Kanal24 – Aktivitas di Gunung Bromo, yang memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut, didominasi oleh gempa tremor yang berlangsung terus menerus selama beberapa hari terakhir. Gunung yang berlokasi di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, saat ini berada pada tingkat Level II atau Waspada.
Menurut laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Hadi Purwoko, dalam laporan tertulis yang diterima pada Minggu (12/2/2013), disebutkan bahwa selama periode pengamatan 11 Februari 2021, pukul 00.00-24.00 WIB, tercatat dalam seismograf ada satu kali gempa tremor yang berlangsung secara berkelanjutan dengan amplitudo 0,5-1 mm.
“Secara visual Gunung Bromo terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal dengan ketinggian sekitar 50–600-meter dari puncak,” tuturnya.
Selanjutnya, cuaca bervariasi dari cerah hingga hujan, dengan angin yang lemah hingga sedang dari arah timur laut dan timur. Suhu udara sekitar 13-21 derajat Celsius, dan intensitas curah hujan sekitar 42 mm per hari. Sementara itu, pengamatan kegempaan pada Jumat (10/2/2023) selama periode 00.00-24.00 WIB tercatat ada satu kali gempa tremor yang berlangsung secara berkelanjutan dengan amplitudo 0,5-1 mm.
Aktivitas kawah Gunung Bromo sempat mengalami kenaikan pada 4 Februari 2023 karena terlihat sinar api dari dalam kawah berdasarkan pengamatan visual pada 3 Februari 2023 pukul 21.14 WIB. Bau belerang yang kuat dapat tercium dari bibir kawah dan terdengar suara gemuruh. Dalam 1 minggu terakhir, asap kawah terlihat berwarna putih tipis hingga tebal dengan ketinggian 50-900 meter dari puncak. Vegetasi di dinding kaldera sebelah timur juga berwarna kuning dan mengering karena paparan asap kawah Gunung Bromo.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur meminta agar masyarakat tidak memasuki radius 1 kilometer dari bibir kawah Gunung Bromo karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto, menyatakan dalam sebuah pernyataan tertulis di Sidoarjo pada Minggu (12/2/2023), bahwa mereka sedang melakukan beberapa tindakan preventif karena kenaikan tingkat aktivitas Gunung Bromo menjadi Level 2.
“Upaya itu di antaranya penutupan radius 1-kilometer dari bibir kawah untuk kegiatan wisatawan dan perdagangan, melakukan sosialisasi dan kesepakatan bersama dengan pelaku jasa wisata (paguyuban jeep, kuda, dan PKL) terkait larangan untuk berkegiatan radius 1 kilometer, sosialisasi kepada para wisatawan untuk tidak melakukan aktivitas radius 1-kilometer serta pemberian pengumuman kepada pengunjung di tiket masuk Bromo,” ucapnya.
Menanggapi peningkatan aktivitas vulkanik, Gatot Soebroto juga menyebutkan bahwa BPBD Jatim menyelenggarakan rapat koordinasi untuk mengatasi erupsi Gunung Bromo.
Menurut Gatot Soebroto, kenaikan status dan aktivitas Gunung Bromo dalam beberapa waktu terakhir membuat BPBD Jatim harus bersiap-siap. Oleh karena itu, mereka menyelenggarakan rapat koordinasi yang melibatkan berbagai pihak dan wilayah.
Rapat tersebut dilaksanakan di Ruang Siaga Kantor BPBD Jatim dan dihadiri oleh Seismolog Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hetty Tiastuty.
“Salah satu poin penting dalam bahasan rakor kali ini adalah penanganan pedagang yang bermunculan di kawasan lautan pasir Gunung Bromo,” ucapnya.
BPBD Jatim juga membahas tentang puluhan pedagang yang berada di area Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, yang harus dihindari saat status Gunung Bromo meningkat pada Level II (Waspada) menurut PVMBG. Kebijakan ini diambil karena keamanan pedagang juga harus dipertimbangkan dalam situasi aktivitas vulkanik yang meningkat.