Kanal24, Malang – Desa Wonorejo di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, menjadi saksi semangat perubahan yang diusung mahasiswa Universitas Brawijaya melalui program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) tahun 2025. Di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan Safarudin Hisyam Tualeka, S.Tr.Kom., M.A.B., Kelompok 10 MMD UB hadir memberikan edukasi pertanian ramah lingkungan bagi warga desa, khususnya melalui pelatihan hidroponik, pupuk organik berbahan molase, dan lubang resapan biopori.
Kegiatan dilaksanakan pada (15/07/2025), dengan partisipasi aktif warga dan kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai peserta utama. Program ini dirancang untuk menjawab tantangan pertanian lokal seperti keterbatasan lahan, pengelolaan limbah organik, dan pemanfaatan teknologi tepat guna secara berkelanjutan.
Baca juga:
MMD UB Ajak Pelaku Usaha Argosuko Kelola Keuangan Digital
Bertani di Pekarangan: Teknologi Sederhana, Manfaat Nyata
Ketua pelaksana kegiatan, Rihaadhatul ‘Aisy Jasmine Sugiarto, bersama 12 anggota tim, memfokuskan program pada tiga inovasi utama. Pertama, hidroponik sistem NFT (Nutrient Film Technique) yang memungkinkan warga menanam sayur di lahan sempit tanpa tanah. Kedua, pupuk organik cair (POC) berbasis molase yang dibuat dari limbah tebu lokal. Ketiga, biopori, lubang resapan yang membantu mempercepat dekomposisi sampah organik dan menjaga ketersediaan air tanah.
“Kami ingin masyarakat bisa memanfaatkan potensi lokal dan beralih ke pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga ramah lingkungan dan mudah diterapkan,” ungkap Rihaadhatul.
Sebelum pelatihan dimulai, peserta mengikuti pre-test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal mereka. Pelatihan disampaikan secara interaktif dan dilengkapi dengan praktik langsung, sehingga warga tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mempraktikkannya secara mandiri.
Suara Warga: Solusi Nyata dari Mahasiswa
Warga menyambut kegiatan ini dengan penuh antusias. Salah satunya adalah Nur Aini, kader PKK sekaligus Ketua PKK Desa Wonorejo. Ia menilai pelatihan ini sangat relevan dengan kebutuhan keluarga di desa.
“Hidroponik sangat membantu mencukupi gizi keluarga karena hasil panennya bersih dan terjamin kualitasnya. Pembuatan pupuk dari molase juga mudah diterapkan, apalagi daerah kami penghasil tetes tebu. Dan dengan pelatihan biopori, kami jadi tahu cara mengelola limbah dapur agar tidak menumpuk,” ujarnya.
Nur Aini juga berharap pelatihan seperti ini dapat terus berlanjut sebagai bagian dari pendampingan berkelanjutan. Ia menambahkan bahwa pendekatan edukatif dan demonstratif sangat memudahkan warga dalam memahami serta mempraktikkan materi.
Output Nyata dan Strategi Keberlanjutan
Sebagai hasil program, kelompok 10 MMD UB menyerahkan instalasi hidroponik siap pakai, alat biopori, serta produk molase dan pupuk cair dalam kemasan. Selain itu, tim juga menyusun modul edukatif berisi materi pelatihan yang dirancang mudah dipahami warga.
Abdul Halim, Sekretaris Desa Wonorejo, mengapresiasi kegiatan ini. “Banyak warga masih bingung cara mengelola sampah rumah tangga, khususnya sampah organik. Kadang dibakar atau ditumpuk begitu saja. Padahal kalau dikelola, bisa bermanfaat juga. Kegiatan mahasiswa ini membuka wawasan kami,” ungkapnya.
Agar program tidak berhenti pada tahap pelaksanaan, kelompok mahasiswa juga merancang strategi keberlanjutan jangka panjang. Modul pelatihan dan peralatan diserahkan secara utuh agar warga dapat melanjutkan praktik secara mandiri. Pendekatan ini tidak hanya menyentuh aspek edukatif, tetapi juga pemberdayaan ekonomi dan lingkungan secara langsung.
Baca juga:
Kabupaten Malang Kukuhkan Komitmen Inklusif Lewat Perda Disabilitas
Kegiatan ini berkontribusi pada sejumlah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di antaranya:
- SDGs 4: Pendidikan Berkualitas
- SDGs 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur
- SDGs 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
- SDGs 15: Ekosistem Darat
Mahasiswa hadir bukan hanya sebagai pengajar, tapi juga pendamping perubahan. Program ini menunjukkan bahwa edukasi sederhana seperti hidroponik, pupuk molase, dan biopori dapat menjawab persoalan sehari-hari masyarakat. Seperti disampaikan Nur Aini, Ketua PKK Desa Wonorejo:
“Program ini sangat bagus dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama dalam mendukung ketahanan pangan yang juga menjadi fokus pemerintah. Kami berharap komunikasi dan pendampingan dari mahasiswa tetap bisa berlanjut meskipun masa pengabdian telah selesai.” (han)