KANAL24, Jakarta – Dalam perkembangan terkini, rencana pembentukan holding perusahaan pelat merah farmasi sudah 95% artinya realisasinya sudah semakin dekat.
Oktober 2019 mendatang, bahkan diproyeksikan bisa resmi tereksekusi. Adapun, PT Indofarma Tbk (INAF) akan jadi salah satu emiten farmasi yang akan bergabung dalam holding farmasi tersebut. Setelah holding, target pertama yang akan dicapai INAF adalah mencetak laba.
Selain itu setelah holding, INAF juga berkonsentrasi untuk melakukan turn around seperti fokus pada segmen bisnis regular, melakukan diversifikasi portfolio produk, efisiensi dan perbaikan struktur keuangan, perbaikan Sumber Daya Manusia (SDM), serta disiplin dalam eksekusi.
Menurut Direktur Keuangan INAF, Herry Triyatno, dampak dari holding farmasi BUMN baru akan terasa dalam jangka waktu menengah.
“Harapannya bukan hanya sinergi dalam hal bisnis namun juga non-bisnis seperti sharing resources sehingga semua akan lebih efisien,” jelasnya seperti dikutip Kontan, Kamis (19/9/2019).
Herry meyakini dengan holding ini bisa membantu INAF melaksanakan target pertamanya yakni mencetak keuntungan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Berdasar laporan di semester I/2019, INAF membukukan rugi bersih sebesar Rp 24,35 miliar padahal pada semester I/2018 INAF mampu mencetak laba Rp 253,19 juta.
Herry menjelaskan rugi bersih ini terjadi karena penjualan dan collection belum berjalan dengan baik. Dari laba ini juga tercatat penjualan INAF
turun minus 12% year on year (yoy) menjadi Rp 368,8 miliar.Dia juga percaya di akhir tahun ini kinerja keuangan INAF akan lebih baik karena nature bisnisnya penjualan akan terkonsentrasi pada kuartal III dan kuartal IV.
Cara INAF untuk mencetak laba adalah dengan memperbaiki kinerjanya di bisnis farmasi. Herry bilang sesuai dengan blue print Holding , pada Agutus 2019 lalu INAF telah membentuk Strategic Bussines Unit (SBU).
INAF juga mengelompokkan produk penjualan menjadi tiga yakni farmasi, Diagnostic & Medical Equipment (DME) dan Natural Extract. Herry bilang saat ini INAF sudah memiliki mesin baru untuk produksi yakni mesin DME dan natural extract.
Salah satu keunggulan yang dimiliki INAF untuk menguatkan holding farmasi ini adalah menjual produk dari alat kesehatan dan natural extract.
Di segmen alat kesehatan sebelumnya INAF telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan asal Korea Selatan bernama Korean Medical Devices Support Center (KMD Indonesia).
Kerjasama ini dilakukan dalam rangka pemasaran, penjualan, distribusi, dan produksi perakitan produk electromedical equipment. Meksipun nantinya bisnis INAF akan kuat di dua segmen itu, INAF tetap memproduksi obat generik. (sdk)