Kanal24, Malang — Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya kembali menyelenggarakan The 7th International Conference Planning in the Era of Uncertainty (ICPEU) pada Rabu–Kamis (3–4/09/2025). Konferensi internasional dua tahunan ini menjadi ruang temu bagi para akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk membahas arah perencanaan wilayah dan kota di tengah ketidakpastian global.
Dengan mengusung tema “Navigating Uncertainty: Harmonising the Formal and Informal Planning Approaches for a Resilient Future”, konferensi ini menekankan pentingnya menghubungkan kebijakan formal dengan praktik berbasis komunitas. Melalui pendekatan tersebut, diharapkan lahir strategi perencanaan yang adaptif, inklusif, serta mampu menjawab tantangan ketidakpastian di masa depan.
Baca juga:
Situasi Tak Menentu Akibat Demo, SMKN 4 Malang Pastikan Siswa Aman

Ketua Pelaksana ICPEU 2025, Dadang Utomo, Ph.D., dalam wawancara eksklusif dengan Kanal24 menyampaikan bahwa konferensi ini bukan sekadar forum akademik, tetapi juga tradisi intelektual untuk memperkuat jejaring riset dan kolaborasi global. “Situasi dunia semakin tidak jelas arah ke depannya. Tantangan dalam perencanaan kota dan wilayah tidak hanya menyangkut keberlanjutan, tetapi juga bagaimana mengintegrasikan inisiatif lokal masyarakat. Karena itu, tema kali ini menekankan harmonisasi antara pendekatan formal dan informal,” ujarnya.
Konferensi tahun ini menghadirkan sejumlah pembicara kelas dunia dari berbagai latar belakang, di antaranya Butet Manurung (Sokola Rimba, Indonesia), Sonia Roitman, Ph.D. (University of Queensland, Australia), Dr. Sumie Nakayama (Kyoto University, Jepang), Assoc. Prof. Dr. Asrul Mahjuddin (University of Malaya, Malaysia), serta Ismu Rini Dwi Ari, Ph.D. (Universitas Brawijaya, Indonesia). Kehadiran mereka diharapkan mampu memperkaya perspektif lintas disiplin dan wilayah.
Selain sesi pleno dari para keynote speaker, ICPEU juga membuka ruang bagi para peneliti untuk mempresentasikan karya mereka. Tahun ini tercatat lebih dari 170 artikel dikirimkan, dengan 118 penelitian berhasil lolos seleksi untuk dipresentasikan dalam 24 ruang paralel daring. Peserta datang dari berbagai negara, mulai dari Malaysia, Australia, Taiwan, Timor Leste, hingga Indonesia sendiri, menjadikan konferensi ini semakin beragam secara internasional.
Baca juga:
Putra Putri Brawijaya Kenalkan Prestasi dan Peran Duta Kampus
Menariknya, ICPEU 2025 diputuskan berlangsung secara fully online. Menurut Dadang, hal ini memungkinkan partisipasi yang lebih luas dari seluruh dunia. “Keputusan daring ini ternyata sangat tepat. Tahun ini kami mencatat jumlah peserta terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan ICPEU. Ini bukti bahwa platform digital mampu membuka akses lebih besar bagi masyarakat akademik dan profesional,” jelasnya.
Lebih jauh, Dadang berharap hasil diskusi dan pertukaran gagasan dalam ICPEU dapat memberikan dampak nyata. “Kami ingin konferensi ini memperkuat jaringan akademis, penelitian, dan profesional agar bisa saling belajar dari pengalaman masing-masing. Dengan begitu, arah perencanaan kota dan wilayah ke depan akan lebih baik, tangguh, dan berdaya tahan,” pungkasnya. (nid/dpa)