menyebutkan,alasan mengapa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tidak dimasukkan dalam anggota holding BUMN sektor aviasi dan pariwisata adalah beban utang dan permasalahan di BUMN penerbangan itu.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menyatakan, Kementerian BUMN meminta manajemen Garuda untuk fokus menyelesaikan kemelut yang dialami seperti restrukturisasi utang dan berbagai persoalan lainnya agar perusahaan bisa kembali sehat. Pemerintah tidak ingin holding perusahaan BUMN justru akan menjadi beban bagi anggota holding lainnya, karena salah satunya sedang mengalami persoalan berat.
“Kita belum masukkan Garuda ke holding sebab nanti menjadi tidak baik kalau masuknya saja sudah bermasalah. Kita ingin yang masuk tidak jadi beban di masa depan,” kata Arya, Selasa (5/10/2021).
Dia berharap pembentukan holding aviasi dan pariwisata ini nantinya akan menjadi jalan mulus bagi bangkitnya sektor pariwisata yang selama hampir dua tahun ini ambles akibat pandemi Covid-19. Dijelaskan pembentukan holding tersebut momentumnya sangat tepat di saat kasus aktif dan positif Covid-19 sudah melandai.
“Pembentukan holding pariwisata ini kaya kebetulan saja karena pas Covid-19 lagi turun, jadi momentumnya pas. Garuda tidak masuk holding karena lagi fokus pada restrukturisasi untuk penyehatan perusahaan,” ujar Arya.
Sebagai tahapan awal PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) menjadi pemimpin holding dengan anggotanya yaitu PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (Persero) dan PT Sarinah (Persero). (sdk)