Kanal24, Malang – Rangkaian kegiatan Cinta dan Kasih Sayang Satwa (Canda Tawa) telah selesai. Kegiatan dimulai dari kampanye daring sampai dengan kunjungan Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik (Humanistik) ke Pantai Bajulmati, Kabupaten Malang. Rangkaian kegiatan ini dikhususkan untuk meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap satwa, khususnya penyu.
Semilir angin pantai menyambut kedatangan 56 orang pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Humanistik FIA UB yang hadir di Pantai Bajulmati, Malang Selatan. Bunyi deburan ombak menambah antusiasme rombongan yang hendak melakukan kunjungan sekaligus edukasi tentang satwa penyu di sana.
Canda Tawa merupakan program kerja yang diinisasi oleh Departemen Sosial Masyarakat (Sosma) Humanistik FIA UB. Program ini bekerjasama dengan Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC). Program ini diketuai oleh Arjuna Nayasilana, salah satu staff Humanistik 2022.
Rombongan Humanistik FIA UB 2022 menuju ke Ibukota Penyu. (Dok. Rafi)
Kegiatan Canda Tawa ini mengangkat tema “Share Our Love to Save Animals for Wonderful World”. Tema ini mengangkat isu tentang pentingnya menjaga kelestarian satwa penyu yang memiliki peran besar dalam ekosistem laut. Kegiatah ini diharapkan bahwa semua orang dapat memberikan kecintaannya terhadap satwa di dunia, khususnya Indonesia.
Kegiatan ini dimulai dengan kampanye daring di sosial media instagram. Seluruh pengurus Humanistik berpose dengan membawa tulisan bertulis tagar #SaveOurAnimals. Kegiatan kampanye daring ini dimulai dari 10 – 19 Agustus 2022. Mereka juga mempromosikan poster webinar yang diselenggarakan pada 21 Agustus 2022.
Webinar Canda Tawa yang diselenggarakan secara daring dihadiri oleh sekitar 160 peserta. Pembicara yang hadir antara lain Veve Ivana, penyuluh Balai Besar Konservasi Jatim dan juga Sutari, Pembina Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC). Webinar ini diselenggarakan sebelum diadakannya acara puncak Canda Tawa.
Menuju puncak acara, seluruh pengurus Humanistik merasakan atusiasnya. Mereka bisa melaksanakan program kerja sekaligus berkunjung ke pantai. “Ini acara offline kita pertama setelah banyak online. Semoga hari ini lancar,” tutur Alfian Restu, Ketua Humanistik 2022. Sebelum keberangkatan, peserta berkumpul di pendopo FIA UB.
Acara puncak Canda Tawa dilaksanakan di Pantai Bajulmati. Rombongan yang terlibat ialah pengurus Humanistik 2022. Sesampainya di sana, rombongan beristirahat untuk bersiap pada acara edukasi penyu di BSTC. Di sana, seluruh pengurus Humanistik diajak berkeliling ke Ibukota Penyu, tempat penangkaran penyu di sana. Terdapat tempat penetasan, konservasi, dan juga pemeliharaan tukik (penyu muda).
Sutari, selaku pembina BSTC menjelaskan satu per satu proses penangkaran penyu. Seluruh peserta menyimak dengan cermat penjelasan darinya. Peserta diajak berkeliling dan melihat satu per satu proses di sana.
Penangkaran penyu di BSTC terletak di bibir Pantai Bajulmati. Penangkaran dan pantai hanya dibatasi oleh patok-patok yang terbuat dari kayu yang dijejerkan. Di tempat penetasan, terlihat tong tertutup yang berisi telur-telur penyu yang hendak menetas. Terdapat papan yang tertulis laporan penetasan telur selama bulan ini.
Antusias melihat tukik (penyu kecil) di tempat konservasi penyu. (Dok. Rafi)
Pengurus Humanistik juga diajak melihat tukik, penyu muda yang baru menetas. Anakan penyu ini dibiarkan di dalam sebuah kolam yang didesain menyerupai lautan dengan kucuran pompa air di dalamnya. Rombongan sangat antusias melihatnya. “Lucu banget penyu itu,” teriak salah seorang pengurus Humanistik 2022.
Setelah berkeliling di Ibukota Penyu, rombongan diminta duduk secara bersama di sekolah alam. Sutari memberikan beberapa penjelasan umum mengenai penyu yang ada di Pantai Bajulmati. Ia juga membawa penyu sebagai peraga dan menunjukkannya kepada peserta.
Sekolah alam ini menembus batas-batas bahwa sekolah harus terbatas pada ruangan-ruangan kelas saja. Di sana, rombongan Humanistik belajar dengan beratapkan langit dan beralaskan pasir. Suara deburan ombak pun menemani seluruh rombongan Humanistik.
Sutari menjelaskan materi secara perlahan. Ia membawa seekor bulus, labi-labi, dan penyu. Rombongan dijelaskan secara perlahan tentang perbedaan antara ketiganya. Seluruh peserta diizinkan untuk memegangnya dan berswafoto.
Sesi sekolah alam pun berlanjut pada diskusi dan tanya jawab. Pengurus Humanistik 2022 melemparkan pertanyaan pada Sutari, mulai dari masa konservasi penyu sampai dengan masalah yang ditemukan di Pantai Bajulmati.
Sekolah alam sebagai acara puncak Canda Tawa. (Dok. Rafi)
Salah seorang pengurus Humanistik, Sheina Hassya, melemparkan pertanyaannya. “Pak, kenapa penyu harus dikonservasi dan tidak di alam bebas,” tanyanya. Selanjutnya Sutari melanjutkan dengan jawabannya. Ia mengatakan bahwa perburuan penyu masih tinggi. Konservasi ini dibuat untuk menyelamatkan habitat penyu. Selain itu, wisatawan yang berkunjung ke pantai dikhawatirkan menginjak telur penyu.
Selama 75 menit sekolah alam itu berlanjung, peserta masih terlihat bersemangat. Pengurus Humanistik diajak belajar bersama tentang satwa penyu dan juga perlindungan serta pelestariannya. Harapannya, mereka dapat menumbuhkan kasih sayangnya terhadap satwa dengan memulai dari hal-hal kecil yang bermanfaat.
“Program ini bukan hanya untuk kepentingan pemenuhan program kerja belaka, namun ada harapan besar untuk menjaga kelestarian lingkungan khususnya menjaga eksosistem laut,” ujar Nalendra Firman, Ketua Divisi Lingkungan Hidup Humanistik FIA UB 2022.
Program Canda Tawa nyatanya memberikan gambaran bahwa pelestarian eksosistem alam harus menjadi perhatian. Alam memberikan banyak manfaat untuk manusia, tetapi menfaat itu juga harus dibayar oleh manusia. Ekosistem penyu di bumi memberikan manfaat untuk laut. Oleh karena itu, keberadaannya perlu dilindungi dan dilestarikan oleh manusia. (raf)