Kanal24, Lumajang – Tim pengabdian FPIK UB melaksanakan program sosialisasi di Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah untuk membina dan memaksimalkan hasil perikanan keramba jaring apung yang terdampak upwelling. Upwelling atau warga sekitar menyebut “koyo” merupakan kondisi alam yang bisa menyebabkan kematian massal bagi ikan di perairan. Namun di sisi lain, Ketua Program Doktor Mengabdi FPIK UB, Dr. Yuni Kilawati, S.Pi, M.Si menyampaikan bahwa upwelling justru membawa keuntungan bagi ekosistem perairan Ranu Klakah.
“Upwelling adalah fenomena alam yang tidak bisa kita hindarkan. Makanya, kami akan ajarkan bapak ibu petani budidaya bagaimana cara meminimalisir kerugian dan memanfaatkan kondisi tersebut agar untung. Di sini penting bagaimana kita menyiasati yang kelihatannya negatif bisa diubah menjadi lebih positif. Yang tadinya merasa kok rugi eh ternyata untung,” papar Yuni.
Terkait dengan fenomena upwelling, tim pengabdian FPIK menekankan pentingnya masyarakat memahami perencanaan waktu budidaya karena hal tersebut sangat menentukan saat-saat yang tepat untuk panen dan menebar benih agar bisa terhindar dari efek buruk upwelling. Menjelang upwelling, petani diimbau untuk mengosongkan keramba jaring apung dengan memindahkan ikan ke kolam untuk sementara atau sekalian di panen. Kemudian, pembenihan dan penyebaran ikan dapat dilakukan kembali apabila upwelling selesai, sebab pada kondisi ini perairan menjadi subur sehingga petani tidak perlu memberikan banyak pakan.
Di samping pencegahan kerugian akibat upwelling, materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi meliputi pembahasan tentang bagaimana membuat perencanaan budidaya, menentukan sistem budidaya dan jenis ikan yang sesuai, memilih benih ikan yang sehat, cara mencegah dan mengobati ikan yang terpapar patogen, dan bagaimana cara memasarkan ikan pasca panen.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lumajang, Ir. Agus Widarto, MM. menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi 400 unit budidaya keramba jaring apung yang ada di Ranu Klakah.
“Kami sangat berterima kasih kepada UB, khususnya tim pengabdian FPIK atas penyuluhan masalah IT dan metode pemasaran yang menjadi pengetahuan baru bagi Ranu Klakah. Dari sini warga jadi tahu bagaimana cara mempromosikan ikan nila Ranu Klakah menjadi ikan yang khas dan punya trademark, seperti daging tebal, kualitas tinggi, dan rasanya enak. Kemudian Ranu Klakah ini bisa dibuat branding menjadi suatu market tersendiri sehingga pemasaran bisa dilakukan secara online baik itu lewat medsos atau sebagainya,” ungkap Agus.
Tim FPIK UB dan Pemda sadar bahwa kegiatan ini tidak mungkin selesai begitu saja. Diperlukan langkah lebih lanjut agar keberhasilan program ini dapat tercapai secara maksimal. Maka dari itu, UB dan Pemda Kabupaten Lumajang menandatangani MoU agar progress ini dapat berlanjut dan menyebar tidak hanya di Ranu Klakah tetapi menjangkau daerah lain di sekitarnya. MoU ini membahas tentang pengelolaan kualitas air dan pembudidayaan ikan yang berkelanjutan baik untuk pembudidaya maupun nelayan. (riz)