Kanal24, Lumajang – Desa Kloposawit, Lumajang menghadapi tantangan serius dalam pengembangan ekonomi lokal. Data menunjukkan hanya ada empat pelaku UMKM aktif yang berfokus pada usaha gula merah, itupun sebagian besar hanya berperan sebagai pengepul. Belum maksimalnya pengelolaan usaha dari hulu ke hilir menjadi indikator lemahnya struktur wirausaha di desa.
Selain itu, masih terdapat 510 warga desa yang belum bekerja serta 774 pelajar dan mahasiswa yang dalam waktu dekat akan memasuki usia produktif, khususnya usia 13–18 tahun. Potensi sumber daya manusia yang besar ini belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk membangun kemandirian ekonomi desa.
Baca juga:
Siswa Desa Ngebruk Belajar Menabung untuk Masa Depan

Mengacu pada SDGs Poin 8
Kegiatan ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) poin 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Fokusnya adalah memperluas kesempatan kerja, meningkatkan keterampilan wirausaha muda, serta membentuk ekosistem ekonomi desa yang inklusif dan berkelanjutan.
Statistik nasional menunjukkan UMKM menyumbang 61,07% terhadap PDB Indonesia, setara dengan Rp8.573,89 triliun, dengan total 64,2 juta unit usaha (Kemenkop, 2024). Dengan kontribusi sebesar ini, penguatan kompetensi wirausaha di tingkat desa menjadi langkah strategis.
Pelatihan Kewirausahaan dan Digital Marketing
Pelatihan yang diinisiasi oleh Amilia Febriyanti bersama Kelompok 73 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya, di bawah bimbingan Langgeng Setyono, S.AB., M.A.B., digelar pada Sabtu, 19 Juli 2025 di Balai Desa Kloposawit.
Materi pelatihan mencakup:
- Dasar-dasar membangun usaha dari nol
- Strategi pemasaran digital di media sosial
- Tips mengelola usaha agar berkelanjutan
Pendekatan interaktif diterapkan agar peserta tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan strategi secara nyata.
Baca juga:
Mahasiswa KKN Bojonegoro Hadirkan 120 Inovasi TTG
Workshop Kreatif Beads Bracelet
Usai sesi teori, peserta diajak membuat beads bracelet (gelang manik-manik) dan strap handphone. Dalam sesi ini, peserta tidak hanya belajar teknik merangkai manik-manik, tetapi juga dibekali wawasan bisnis kreatif. Produk sederhana tersebut dinilai memiliki potensi pasar yang tinggi, khususnya di kalangan remaja dan komunitas kreatif.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal perubahan pola pikir masyarakat desa bahwa wirausaha bukan sekadar alternatif pekerjaan, tetapi jalan menuju kemandirian ekonomi. Dengan pendampingan berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang sudah diperoleh diharapkan mampu berkembang menjadi gerakan nyata untuk memperkuat ekonomi desa dan menekan angka pengangguran usia produktif. (nid)