Kanal24 – Bertepatan dengan Peluncuran Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulawesi Selatan (24/10/2022), Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Astawa mengatakan pihaknya tetap bersiaga akan pasokan pangan akibat tantangan yang ditimbulkan oleh resesi global dan potensi krisis pangan.
“Kita wajib waspada, kita tidak boleh terpaku pada peribahasa seolah daerah kita ini subur, padahal kondisi riil di lapangan ada daerah yang surplus, dan ada daerah yang defisit. Ini menjadi peran kita bersama,” katanya.
Menurut catatannya, beras di Indonesia masih tersedia hingga 88 hari ke depan, pasokan jagung masih tersedia sampai 52 hari ke depan, bawang merah 39 hari, cabai besar 12 hari, daging lembu 82 hari, daging ayam ras 62 hari, gula konsumsi 149 hari, dan minyak goreng 77 hari.
Hanya saja ketersediaan kedelai diperkirakan akan cukup hingga 7 hari ke depan sehingga pasoknya perlu ditambahkan khususnya bagi perajin tahu dan tempe.
Menurutnya, pemerintah harus memiliki pangan yang cukup agar harga pangan tidak dikendalikan oleh para spekulan.
“Ada lima jenis cadangan pangan yang perlu dijaga, yakni cadangan pangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah desa, dan masyarakat,” katanya
BPN juga terus berupaya agar Perum Bulog dapat menyerap lebih banyak hasil panen untuk mengisi kembali stok negara. Saat ini Bulog memiliki sekitar 700 ton beras yang perlu diisi.
“Saat ini kami sedang membenahi Perpres (Peraturan Presiden) tentang cadangan pangan. Tiga komoditas utama yang cadangannya akan kami tata, yakni beras, jagung, dan kedelai sehingga cadangannya dikuasai Bulog untuk mengendalikan harga,” katanya.
Ia berharap dengan berbagai upaya pemerintah, inflasi tidak akan melebihi pertumbuhan ekonomi.
“Kami juga memobilisasi pasokan pangan dari daerah yang mengalami surplus ke daerah yang mengalami defisit, menggelar pangan murah,” tuturnya.