Kanal24 – Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Prof. Candra Fajri Ananda, SE., MSC., Ph.D hadir dalam FMM yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-8 Juli 2022 lalu. Pertemuan para Menteri Luar Negeri G20, atau G20 Foreign Ministers’ Meeting (FMM), yang mengusung semangat “Membangun Dunia yang Lebih Damai, Stabil, dan Sejahtera Bersama,” pertemuan ini menjadi forum strategis untuk membahas upaya pemulihan krisis global.
“Hampir semua negara hadir, terutama kemarin memang fokus di Gubernur Bank Sentral dan kementerian keuangan di 20 negara itu. Yang kedua, fokus pembicaraannya terkait dengan krisis dunia. Krisis dunia ini ada krisis energi, krisis pangan, krisis kesehatan, dan krisis keuangan,” tutur Prof. Candra.
Pada G20 FMM ini terdiri dari 2 sesi. Sesi pertama mengenai penguatan multilateralisme yang membahas langkah bersama bagi penguatan kolaborasi global dan membangun rasa saling percaya antar-negara yang menjadi enabling environment bagi stabilitas, perdamaian, dan pembangunan dunia.
Pada sesi ini dihadirkan dua pembicara khusus, yaitu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Prof. Jeffrey Sachs (Columbia University). Mereka memberikan pandangan mengenai penguatan prinsip-prinsip dan forum multilateral dalam situasi geopolitik saat ini.
Sesi kedua mengenai krisis Pangan dan Energi. Sesi ini membahas langkah-langkah strategis untuk menanggulangi krisis kerawanan pangan, kekurangan pupuk, dan kenaikan harga komoditas global.
Kenaikan harga komoditas dan terganggunya rantai pasok global memberikan dampak yang sangat besar bagi negara berkembang. Untuk itu, G20 sebagai forum ekonomi yang mewakili berbagai kawasan dunia, memiliki kekuatan untuk membahas isu ini secara komprehensif, demi mencari solusi ekonomi-sosial yang berkelanjutan.
Pada sesi ini, Indonesia mengundang tiga pembicara khusus, yaitu Direktur Eksekutif WFP, David Beasley, Perwakilan Khusus Sekjen PBB Untuk Energi Berkelanjutan Bagi Semua dan Co-Chair UN-Energy, Damilola Ogunbiyi, dan Direktur Pelaksana World Bank, Ibu Mari Pangestu. Mereka memberikan pandangan mengenai dampak konflik atas ekonomi dan pembangunan dunia.
Menurut Prof. Candra, krisis dunia ini saling terkait sehingga penjelasannya tidak bisa dari satu sisi saja. Ia mencontohkan, masalah kesehatan yang kita alami selama dua tahun terakhir ini juga membutuhkan pembiayaan kesehatan dan pembiayaan tersebut mahal. Maka, kita belajar dari masalah kesehatan yang dihadapi ini. Solusi yang diambil pemerintah Indonesia terutama menggunakan vaksinasi dan TNI.
“Hal ini menunjukkan kita harus memberikan solusi bagaimana menyelesaikan bersama. Nah, langkah-langkah berikutnya di dalam situ nanti itu, memang kita lagi membangun komitmen bersama untuk bisa saling membantu karena kejadian-kejadian ini tidak bisa sendiri-sendiri. Karena memang penyelesaiannya harus bareng,” ujar Prof. Candra.
G20 FMM yang telah terselenggara ini, Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022 berharap pertemuan ini dapat memfasilitasi dialog untuk penguatan kerjasama antara negara-negara di dunia dalam mencari solusi permasalahan global. (nid)