Kanal24, Malang – Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB) menyelenggarakan kegiatan Short-Term Student Mobility Exchange bersama Faculty of Engineering, University of Malaya pada Selasa (05/08/2025). Acara ini digelar di Auditorium lantai 6 FT UB dan menjadi bagian dari implementasi kerja sama lintas negara yang telah berjalan dalam berbagai bentuk.
Dekan FT UB, Prof. Ir. Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., APEC Eng., menyampaikan bahwa kolaborasi dengan Universitas Malaya telah berlangsung sejak lama, diawali dari penandatanganan MoU antar institusi.
Baca juga:
Disertasi FT UB: BAC-NPs dan Bunga Telang untuk Anti Radiasi

“Kami sudah ada kerja sama cukup lama, dimulai di level rektorat, kemudian berlanjut ke fakultas. Banyak program telah diimplementasikan, mulai dari visiting professor, penelitian bersama, hingga pertukaran mahasiswa inbound dan outbound,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa tahun ini menjadi tahun kedua pelaksanaan program pertukaran mahasiswa tersebut. Lebih dari 20 mahasiswa Universitas Malaya mengikuti program di UB, sementara mahasiswa FT UB juga dikirim ke Malaysia dalam skema serupa. Selain itu, terdapat kerja sama dalam bentuk sharing resource, joint supervision, hingga joint publication.
“Kami juga saling menggunakan fasilitas riset, seperti laboratorium dan software, serta mendukung peningkatan QS Ranking bersama. Harapannya, ini memberi manfaat besar terutama bagi pengembangan skill mahasiswa, baik akademik maupun soft skill,” lanjut Prof. Hadi.
Dalam kegiatan ini, hadir pula pemateri dari Malaysia, Prof. Dr. Khairunnisa Binti Hasikin, yang membagikan pengalaman penelitiannya terkait pengembangan aplikasi deteksi malaria melalui citra mikroskopik.
Baca juga:
Tech Talk FT UB Bahas Lulusan Teknik di Era Otomasi
“Hari ini saya berbagi tentang penyelidikan yang saya lakukan di Malaysia untuk mengenali malaria yang menyerang sel darah merah. Kami masih di tahap awal, tapi diharapkan aplikasi ini bisa digunakan di rumah sakit di Sabah dan Sarawak mulai Desember,” tuturnya.
Prof. Khairunnisa menjelaskan bahwa proyek tersebut awalnya dimulai tanpa pendanaan, namun berkembang melalui dukungan mahasiswa tingkat akhir dan hibah penelitian. Aplikasi ini nantinya juga dapat diterapkan untuk mendeteksi penyakit menular lain seperti demam berdarah dan tifus, selama berbasis gambar mikroskopik.
Ia berharap teknologi yang dikembangkan timnya dapat membantu masyarakat di daerah terpencil mendapatkan diagnosis lebih cepat dan akurat. (han)