Kanal24
No Result
View All Result
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Login
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
No Result
View All Result
Kanal24
No Result
View All Result

I’TISHOM DAN SUHBAH : LANDASAN KOMUNIKASI ORGANISASI PROFETIK DALAM MEMBANGUN TIM WORK

Adam Kukuh Kurniawan by Adam Kukuh Kurniawan
August 4, 2023
in Ekonomi
0
104
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

oleh | Akhmad Muwafik Saleh

Salah satu dari maksud berorganisasi adalah menyatukan langkah untuk mencapai tujuan bersama. Setiap orang pada mulanya tentu memiliki kebutuhan, kepentingan dan harapan, yang dengannya seseorang dapat melanjutkan kehidupan. Namun semua orang dapat dipastikan tidak ada satupun dari mereka yang mampu memenuhi setiap kebutuhannya itu secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Sebab manusia memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhannya. Karena itulah manusia diperintahkan untuk berkumpul dan saling mengikatkan diri untuk saling tolong menolong serta membantu dalam memenuhi dan mencapai segala maksud tujuan kebutuhannya. Inilah maksud dalam berorganisasi.Ā 

Namun agar dalam berkumpul seseorang dapat diikat dengan ikatan yang kuat dan tidak mudah lepas maka perlu sebuah pengikat yang benar-benar kuat. Komunikasi organisasi profetik dalam membangun kekuatan organisasi melalui tim work dibangun atas dua landasan penting yaitu konsep I’tishom dan Suhbah.Ā 

Landasan pertama adalah i’tishom yaitu sebuah ikatan yang kuat dalam menjalin hubungan antar anggota dalam organisasi. Ikatan kuat itu dalam perspektif profetik adalah dibangun atas hubungan ikatan ketuhanan (hablullah)Ā  yaitu berupa ikatan keimanan atau keyakinan. Karena ikatan keimanan akan mengikat hati, pikiran, perasaan dan tindakan manusia. Artinya organisasi dalam perspektif profetik haruslah dibangun atas landasan keimanan dan dengan ikatan ini mereka menjalankan interaksi dan komunikasinya. Sebagaimana di sebutkan dalam teks sumber wahyuĀ  :

ŁˆŁŽŁ±Ų¹Ū”ŲŖŁŽŲµŁŁ…ŁŁˆŲ§Ł’ ŲØŁŲ­ŁŽŲØŪ”Ł„Ł Ł±Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¬ŁŽŁ…ŁŁŠŲ¹Ł—Ų§ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁŁŽŲ±Ł‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§Ł’Ūš ŁˆŁŽŁ±Ų°Ū”ŁƒŁŲ±ŁŁˆŲ§Ł’ Ł†ŁŲ¹Ū”Ł…ŁŽŲŖŁŽ Ł±Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŪ”ŁƒŁŁ…Ū” ؄ِذ۔ ŁƒŁŁ†ŲŖŁŁ…Ū” Ų£ŁŽŲ¹Ū”ŲÆŁŽŲ§Ł“Ų”Ł— ŁŁŽŲ£ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁŁŽ ŲØŁŽŁŠŪ”Ł†ŁŽ Ł‚ŁŁ„ŁŁˆŲØŁŁƒŁŁ…Ū” ŁŁŽŲ£ŁŽŲµŪ”ŲØŁŽŲ­Ū”ŲŖŁŁ… ŲØŁŁ†ŁŲ¹Ū”Ł…ŁŽŲŖŁŁ‡ŁŪ¦Ł“ Ų„ŁŲ®Ū”ŁˆŁŽŁ°Ł†Ł—Ų§ ŁˆŁŽŁƒŁŁ†ŲŖŁŁ…Ū” Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰Ł° Ų“ŁŽŁŁŽŲ§ Ų­ŁŁŪ”Ų±ŁŽŲ©Ł– Ł…Ł‘ŁŁ†ŁŽ Ł±Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±Ł ŁŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł‚ŁŽŲ°ŁŽŁƒŁŁ… Ł…Ł‘ŁŁ†Ū”Ł‡ŁŽŲ§Ū— ŁƒŁŽŲ°ŁŽŁ°Ł„ŁŁƒŁŽ ŁŠŁŲØŁŽŁŠŁ‘ŁŁ†Ł Ł±Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŁƒŁŁ…Ū” Ų”ŁŽŲ§ŁŠŁŽŁ°ŲŖŁŁ‡ŁŪ¦ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ū” ŲŖŁŽŁ‡Ū”ŲŖŁŽŲÆŁŁˆŁ†ŁŽ

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali ‘Imran, Ayat 10)

Seorang yang telah diikat dengan keimanan maka pada setiap mereka telah memiliki hak dan kewajiban untuk saling dijaga. Sebagaimana disampaikan oleh nabi bahwa seorang yang telah beriman maka wajib pada setiap orang untuk menjaganya atas 3 hal. Sebagaimana disebutkan dalam teks hadits:Ā 

ŁˆŲ¹Ł† Ų¹ŲØŲÆ الله بن عمر رضي الله عنهما Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘Ł ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ بِمِنًى: (Ų£ŁŽŲŖŁŽŲÆŁ’Ų±ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų£ŁŽŁŠŁ‘Ł ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲŸ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŲ§: Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„ŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…Ł ، ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŒ Ų­ŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł…ŁŒ ، Ų£ŁŽŁŁŽŲŖŁŽŲÆŁ’Ų±ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų£ŁŽŁŠŁ‘Ł ŲØŁŽŁ„ŁŽŲÆŁ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲŸ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„ŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…Ł ، Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: ŲØŁŽŁ„ŁŽŲÆŁŒ Ų­ŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł…ŁŒ ، Ų£ŁŽŁŁŽŲŖŁŽŲÆŁ’Ų±ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų£ŁŽŁŠŁ‘Ł Ų“ŁŽŁ‡Ł’Ų±Ł Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲŸ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŲ§: Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„ŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…Ł ، Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų“ŁŽŁ‡Ł’Ų±ŁŒ Ų­ŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł…ŁŒ ، Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ų­ŁŽŲ±Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŲÆŁŁ…ŁŽŲ§Ų”ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ¹Ł’Ų±ŁŽŲ§Ų¶ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁƒŁŽŲ­ŁŲ±Ł’Ł…ŁŽŲ©Ł ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ، فِي Ų“ŁŽŁ‡Ł’Ų±ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲŒ فِي ŲØŁŽŁ„ŁŽŲÆŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ) Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų§Ł„ŲØŲ®Ų§Ų±ŁŠ .

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma, ia berkata: Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ā€œtahukah engkau hari apa ini?ā€. Para sahabat menjawab: ā€œAllah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuiā€. Nabi bersabda: ā€œsesungguhnya ini adalah hari yang haram (suci). Apakah engkau tahu negeri apa ini?. Para sahabat menjawab: ā€œAllah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuiā€. Nabi bersabda: ā€œini adalah negeri yang haram (suci). Apakah kalian tahu bulan apakah ini?ā€. Para sahabat menjawab: ā€œAllah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuiā€. Nabi bersabda: ā€œini adalah bulan haram (suci)ā€. Lalu beliau bersabda lagi: ā€œsesungguhnya Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpakan) dan harta kalian (untuk dirampais) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri iniā€ (HR. Bukhari).

Setiap orang yang telah berikrar keimanan maka mereka memiliki hak yang wajib saling dijaga atas lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam teks hadits tentang hak sesama muslim,

Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲØŁŁŠ Ł‡ŁŲ±ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽŲ©ŁŽ – رضي الله عنه – Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„Ł Ų§ŁŽŁ„Ł„ŁŽŁ‘Ł‡Ł – صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… – – Ų­ŁŽŁ‚ŁŁ‘ Ų§ŁŽŁ„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§ŁŽŁ„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…Ł Ų³ŁŲŖŁŒŁ‘: Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŁ‚ŁŁŠŲŖŁŽŁ‡Ł ŁŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŁ‘Ł…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł, ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ ŲÆŁŽŲ¹ŁŽŲ§ŁƒŁŽ ŁŁŽŲ£ŁŽŲ¬ŁŲØŁ’Ł‡Ł, ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų§ŁŲ³Ł’ŲŖŁŽŁ†Ł’ŲµŁŽŲ­ŁŽŁƒŁŽ ŁŁŽŲ§Ł†Ł’ŲµŁŽŲ­Ł’Ł‡Ł, ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ·ŁŽŲ³ŁŽ ŁŁŽŲ­ŁŽŁ…ŁŲÆŁŽ Ų§ŁŽŁ„Ł„ŁŽŁ‘Ł‡ŁŽ ŁŁŽŲ³ŁŽŁ…ŁŁ‘ŲŖŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ±ŁŲ¶ŁŽ ŁŁŽŲ¹ŁŲÆŁ’Ł‡Ł, ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ§ŲŖŁŽ ŁŁŽŲ§ŲŖŁ’ŲØŁŽŲ¹Ł’Ł‡Ł – Ų±ŁŽŁˆŁŽŲ§Ł‡Ł Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŒ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ā€˜anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda, ā€œHak muslim kepada muslim yang lain ada enam.ā€ Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ā€(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).ā€ (HR. Muslim. no. 2162)
Ā 
Demikian pula seseorang yang telah diikat dengan ikatan keimanan maka keberadaan mereka telah menjadi bagian dari satu bangunan yang utuh yang saling menguatkan dan tidak mudah digoyahkan. Sebagaimana disampaikan dalam teks hadist bahwa seorang mukmin itu ibarat satu tubuh dan ibarat satu bangunan utuh. Sebagaimana dalam teks hadits,

Ł…ŁŽŲ«ŁŽŁ„Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ فِي ŲŖŁŽŁˆŁŽŲ§ŲÆŁŁ‘Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ų·ŁŁŁŁ‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ±ŁŽŲ§Ų­ŁŁ…ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲ³ŁŽŲÆŁ Ų§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲ§Ų­ŁŲÆŁ Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų§ŁŲ“Ł’ŲŖŁŽŁƒŁŽŁ‰ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡Ł Ų¹ŁŽŲ¶Ł’ŁˆŁŒ ŲŖŁŽŲÆŁŽŲ§Ų¹ŁŽŁ‰ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų³ŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲ³ŁŽŲÆŁ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų­ŁŁ…ŁŽŁ‰

ā€œPerumpamaan orang-orang muslim beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh meresponnya dengan merasa demam.ā€ (HR Muslim)

Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†Ł Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†Ł ŁƒŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§Ł†Ł ŁŠŁŽŲ“ŁŲÆŁ‘Ł ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶ŁŁ‡Ł ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶Ł‹Ų§

ā€œOrang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.ā€ (Shahih Muslim No.4684)

Dalam perspektif profetik bahwa organisasi haruslah mampu memperlakukan manusia ibarat satu tubuh dan satu bangunan tersebut. Sehingga interaksi dan komunikasi yang dilakukan haruslah bisa saling menguatkan dan bukan saling menghancurkan. Karena suatu bangunan tidak akan pernah utuh berdiri tegak dan kokoh manakala interaksi antar unsur dibangun niat negatif dan cara komunikasi yang saling merugikan.

Organisasi ibarat satu tubuh sehingga komunikasi yang dilakukan juga haruslah saling menjaga dan tidak menyakiti. Bahkan jika salah satu dari anggota tubuh itu tersakiti maka seluruh anggota tubuh juga harus merasakan sakit yang sama. Artinya komunikasi organisasi dalam perspektif profetik menekankan pentingnya sikap empati atas orang laing sehingga mampu ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. Bukanlah bagian satu tubuh manakala menghadirkan sikap egoisme, cuek dan tidak mau tahu orang lain (permasalahn dan kebutuhannya) dalam sebuah organisasi.

Menghadirkan perasaan satu tubuh ini akan melahirkan sikap bersahabat, suhbah antar anggota dalam organisasi. Konsep suhbah atau sahabat inilah yang diperkenalkan oleh nabi dalam membanguna landasan pola hubungan antar orang dalam organisasi untuk membangun kekuatan kerjasama dan kebersamaan dalam tubuh organisasi ummat islam sehingga mampu mencapai tujuannya yaitu kemenangan dan kejayaan islam dan kemuliaan islam (izzul islam). Inilah landasan pertama komunikasi organisasi profetik dalam membangun kerjasama tim, sebagai maksud awal adanya sebuah organisasi.

Landasan kedua komunikasi organisasi profetik ini dalam membangun tim work adalah konsep suhbah. Rasulullah mengenalkan penggunaan Istilah “sahabat” yang berasal dari kata suhbah (ŲµŲ­ŲØŲ©), berarti suatu ikatan hubungan yang kuat antara seseorang dengan orang lain dalam bangunan pertemanan, persahabatan. Imam Abu al-Qasim al-Qushayri kitabnya, al-Risalah al-Qushayriyyah, menjelaskan bahwa suhbah terbagi dalam tiga macam, yaitu pertama, ikatan hubungan dengan orang yang lebih tinggi kedudukannya. Maka ia sebenarnya lebih merupakan suatu khidmat.
Kedua, ikatan hubungan dengan orang yang lebih rendah. Maka orang yang lebih tinggi harus menunjukkan sifat kasih sayang dan rahmat, sedang orang yang lebih rendah, haruslah menunjukkan sifat setia dan menghormati. Ketiga, Ikatan hubungan dengan orang yang sama atau setaraf sederajat. Maka ia dibina atas asas itsar, yaitu kesediaan mendahulukan dan mengutamakan orang lain serta menampilkan sikap kebijaksanaan.

Konsekwensi atas konsep ini mendorong seseorang dalam menjalakan praktek komunikasi organisasi haruslah dilandasi oleh nilai-nilai persahabatan itu, yakni setiap orang di seluruh tingkatan atau level peran dalam organisasi perlu menjaga dan mewujudkan nilai-nilai kasih sayang, perhatian khususnya dari seorang pimpinan terhadap anak buah atau anggota organisasi (top down atau down word communication). Sementara seorang anak buah terhadap pimpinan atau terhadap organisasi haruslah mampu menunjukkan sikap loyalitas, kesetiaan dan khidmad atau melayani (bottom up atau up word communication). Sementara dalam hubungan yang setara antar anggota atau sesama garis level (horisontal communication) maka setiap mereka harus mampu menunjukkan sikap yang saling menghargai, menghormati serta saling setia dengan mendahulukan dan mengutamakan kebutuhan dan keperluan saudaranya (itsar).

Wujud perilaku suhbah ini yang perlu menjadi landasan dalam membangun persahabatan dalam jalinan komunikasi organisasi profetik agar realitas organisasi berjalan dengan baik serta menjauhkan dari segala sikap perilaku yang dapat merusak jalinan suhbah ini.

Ų­ŁŽŲÆŁ‘ŁŽŲ«ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŲØŁ’Ł†Ł Ł…ŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŽŲ©ŁŽ بْنِ Ł‚ŁŽŲ¹Ł’Ł†ŁŽŲØŁ Ų­ŁŽŲÆŁ‘ŁŽŲ«ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŲÆŁŽŲ§ŁˆŁŲÆŁ ŁŠŁŽŲ¹Ł’Ł†ŁŁŠ Ų§ŲØŁ’Ł†ŁŽ Ł‚ŁŽŁŠŁ’Ų³ŁŲ¹ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲØŁŁŠ Ų³ŁŽŲ¹ŁŁŠŲÆŁ Ł…ŁŽŁˆŁ’Ł„ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŲ§Ł…ŁŲ±Ł بْنِ ŁƒŁŲ±ŁŽŁŠŁ’Ų²Ł Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲØŁŁŠ Ł‡ŁŲ±ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽŲ©ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ Ł„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ­ŁŽŲ§Ų³ŁŽŲÆŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ†ŁŽŲ§Ų¬ŁŽŲ“ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲØŁŽŲ§ŲŗŁŽŲ¶ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲÆŁŽŲ§ŲØŁŽŲ±ŁŁˆŲ§ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲØŁŲ¹Ł’ ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŲØŁŽŁŠŁ’Ų¹Ł ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶Ł ŁˆŁŽŁƒŁŁˆŁ†ŁŁˆŲ§ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų„ŁŲ®Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł‹Ų§ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…Ł Ų£ŁŽŲ®ŁŁˆŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…Ł Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲøŁ’Ł„ŁŁ…ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ®Ł’Ų°ŁŁ„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ­Ł’Ł‚ŁŲ±ŁŁ‡Ł Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ Ł‡ŁŽŲ§Ł‡ŁŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁŠŁŲ“ŁŁŠŲ±Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŲµŁŽŲÆŁ’Ų±ŁŁ‡ŁŲ«ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų«ŁŽ Ł…ŁŽŲ±Ł‘ŁŽŲ§ŲŖŁ ŲØŁŲ­ŁŽŲ³Ł’ŲØŁ Ų§Ł…Ł’Ų±ŁŲ¦Ł مِنْ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ±Ł‘Ł Ų£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ­Ł’Ł‚ŁŲ±ŁŽ Ų£ŁŽŲ®ŁŽŲ§Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽ ŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…Ł Ų­ŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł…ŁŒ ŲÆŁŽŁ…ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§Ł„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ¹ŁŲ±Ł’Ų¶ŁŁ‡Ł Ų­ŁŽŲÆŁ‘ŁŽŲ«ŁŽŁ†ŁŁŠ Ų£ŁŽŲØŁŁˆ Ų§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŲ§Ł‡ŁŲ±Ł Ų£ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲÆŁ ŲØŁ’Ł†Ł Ų¹ŁŽŁ…Ł’Ų±ŁŁˆŲØŁ’Ł†Ł Ų³ŁŽŲ±Ł’Ų­Ł Ų­ŁŽŲÆŁ‘ŁŽŲ«ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų§ŲØŁ’Ł†Ł ŁˆŁŽŁ‡Ł’ŲØŁ Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŲ³ŁŽŲ§Ł…ŁŽŲ©ŁŽ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ Ų§ŲØŁ’Ł†Ł Ų²ŁŽŁŠŁ’ŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų³ŁŽŁ…ŁŲ¹ŁŽ Ų£ŁŽŲØŁŽŲ§ Ų³ŁŽŲ¹ŁŁŠŲÆŁŁ…ŁŽŁˆŁ’Ł„ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł بْنِ Ų¹ŁŽŲ§Ł…ŁŲ±Ł بْنِ ŁƒŁŲ±ŁŽŁŠŁ’Ų²Ł ŁŠŁŽŁ‚ŁŁˆŁ„Ł Ų³ŁŽŁ…ŁŲ¹Ł’ŲŖŁ Ų£ŁŽŲØŁŽŲ§ Ł‡ŁŲ±ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽŲ©ŁŽ ŁŠŁŽŁ‚ŁŁˆŁ„ŁŲ§ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŁŁŽŲ°ŁŽŁƒŁŽŲ±ŁŽ Ł†ŁŽŲ­Ł’ŁˆŁŽ Ų­ŁŽŲÆŁŁŠŲ«Ł ŲÆŁŽŲ§ŁˆŁŲÆŁŽ ŁˆŁŽŲ²ŁŽŲ§ŲÆŁŽ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁ‚ŁŽŲµŁŽŁˆŁŽŁ…ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ§ Ų²ŁŽŲ§ŲÆŁŽ ŁŁŁŠŁ‡Ł Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁ†Ł’ŲøŁŲ±Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ų³ŁŽŲ§ŲÆŁŁƒŁŁ…Ł’Ā  ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŲµŁŁˆŁŽŲ±ŁŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ†Ł’ ŁŠŁŽŁ†Ł’ŲøŁŲ±ŁŲ„ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ł‚ŁŁ„ŁŁˆŲØŁŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“ŁŽŲ§Ų±ŁŽ ŲØŁŲ£ŁŽŲµŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁ‡Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŲµŁŽŲÆŁ’Ų±ŁŁ‡Ł

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab; Telah menceritakan kepada kami Dawud yaitu Ibnu Qais dari Abu Sa’id budak ‘Amir bin Kuraiz dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya.” Telah menceritakan kepadaku Abu At Thahir Ahmad bin Amru bin Sarh Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Usamah yaitu Ibnu Zaid Bahwa dia mendengar Abu Sa’id -budak- dari Abdullah bin Amir bin Kuraiz berkata; aku mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: -kemudian perawi menyebutkan Hadits yang serupa dengan Hadits Daud, dengan sedikit penambahan dan pengurangan. Diantara tambahannya adalah; “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati kalian. (seraya mengisyaratkan telunjuknya ke dada beliau). (Muslim no. 4650).

Fakta sejarah atas komunikasi organisasi profetik yang mengedepankan sikap suhbah ini ditunjukkan oleh para sahabat nabi disaat nabi berhijrah ke madinah yang diikuti oleh para sahabat muhajirin (makkah) dan diterima dengan baik oleh sahabat anshar (Madinah). Sesampainya di Madinah, Nabi membangun masjid sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai tempat pertemuan dan pembinaan ummat, lalu nabi mempersaudarakan kaum muslimin (ta’akhah) antara muhajirin dan anshar. Sehingga tercatatlah sahabat Ja’far bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’adz bin jabal, Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid bin Haritsah, Abu Bakar as shiddiq dengan Kharijah bin Zuhair, Umar bin Khattab dengan Utbah bin Malik, Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi.

Tercatatlah peristiwa heroik persahabatan antara sahabat Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’ yang sangat fenomenal dalam sejarah. Bahwa abdurrahman bin auf sebagai muhajirin yang meninggalkan kota makkah tentu tidak membawa harta benda yang cukup, sementara Sa’ad bin Rabi’ sebagai orang tempatan (anshar madinah) memiliki banyak kecukupan harta benda. Sehingga ditawarkanlah kepada sahabat muhajirinnya agar memilih mana dia suka dari harta miliknya (Sa’ad) untuk kemudian dibagikan dengannya (Abdurrahman). Namun Abdurrahman tahu diri dan cukup meminta untuk ditunjukkan pasar agar dirinya bisa berusaha dan mencukupi kebutuhan hidupnya. Peristiwa heroik ini diabadikan oleh Allah swt melalui FirmanNyaĀ  :

ŁˆŁŽŁ±Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ ŲŖŁŽŲØŁŽŁˆŁ‘ŁŽŲ”ŁŁˆ Ł±Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŲ§Ų±ŁŽ ŁˆŁŽŁ±Ł„Ū”Ų„ŁŁŠŁ…ŁŽŁ°Ł†ŁŽ مِن Ł‚ŁŽŲØŪ”Ł„ŁŁ‡ŁŁ…Ū” ŁŠŁŲ­ŁŲØŁ‘ŁŁˆŁ†ŁŽ Ł…ŁŽŁ†Ū” Ł‡ŁŽŲ§Ų¬ŁŽŲ±ŁŽ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŪ”Ł‡ŁŁ…Ū” ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ¬ŁŲÆŁŁˆŁ†ŁŽ فِي ŲµŁŲÆŁŁˆŲ±ŁŁ‡ŁŁ…Ū” Ų­ŁŽŲ§Ų¬ŁŽŲ©Ł— Ł…Ł‘ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ§Ł“ Ų£ŁŁˆŲŖŁŁˆŲ§Ł’ ŁˆŁŽŁŠŁŲ¤Ū”Ų«ŁŲ±ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰Ł°Ł“ Ų£ŁŽŁ†ŁŁŲ³ŁŁ‡ŁŁ…Ū” ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁˆŪ” ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ بِهِم۔ Ų®ŁŽŲµŁŽŲ§ŲµŁŽŲ©ŁžŪš ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ† ŁŠŁŁˆŁ‚ŁŽ Ų“ŁŲ­Ł‘ŁŽ Ł†ŁŽŁŪ”Ų³ŁŁ‡ŁŪ¦ ŁŁŽŲ£ŁŁˆŁ’Ł„ŁŽŁ°Ł“Ų¦ŁŁƒŁŽ Ł‡ŁŁ…Ł Ł±Ł„Ū”Ł…ŁŁŪ”Ł„ŁŲ­ŁŁˆŁ†ŁŽ

Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr, Ayat 9)

Firman Allah swt ini dalam asbabun nuzulnya dijelaskan tentang peristiwa itsar sahabat, melalui jalur Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata, “Suatu hari, seseorang datang kepada Rasulullah seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, sekarang ini saya sangat kelaparan.’ Rasulullah lalu menanyakan kepada istri-istrinya apakah memiliki persediaan makanan, namun tidak ada apa pun pada mereka. Rasulullah lantas berkata kepada sahabat-sahabatnya, ‘Adakah di antara kalian yang mau menjamunya mala mini? Semoga Allah merahmati yang menjami tersebut.’ Seorang laki-laki dari kalangan Anshar lalu berdiri dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya akan menjamunya.’ Laki-laki itu lantas pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, ‘Saya telah berjanji akan menjamu seorang tamu Rasulullah. Oleh karena itu, keluarkanlah persediaan makananmu.’ Akan tetapi, sang istri menjawab, ‘Demi Allah, saya tidak punya makanan apapun kecuali sekedar yang akan diberikan kepada anak-anak kita.’ Laki-laki itu lantas berkata, ‘Kalau begitu, jika nanti anak-anak kita telah terlihat ingin makan malam maka berusahalah untuk menidurkan mereka. Setelah itu, hidangkanlah makanan untuk mereka itu (kepada sang tamu) dan padamkan lampu.’ Adapun kita sendiri akan tidur dengan perut kosong pada mala mini.’ Sang istri lalu menuruti intruksi suaminya itu. Pada pagi harinya, laki-laki itu bertemu dengan Rasulullah. Beliau lantas berkata kepada para sahabat, ‘Sesungguhnya Allah telah berkagum-kagum atau tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh si Fulan dan Fulanah. Allah lantas menurunkan ayat, ‘…dan mereka yang mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan…’ ” (Tafsir AlQuran Ibnu Katsir).

Berdasarkan penjelasan diatas menegaskan bahwa jika pada awalnya keberadaan organisasi diniatkan untuk membangun kerjasama antar individu, namun dalam perjalanan prosesnya selalu menghadirkan konflik bahkan tidak jarang dari konflik-konflik dalam organisasi itu berujung pada persengketaan dan pertikaian bahkan pertengkaran hingga hancur leburlah organisasi. Hal ini disebabkan ikatan dasarnya lepas sehingga organisasi tidak lagi diikat dengan ikatan yang kuat akhirnya mudah lepas dan berantakan. Itulah ikatan keimanan, keyakinan yang harusnya menjadi landasan bahkan tujuan utama dalam setiap tindakan sehingga manakala merujuk pada landasan ini maka setiap orang tentu akan mudah diikat kembali manakala dikembalikan pada ikatan utamanya. Namun sebaliknya jika keimanan dan segala konsekwensinya tidak dijadikan landasan bahkan lebih mengedepankan hawa nafsu dalam menjalankan roda organisasi maka pastilah akan mudah lepas dan membuyarkan tujuan awalnya.Ā 

Komunikasi organisasi profetik yang melandaskan pada konsep i’tishom dan suhbah ini yang menjadikan interaksi lebih hidup dan bermakna sehingga setiap individu organisasi merasa menjadi bagian penting dalam satu kesatuan ukhuwah ibarat satu tubuh dan satu bangunan utuh. Organisasi ibarat sebuah keluarga yang menjadikan setiap orang diperlakukan selayaknya keluarga yang saling memberikan perhatian dan kepedulian dengan penuh tanggungjawab dan tolong menolong untuk mencapai tujuan bersama. Inilah indahnya komunikasi profetik.Ā Ā 

Post Views: 846
Previous Post

TOPS Bidik Kontrak Baru Hingga Rp4 Triliun

Next Post

TOPS Bidik Kontrak Baru Hingga Rp4 Trilliun

Adam Kukuh Kurniawan

Adam Kukuh Kurniawan

Next Post

TOPS Bidik Kontrak Baru Hingga Rp4 Trilliun

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest

ISLAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

August 4, 2023
oval layer

5 Gaya Rambut yang Tepat untuk Pipi Chubby agar Tampil Lebih Menarik

August 25, 2024

Yuk Kenali Istilah Dalam Karate

August 3, 2023

AYAT-AYAT KREATIFITAS DAN INOVASI PELAYANAN

August 4, 2023
Permainan Interaktif Menjadi Media KKN FP UB Pupuk Minat Baca Anak Desa Kromengan

Permainan Interaktif Menjadi Media KKN FP UB Pupuk Minat Baca Anak Desa Kromengan

39
Pemkot Malang Tingkatkan Sinergi dan Soliditas Demi Keamanan Wilayah

Pemkot Malang Tingkatkan Sinergi dan Soliditas Demi Keamanan Wilayah

8
Budayakan Gaya Hidup Sehat, Fapet UB Gelar Latihan Jalan Nordik

Budayakan Gaya Hidup Sehat, Fapet UB Gelar Latihan Jalan Nordik

7
Manfaat Naik Turun Tangga Setiap Hari Bagi Kesehatan

Manfaat Naik Turun Tangga Setiap Hari Bagi Kesehatan

7
Guru Besar HI UB: Menimbang Arah Baru Palestina Merdeka

Guru Besar HI UB: Menimbang Arah Baru Palestina Merdeka

December 11, 2025
Inovasi Bioplastik Indonesia Menuju Ekonomi Sirkular

Inovasi Bioplastik Indonesia Menuju Ekonomi Sirkular

December 11, 2025
Strategi Branding Digital Perkuat Bisnis BPU

Strategi Branding Digital Perkuat Bisnis BPU

December 11, 2025
Disertasi Fapet UB Bahas Riset Lontar Dorong IB Cair Sapi Sumba

Disertasi Fapet UB Bahas Riset Lontar Dorong IB Cair Sapi Sumba

December 11, 2025

Popular Stories

  • ISLAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Gaya Rambut yang Tepat untuk Pipi Chubby agar Tampil Lebih Menarik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Kenali Istilah Dalam Karate

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • AYAT-AYAT KREATIFITAS DAN INOVASI PELAYANAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Rambut Pria 2025: Gaya Modern dan Maskulin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
UB Radio 107.5 FM
107.5 FM
Tap to Play
  • Berita
  • Tentang Kanal24
  • Layanan
  • Pedoman Media Siber
Copyright Kanal24.com 2025

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Terkiniā€Ž
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan

Copyright Kanal24.com 2025