oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Berpikir positif atas berbagai peristiwa yang tidak menyenangkan termasuk terhadap musibah akan mengantarkan seseorang untuk mudah menemukan hikmah di balik suatu peristiwa. Berhusnudhan pada Allah atas suatu musibah ataupun bencana adalah tanda selamatnya aqidah atau keimanan. Sebab seorang muslim harus memiliki keyakinan yang kuat dan benar atas konsepsi taqdir, bahwa peristiwa apapun yang terjadi pada dirinya apakah hal itu yang baik ataukah buruk, semua itu berasal dari Allah, hal itu adalah ketetapan Allah dan Allah yang berhak serta berkuasa menetapkannya. Manusia tidak berkuasa atas semua itu dan tidak berhak menolak, melawan ataupun memprotes ketetapan Allah tersebut. Tugas manusia hanyalah menerima dengan sepenuh hati penuh ketabahan, kesabaran dan ketawakkalan.
Bencana Covid-19 adalah salah satu ketetapan takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Menolak dan melawan ketetapan-Nya adalah tanda tidak menerima atas keputusan Allah atau dengan kata lain menolak takdir. Sikap demikian adalah suatu hal yang harusnya dijauhkan dari diri seorang muslim. Sebaliknya seorang muslim yang baik adalah orang yang menerima sepenuhnya ketetapan Allah, Apakah hal itu ketetapan baik ataukah ketetapan buruk, semuanya adalah dari Allah subhanahu wa ta’ala semata.
Tanda seseorang menerima ketetapan Allah adalah berpositif thinking, husnudhan atas apapun yang terjadi, bahwa Allah tidak salah dalam menetapkan peristiwa tersebut. Dan pada setiap peristiwa ataupun musibah pasti ada hikmah positif bagi manusia. Untuk menemukan hikmah positif ini hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang berpikir positif husnudzon pada Allah atas setiap ketetapanNya, peristiwa musibah ataupun bencana. Seseorang yang tidak berhusnudzon atas suatu musibah atau bencana yang telah Allah tetapkan Maka hal itu hanya akan merusak keimanan, sebab percaya terhadap takdir yang baik dan buruk adalah Bilal utama keimanan seorang mukmin.
Lalu, bagaimana memunculkan pikiran positif dikala menghadapi musibah atau bencana ?. Maka beberapa hal yang perlu dihadirkan : pertama, percaya bahwa setiap musibah, ujian, cobaan termasuk dalam hal ini bencana Covid-19 telah ditakar sesuai dengan kemampuan manusia. Bahkan tidak ada satupun peristiwa yang keluar dari kemampuan manusia untuk dapat menanganinya. Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuan untuk menanganinya. Sebagaimana firman Allah :
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (QS. Al-Baqarah, Ayat 286)
Kedua, segala musibah termasuk bencana yang terjadi pada diri manusia maka hal itu adalah yang terbaik menurut Allah untuk kita sekalipun manusia tanya yang tidak menyadarinya. Setiap kita cenderung melihat suatu persoalan dari sisi permukaannya saja secarah sepintas. Seseorang akan baru menyadari bahwa dalam peristiwa itu ada kebaikan bagi dirinya, setelah jauh melampaui waktu dari masalah. Sehingga tidak jarang seseorang mengatakan, “untung saya pernah mendapatkan masalah itu, jika tidak, mungkin saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini”. Setiap peristiwa termasuk musibah dan bencana hal itu adalah yang terbaik menurut Allah untuk manusia. Bagaimana di dalam firmanNya :
وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah, Ayat 216)
Ketiga, menyadari bahwa dibalik beratnya suatu musibah ataupun bencana sebenarnya terdapat kemudahan dan jalan keluar. Sebagaimana firman Allah :
فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا. إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا
Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah, Ayat 5-6)
Bahkan untuk meyakinkan manusia akan adanya kemudahan dibalik setiap musibah dan bencana, sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengulangi kalimatnya dua kali, sebab tidak sedikit manusia yang bersikap demikian, yaitu ragu akan adanya jalan keluar dan kemudahan. Karena memang demikianlah sifat manusia, suka berkeluh kesah di saat ditimpa suatu masalah.
Keempat, menyadari bahwa di dalam setiap peristiwa musibah ataupun bencana ada hikmah dan kebaikan yang sedang Allah titipkan di balik setiap peristiwa tersebut. Coba perhatikan dengan adanya bencana pandemi Covid-19 yang memaksa manusia untuk berdiam diri di rumah, dengan sebab adanya lockdown dan sosial distancing, sehingga seseorang dapat lebih banyak berkumpul dengan keluarga, mengistirahatkan dirinya dari kesibukan di luar rumah, mengistirahatkan pikiran dan fisik, yang hal ini tentu akan jauh lebih bermanfaat dalam membangun kualitas diri. Manusia lebih peduli terhadap kesehatan dirinya dan lingkungan. Hikmah di dunia pendidikan para guru menjadi lebih mahir membuat dan menyusun materi pembelajaran daring. Para siswa menjadi biasa memanfaatkan smartphonedalam mengerjakan tugas daring.
Bahkan hikmah dari adanya covid-19 menjadikan para peneliti dan inovator dari beberapa daerah di tanah air menciptakan hand sanitizer dari berbagai bahan yang murah dan mudah didapatkan. Bahkan secara dadakan banyak para pengusaha mampu membuat produksi masker secara mandiri dan kreatif.
Hikmah bagi lingkungan dengan adanya covid-19 dan kebijakan work from home menjadikan lingkungan semakin bersih dari polusi. Menurut data Satelit Copernicus Sentinel-5P baru-baru ini memetakan polusi udara di Selruh Eropa serta China mengungkapkan adanya penurunan yang signifikan dalam konsentrasi nitrogen (liputan6.com). Menurunnya emisi gas rumah kaca dan perbaikan lapisan Ozon. Bahkan bumi semakin menjadi lebih baik karena getaran bumi semakin berkurang. Dikutip detikINET dari CBS, periset yang memantau pergerakan Bumi menyebut bahwa disetopnya sistem transportasi, bisnis dan kegiatan manusia lain berkolerasi dengan getaran Bumi lebih rendah dari biasanya.
Bahkan hikmah secara sosial yaitu munculnya kesadaran baru untuk saling peduli pada sesama muncul kembali semangat bahu-membahu, gotong royong, untuk membersihkan lingkungan bersama-sama, membantu warga yang terdampak, jiwa manusia tergerak untuk saling tolong-menolong diantara mereka. Hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat luar biasa dalam kehidupan sosial.
Bahkan seandainya seseorang meninggal karena sebab penyakit wabah covid-19, maka hal itu menjadi jalan baginya sebagai syahid. Sebagaimana sabda nabi :
الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ وَالَّذِى يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ
“Orang-orang yang mati syahid yang selain terbunuh di jalan Allah ‘azza wa jalla itu ada tujuh orang, yaitu korban ath-tha’un (wabah) adalah syahid; mati tenggelam (ketika melakukan safar dalam rangka ketaatan) adalah syahid; yang punya luka pada lambung lalu mati, matinya adalah syahid; mati karena penyakit perut adalah syahid; korban kebakaran adalah syahid; yang mati tertimpa reruntuhan adalah syahid; dan seorang wanita yang meninggal karena melahirkan (dalam keadaan nifas atau dalam keadaan bayi masih dalam perutnya, pen.) adalah syahid.” (HR. Abu Daud)
Semua hikmah ini hanya akan diperoleh manakala seseorang memandang secara positif, berhusnudzon terhadap segala peristiwa, musibah termasuk bencana covid-19 sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Artinya berhusnudzon terhadap bencana covid-19 akan lebih mendorong energi positif, menenangkan jiwa dan menyelamatkan keimanan. Mari berhusnudzon kepada takdir Allah.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB