Kanal24, Malang – Sebagai wujud rasa syukur dan menumbuhkan empati kepada sesama, Grand Mercure Malang Mirama Hotel merayakan ulang tahun keduanya dengan sebuah perayaan yang tak hanya meriah tetapi juga bermakna, yaitu sharing session dan talkshow bertajuk “We Are Here: Embracing a Disabled-Friend Talent” di Coffee Cafe – Grand Mercure Malang Mirama (10/10/2023).
Dengan menggandeng Komunitas Pejuang Mimpi, Grand Mercure Malang Mirama memberikan wadah kreatif bagi teman-teman berkebutuhan khusus untuk menampilkan bakat mereka. Dengan kehadiran pembicara terkemuka, seperti Djoko Rendy, Pendiri D’Mart Tithiek Tengger, dan Sri Rahayu, Pendiri Pejuang Mimpi, talkshow ini memberikan inspirasi dan semangat baru.
Sugito Adhi, General Manager Grand Mercure Malang Mirama, menjelaskan, “Kami selalu bermitra dengan teman-teman difabel berkebutuhan khusus dan orang tua mereka. Hari ini bukanlah acara pertama kami, sebelumnya kami telah mengadakan khitanan massal, fotografi, modeling, dan talkshow.”
Adhi juga menjelaskan bahwa Grand Mercure Malang Mirama ingin melibatkan para orang tua yang luar biasa dan inspiratif untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak berkebutuhan khusus menampilkan bakat mereka.
Pada acara talkshow ini juga dimeriahkan dengan penampilan fashion show, tari, dan musik dari para anggota Komunitas Pejuang Mimpi.
Pendiri Komunitas Pejuang Mimpi, Sri Rahayu, menyampaikan bahwa keterbatasan anak berkebutuhan khusus ini menjadi tantangan dalam meraih impian mereka. Terutama dalam sektor industri dan ekonomi. Menurut Sri, kolaborasi dengan pelaku usaha dan stakeholder menjadi kunci dalam mengembangkan kemampuan dan produktifitas anak difabel.
Salah satu kerjasama yang dibangun oleh Komunitas Pejuang Mimpi adalah dengan Djoko Rendy, Pendiri D’Mart Tithiek Tengger, untuk mengembangkan kemampuan seni budaya, terutama topeng tari dan Topeng Malangan.
“Semua ini hanya menjadi mimpi semata tanpa dukungan dari para pelaku usaha dan stakeholder lainnya. Kami memiliki sukarelawan yang berkontribusi, program-program yang berjalan, pelatih vokal, serta berbagai peserta dari berbagai latar belakang, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus dan anak-anak jalanan. Mereka semua berkontribusi sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing, itulah yang kita sebut sebagai kolaborasi. Kami yang mungkin tidak memiliki keterbatasan fisik belajar dari anak-anak berkebutuhan khusus. Anak-anak ini, yang difasilitasi oleh para sukarelawan, terjadi proses saling memberi dan menerima, sukarelawan di sini belajar dan mendapat sesuatu, demikian juga anak-anak berkebutuhan khusus yang hadir di sini,” ungkap Sri Rahayu.
Diketahui Pejuang Mimpi adalah komunitas kelompok orang tua dan volunter yang peduli terhadap anak-anak difabel yang menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan fisik, masalah ekonomi, dan keterbatasan akses terhadap informasi. Komunitas ini awalnya dibentuk secara daring ini kemudian berkembang dan membuka berbagai kelas untuk anak-anak difabel.
“Kami memiliki kelas literasi, kelas menulis yang diikuti lima peserta dari daksa dan difabel grahita. Kami membatasi jumlah peserta dalam setiap kelas, dengan harapan bahwa dengan jumlah peserta yang lebih sedikit, pencapaiannya akan lebih maksimal. Kami juga memiliki berbagai acara seperti fashion show, pertunjukan puisi, dan musik. Semua yang terlibat dalam acara ini, termasuk para guru tari dan seni, semuanya adalah anak-anak Pejuang Mimpi yang hadir dengan semangat tinggi.”
Kolaborasi antara Grand Mercure Malang Mirama dan komunitas Pejuang Mimpi menjadi contoh nyata bagaimana inklusi dan keragaman bisa menjadi kekuatan. Dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-2, Grand Mercure Malang Mirama telah memberikan peluang bagi teman-teman berkebutuhan khusus untuk berekspresi menampilkan bakat mereka. (din/skn)