KANAL24, Blitar – Ekonomi rumah tangga pedesaan mempunyai kondisi yang tidak stabil sehingga kesulitan melakukan pemberdayaan ekonomi rumah tangga secara mandiri. Hal ini dikarenakan berbaai sebab seperti sumber penghasilan tidak stabil karena sumber penghasilan utama keluarga adalah sektor pertanian,peternakan atau usaha kecil-kecilan. Kedua, keterbatasan akses ke layanan keuangan sehingga kesulitan untuk berinvestasi dan memperoleh akses ke pinjaman produktif. Ketiga, pendidikan keuangan yang terbatas berpotensi mengakibatkan pengeluaran yang tidak terkontrol, menumpuk hutang dan tidak dapat melakukan akumulasi kekayaan. Dengan latar belakang kondisi tersebut maka diperlukan pelatihan pengelolaan keuangan rumah tangga bagi masyarakat pedesaan.
“Pengelolaan keuangan keluarga penting agar keluarga tidak terjerat hutang dan mampu berinvestasi,” kata Tyas Danarti.
Menurutnya tujuan dari pelatihan tersebut yaitu : Pertama, mengoptimalkan penggunaan sumber daya finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , menghindari hutang, dan membangun tabungan. Kedua, meminimalkan risiko finansial seperti hutang, kebangkrutan, atau ketidakstabilan finansial. Dengan mengelola uang mereka dengan bijak, mereka dapat memastikan bahwa mereka memiliki cukup uang untuk membayar tagihan dan kebutuhan sehari-hari, dan juga menyisihkan uang untuk masa depan.
Pelatihan pengelolaan keuangan rumah tangga dilakukan di Desa Maron Kecamatan Srengat diikuti oleh 20 orang ibu rumah tangga. Metode pelatihan yang digunakan adalah diskusi (FGD) untuk menggali pola pengeluaran dan pemasukan keuangan dalam rumah tangga. Peserta didorong berperan aktif dengan langsung mempraktekan untuk membuat catatan jurnal keuangan pada buku jurnal dan alat hitung yang sudah disiapkan.
“Kami melatih mereka melalui diskusi dan simulasi agar mudah dipahami dan lebih mengena,” lanjutnya.
Hasil pemetaan pengeluaran dan pemasukan keuangan didapatkan beberapa fakta penting yaitu pertama, semua rumah tangga yang mengikuti pelatihan mempunyai pinjaman ; kedua, semua rumah tangga belum mempunyai target keuangan tertentu untuk sesuatu yang dicita-citakan ; ketiga, adanya anggapan bahwa membuat catatan keuangan tidak mempunyai manfaat ; keempat, mayoritas pemasukan keuangan tidak secara periodik dan jumlahnya bervariasi ; kelima, peserta baru mengetahui posisi pengeluaran rumah tangganya setelah bersama-sama mempraktikan pada saat pelatihan. ; Keenam, peserta belum menemukan instrument investasi yang sesuai dengan pola keuangan rumah tangganya.
Setelah dilakukan pelatihan peserta mampu mengetahui pola keuangan dalam rumah tangganya sehingga mampu membuat perbaikan pola pengeluaran rumah tangga agar terjadi akumulasi kekayaan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi rumah tangga. Setelah mendapatkan literasi keuangan, peserta mempunyai alternatif pilihan lembaga keuangan yang sesuai dengan pola keuangan masing-masing rumah tangga.(sdk)