Kanal24, Malang – Sebagai bagian dari kurikulum praktikum mata kuliah Organisasi Internasional, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menyelenggarakan pelatihan Table Manner pada Selasa (24/06/2025). Kegiatan yang diikuti oleh 125 mahasiswa ini berlangsung di Rayz Hotel Malang, dengan tujuan utama membekali mahasiswa dengan soft skill penting dalam dunia diplomasi dan kerja profesional.
Kegiatan ini bukan semata ajang belajar etika makan formal, tetapi juga sebagai bentuk latihan menghadapi situasi-situasi resmi yang umum terjadi dalam dunia kerja internasional. Kepala Program Studi HI UMM, Shannaz Mutiara Deniar, S.IP., M.A., menyampaikan bahwa pelatihan table manner sangat erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi dan diplomasi yang menjadi fondasi utama lulusan HI.
Baca juga:
Pakar HI UB: Konflik Iran-Israel Ancam Ekonomi dan Stabilitas RI

“Mahasiswa HI harus dibekali dengan keterampilan menghadiri jamuan resmi, baik sebagai delegasi negara maupun dalam forum multinasional. Table manner mengajarkan mereka bagaimana bersikap saat makan bersama pejabat, mitra internasional, bahkan diplomat asing,” ujar Shannaz.
Kegiatan ini dirancang dalam dua rangkaian utama, yaitu simulasi sidang Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan dilanjutkan dengan sesi jamuan resmi (table manner) yang mensimulasikan kondisi nyata pasca-sidang. Menurut Shannaz, pendekatan semacam ini bertujuan menyatukan teori dengan praktik sehingga mahasiswa tidak hanya memahami substansi diplomasi, tetapi juga cara membawa diri dengan baik di ranah internasional.
“Lulusan HI tak hanya dituntut pandai bicara soal hubungan luar negeri, tetapi juga harus mampu menjaga citra dan adab, termasuk saat makan. Cara memegang sendok, menyantap makanan, hingga pilihan pakaian adalah bagian dari kesan pertama yang menentukan,” lanjutnya.

Baca juga:
Pakar HI UB: Perang Iran-Israel Picu Krisis Energi Dunia
Kegiatan table manner ini merupakan agenda tahunan yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa HI angkatan baru. Setelah sesi pelatihan, mahasiswa juga diminta memberikan umpan balik dan merefleksikan sejauh mana pemahaman mereka terhadap etika makan yang benar. Evaluasi ini menjadi bahan pengembangan program di tahun-tahun berikutnya.
Shannaz menekankan bahwa kompetensi ini tidak hanya berguna bagi mahasiswa HI, tetapi relevan bagi siapa saja yang akan terjun ke dunia profesional. “Etika makan menunjukkan siapa diri kita. Ini bagian dari citra profesional yang akan sangat berharga, bahkan saat interview kerja atau menghadiri undangan resmi,” pungkasnya. (nid/bel)