Kanal24 – Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), ratusan spesies laut di seluruh dunia masuk dalam kategori terancam punah, bahkan sangat terancam punah. Ekosistem kita terdiri dari hewan dan tumbuhan yang saling bergantung, demi membentuk jaringan kehidupan yang kompleks. Dalam sebuah ekosistem, setiap spesies memegang peranan penting, entah itu sekecil karang atau sebesar paus.
Jadi, ketika satu spesies terancam punah, maka dapat mempengaruhi seluruh ekosistem. Sayangnya, campur tangan manusia di alam mendorong beberapa spesies ke ambang kepunahan, yang mengakibatkan deforestasi dan perusakan habitat. Oleh karena itu, diperlukan upaya konservasi yang nyata dan praktis.
Berikut adalah enam hewan laut langka yang terancam punah dari muka bumi ini, dilansir melalui NOAA Fisheries:
1. Paus Pembunuh Palsu
Paus Pembunuh Palsu atau biasa disebut False Killer Whale sebenarnya adalah lumba-lumba yang ditemukan di seluruh dunia di lautan tropis dan subtropis. False killer whale merupakan salah satu spesies dalam ordo cetacea yang punya kecenderungan untuk terdampar secara massal ke daratan. Ikatan sosial kuat yang dimiliki ikan ini dan spesies cetacea lainnya diduga membuat mereka mengikuti sesamanya ke dalam mara bahaya.
Seperti semua mamalia laut lainnya, paus pembunuh palsu ini dilindungi di bawah Undang-Undang Perlindungan Mamalia Laut. Sekelompok populasi khusus paus pembunuh palsu juga dilindungi di bawah Undang-Undang Spesies Terancam Punah. Diketahui, populasinya telah menurun drastis sejak akhir 1980-an dan kami memperkirakan hanya ada kurang dari 200 spesies yang tersisa. Interaksi dengan perikanan longline telah berkontribusi terhadap penurunan ini.
Paus pembunuh palsu diketahui mengambil ikan dan umpan dari tali pancing, yang dapat menyebabkan pengait atau keterikatan yang tidak diinginkan.
2. Ikan Gergaji
Meskipun badan mereka seperti hiu, namun ikan gergaji ini sebenarnya adalah ikan pari dengan kerangka seluruhnya terbuat dari tulang rawan yang kokoh namun fleksibel. Diketahui, spesies yang terlihat seperti makhluk langsung dari zaman prasejarah ini dapat ditemukan di Amerika Serikat, tepatnya di pantai Florida.
Sawfish menggunakan moncong berduri panjang mereka untuk memotong gerombolan ikan, mengayunkannya bolak-balik untuk menusuk dan melumpuhkan mangsa. “Gergaji” mereka juga mengandung organ yang peka terhadap elektro sehingga dapat merasakan jumlah listrik yang lemah yang dikeluarkan oleh hewan lain dan memungkinkan untuk merasakan mangsa di dekatnya.
Ikan gergaji ini mengandalkan habitat muara yang dangkal seperti bakau merah sebagai area pembibitan. Namun, pengembangan tepi laut di Florida dan negara bagian selatan lainnya telah mengubah atau menghancurkan sebagian besar habitat ini. Hilangnya habitat, bersama dengan tangkapan yang tidak disengaja di jaring ikan, merupakan ancaman utama bagi ikan ini.
3. Kerapu Teluk
Gulf Grouper atau ikan kerapu teluk adalah salah satu predator tertinggi yang ditemukan di Teluk California dan Samudra Pasifik bagian timur. Ikan berbadan besar ini memakan semua jenis mangsa menggunakan mulutnya yang menonjol untuk menelan ikan dan kepiting secara utuh. Setelah dewasa, kerapu teluk berkumpul dalam kelompok besar di terumbu karang bawah air untuk berkembang biak setiap tahun sekali.
Faktanya, kemungkinan besar kerapu teluk yang betina akan bertransisi menjadi jantan seiring bertambahnya usia mereka selama 48 tahun. Ikan kerapu teluk dulunya merupakan tangkapan umum bagi nelayan di Pantai Barat. Tetapi karena penangkapan ikan yang berlebihan, maka spesies ini sempat jumlahnya menurun pada tahun 1970. Penangkapan ikan kerapu teluk ini di Amerika Serikat kemudian dilarang. Ancaman terhadap kerapu teluk termasuk tangkapan masal, penangkapan ikan berlebihan di luar perairan Amerika Serikat, hingga degradasi habitat penting seperti terumbu karang pun mengakibatkan tingginya polutan.
4. Paus Bowhead
Dari semua paus besar yang ada, paus bowhead adalah yang paling bisa beradaptasi untuk hidup di air sedingin es. Mengapa demikian? Karena mereka memiliki lapisan lemak yang tebalnya sekitar 2 kaki manusia sehingga membantu mereka untuk menembus es laut setelah 8 inci. Pada awal 1900-an, paus bowhead di lepas pantai utara Alaska telah menunjukkan pemulihan yang cukup besar sejak akhir perburuan paus komersial untuk jenis bowhead. Namun, masih banyak ancaman terhadap paus bowhead.
Diketahui, sekitar 12 persen bowhead memiliki bekas luka dari belitan alat tangkap, terutama dari alat tangkap komersial yang secara masal. Kontaminasi, seperti tumpahan minyak dapat membahayakan sistem kekebalan dan reproduksi paus bowhead itu sendiri. Selain itu, kebisingan laut, serangan kapal, dan predasi dari paus pembunuh lainnya adalah faktor lain yang mengancam kelangsungan hidup paus bowhead.
5. Ikan Sturgeon
Ikan yang termasuk dalam famili Acipenseridae, atau lebih umum dikenal dengan ikan penghasil kaviar ini dapat tumbuh hingga 16 kaki, setara dengan panjang rata-rata mobil. Sturgeon hidup di habitat sungai dan laut di sepanjang Pantai Timur. Pada 1800-an, ikan sturgeon dihargai karena telurnya, yang dinilai sebagai kaviar berkualitas tinggi.
Orang berbondong-bondong ke Amerika Serikat bagian timur untuk berburu sturgeon dan memanen telur mereka yang berharga. Sejak sturgeon terdaftar di bawah Endangered Species (spesies langka) Act pada 2012, mereka tidak lagi terancam oleh penangkapan ikan secara langsung. Namun, tangkapan sampingan yang tidak disengaja oleh jaring insang dan pukat nelayan komersial masih menimbulkan resiko besar bagi spesies tersebut.
6. Penyu Lekang
Penyu lekang (Lepidochelys olivacea), disebut juga olive ridley sea turtle dalam bahasa Inggris yang merupakan spesies penyu yang hidup di perairan tropis dan subtropis yang berperairan dangkal. Seperti semua penyu laut lainnya, diketahui, penyu lekang betina kembali ke darat untuk bertelur di pasir. Mereka adalah navigator yang luar biasa dan biasanya kembali ke pantai di area umum tempat mereka menetas. Sayangnya, perilaku ini memudahkan seseorang untuk mengambil telur dalam jumlah yang banyak dan membunuh betina dewasa dalam jumlah besar, hanya untuk dikonsumsi.
Inilah penyebab utama penurunan jumlah penyu lekang di seluruh dunia. Larangan pembunuhan penyu dan pengumpulan telur di banyak negara telah mengurangi ancaman ini. Namun, tangkapan masal dalam perikanan pukat komersial, rawai, dan jaring insang tetap menjadi ancaman global bagi spesies ini, dan pengumpulan telur serta pembunuhan penyu berlanjut di beberapa negara.
Menghadapi ancaman-ancaman ini, diperlukan kerjasama global yang lebih solid dalam konservasi laut. Perlindungan habitat, pengurangan penangkapan ikan ilegal, serta kampanye kesadaran lingkungan adalah langkah-langkah penting untuk memastikan kelangsungan hidup spesies-spesies ini. Upaya yang lebih kuat dan berkelanjutan dapat membantu mengembalikan keseimbangan ekosistem laut kita dan menjaga keanekaragaman hayati untuk generasi mendatang. (nid)