Kanal24, Malang – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (BEM FEB UB) menggelar acara EAF X FEB BERBATIK 2025 di Aula Gedung F, Lantai 7 FEB UB, pada Kamis (2/10/2025). Acara ini menjadi ruang apresiasi seni sekaligus wujud kecintaan mahasiswa terhadap warisan budaya batik Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai warisan tak benda sejak 2009.
Harmoni Seni dan Ekonomi dalam Arta Kala
Ketua pelaksana acara, Shierly Etza Cahyani, menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari semangat Kementerian PMB BEM FEB UB untuk memberikan wadah bagi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat di bidang seni. Tema besar yang diangkat adalah Arta Kala, yang berasal dari bahasa Sanskerta dengan makna “harmoni antara seni dan keuangan.”
Baca juga:
Industri Rokok Masih Jadi Penopang Ekonomi

“Mahasiswa FEB biasanya lebih fokus pada bidang ekonomi dan bisnis. Namun melalui acara ini, kami ingin menunjukkan bahwa seni, khususnya batik, juga memiliki nilai penting. Tagline yang kami angkat adalah dari warna ke wawasan dan dari karya ke kesadaran, karena seni bukan sekadar keindahan, tapi juga bentuk ekspresi dan identitas diri,” ungkap Shierly.
Rangkaian acara meliputi seminar berbatik, workshop membatik, pertunjukan teater, serta penampilan musik dan tari. Kehadiran pemilik Batik Sundari dari Malang sebagai narasumber turut memberikan inspirasi tentang bagaimana batik dapat dikembangkan secara kreatif sekaligus menjadi peluang bisnis.
Batik sebagai Identitas dan Warisan Bangsa
Wakil Dekan FEB UB, Dr. Nurul Badriyah, SE., ME, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas inisiatif mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Ia menekankan bahwa batik bukan sekadar busana, melainkan karya seni bernilai tinggi yang harus dipahami filosofi serta dilestarikan oleh generasi muda.
“Batik telah diakui dunia sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia sejak 2009. Namun perjalanan batik di masyarakat mengalami pasang surut, bahkan pernah diklaim oleh bangsa lain. Karena itu, kegiatan seperti ini penting untuk menumbuhkan kecintaan mahasiswa terhadap batik, bukan hanya dalam bentuk seremonial, tetapi juga dengan memahami nilai filosofinya,” tegas Dr. Nurul.
Ia juga mengapresiasi konsep acara yang tidak hanya mengandalkan seminar, tetapi juga mengajak mahasiswa langsung terlibat melalui praktik membatik bersama. Hasil karya membatik kemudian akan dipajang di mading fakultas, sebagai bentuk nyata ekspresi dan penghargaan terhadap batik.

Baca juga:
APBN dan Tantangan Belanja Negara ke Depan
Harapan untuk Generasi Muda
Acara yang awalnya ditargetkan hanya dihadiri 60 peserta, ternyata berhasil menarik lebih dari 100 mahasiswa. Antusiasme ini menjadi bukti bahwa kecintaan terhadap seni dan batik masih kuat di kalangan generasi muda.
Shierly berharap, kegiatan ini dapat menjadi langkah awal agar mahasiswa semakin percaya diri mengenakan batik di lingkungan kampus. “Kami ingin menunjukkan bahwa batik bukan sesuatu yang kuno atau norak, tapi justru simbol cinta terhadap budaya bangsa. Harapan kami, acara ini menjadi awal gerakan mahasiswa FEB untuk melestarikan batik,” ujarnya.Melalui EAF X FEB BERBATIK 2025, BEM FEB UB membuktikan bahwa harmonisasi antara seni dan ekonomi bukan hal yang mustahil. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi wujud nyata cinta mahasiswa terhadap warisan budaya bangsa yang patut dijaga dan diteruskan oleh generasi berikutnya. (nid/tia)