Allahu akbar 7x
Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt. Kebesaran hanyalah milik Allah semata. Tiada tuhan selain Allah. Tiada sekutu bagiNya.
Solawat dan salam bagi Rasulullah saw penutup para rasul, pemimpin para nabi, pemberi syafaat bagi para pecinta.
Allahu akbar 3x
Idul adha yang kita laksanakan hari ini mengandung nilai pembelajaran yang agung dan mendalam. Idul adha setidaknya menyiratkan 3 dimensi pembelajaran bagi kita.
Yaitu pertama dimensi pembelajaran akan pentingnya bangunan keluarga sebagai dasar dalam membangun masyarakat sebagaimana digambarkan dan diinspirasikan melalui kisah nabiyallah ibrahim dan keluarganya.
Kedua dimensi nilai prinsip kehidupan yaitu pengorbanan dan kepedulian sebagai dasar dalam membangun masyarakat melalui pesan qurban
Dan yang ketiga adalah dimensi pembangunan harmonisasi sosial berbangsa dengan nilai kebersamaan dan patriotisme melalui pesan ibadah haji
Allahu akbar 3x
Dimensi pesan pertama, dimensi dasar pembangunan manusia dan keluarga sebagai elemen terkecil dalam kehidupan masyarakat yang dapat diperoleh dari keteladanan kisah nabiyallah ibrahim dan keluarganya.
Sosok ibrahim adalah sosok pribadi, seorang ayah dan pemimpin ummat yang penuh teladan dalam pengorbanan, kepedulian dan perhatian yang mendalam dan jauh kedepan atas masa depan negeri dan bangsanya.
Sebagai seorang pribadi, nabiyallah ibrahim adalah sosok pribadi yang kritis dan cerdas. Kecerdasan yang dipadu dengan ketinggian spiritual yang tinggi sehingga menghasilkan penemuan konsep kehidupan yang tinggi dan mendalam. Demikianlah disaat ibrahim muda melihat bintang gemintang di kegelapan malam dia berpikir akan tuhan dan mengira bahwa itulah tuhan yang mencipta, namun ternyata bintang itu kalah cerah dibandingkan bulan dan matahari yang kesemua itu ternyata terbenam dan tidak kekal. Pemuda Ibrahim yang cerdas dan kritis itupun menolaknya dan menetapkan keyakinan bahwa Tuhan adalah haruslah dzat yang ESA dan Kuasa.
Pemuda ibrahim percaya bahwa kemilau materi fisik tidaklah dapat mengalahkan substansi keyakinan. Ibrahim ingin menyampaikan pesan pada diri kita bahwa seyogyanya kita tidak terpedaya oleh kemilau duniawi krn hal itu bersifat sementara melainkan temukan dan tetapkan satu tujuan yaitu pengabdian hanyalah pada Allah swt semata.
Termasuk keteladanan dari nabiyallah ibrahim adalah keberanian untuk menolak segala bentuk kemungkaran yang merusak prinsip keimanan walaupun harus menghadapi penguasa yang dhalim dengan segala resiko yang harus dihadapi.
Sebagai kepala keluarga Kita juga belajar dari keluarga ibrahim, dari ketaatan ibrahim dan ketawakkalan seorang istri, siti hajar mampu melahirkan seorang anak yang sholih yang mampu mendukung ketaatan orang tua. Hal yang tidak terlepas dari nabi ibrahim adalah selalu mendoakan kebaikan bagi anak cucu keturunannya.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
[Surat Ibrahim 40]
Demikian pula sebagai seorang pemimpin; nabi ibrahim menunjukkan kepedulian dan tanggungjawab kepemimpinan yang tinggi atas masa depan generasi dan bangsanya dengan mendoakan kebaikan atas negerinya.
(وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ ُ)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
[Surat Al-Baqarah 126]
Hal ini memberikan kesan dan pelajaran pada diri kita bahwa sebagai kepala keluarga dan sekaligus pemimpin ummat harus terus mendoakan kebaikan bagi generasi dan bangsanya sehingga mampu melahirkan generasi terbaik dan negeri yang sejahtera sentosa.
Dan inilah konsep pendidikan terbaik serta mendasar dalam membangun kehidupan keluarga sebagai elemen terkecil kehidupan berbangsa.
Ada satu konsep pendidikan yang selama ini mungkin telah ditinggalkan dalam sistem pendidikan modern yaitu keterlibatan doa dalam proses pendidikan dan dengan menjadikan doa sebagai bagian integral terpenting dalam setiap proses pendidikan dan pembangunan generasi, yaitu seorang guru, pendidik yang selalu mendoakan generasinya, mendoakan murid-muridnya, mendoakan mahasiswanya untuk menjadi generasi terbaik hasil dari proses pendidikan yang dilakukan. Doa seorang guru akan mendekatkan secara psikologis emosional antara murid-muridnya dengan sang guru sehingga menjadikan guru tidak hanya sebagai penyampai namun sekaligus sebagai pembimbing kehidupan (murabbi) yang mampu membimbing jalan pikiran sekaligus spiritual sang murid (murabbi ruhiy). Sebuah ungkapan mengatakan :
لو لا مرب ما عرفت ربي
“Kalau sekiranya tanpa murabbi (pembimbing) tentulah aku tidak mengenal Tuhanku”
Coba kita lihat hasil pendidikan yang berpadu dengan kekuatan doa nabiyallah ibrahim atas generasinya sehingga lahirlah ismail yang sangat sholih dan mendukung perjuangan dakwah bahkan dari garis ismail lahirlah nabi kita Muhammad saw. Demikian pula kita lihat makkah sekarang, sebuah negeri yang gersang namun segala kebutuhan pokok hingga segala jenis buah-buahan dari berbagai penjuru dunia tersedia disana dan jadilah makkah sebagai daerah yang aman sentosa, semua ini berkat doa dari nabiyallah ibrahim.
Allahu akbar 3x.
Hikmah pelajaran kedua atas iedul adha ini adalah pesan hikmah dibalik ibadah Qurban yang sangat agung dan mendalam. Seperti pesan yang terkandung dalam makna bahasanya. Qurb atau qurbân berarti “dekat” dengan imbuhan ân (alif dan nun) yang mengandung arti “kesempurnaan”, sehingga qurbân yang diindonesiakan dengan “kurban” berarti “kedekatan yang sempurna”. Kata Qurbân berulang tiga kali dalam al-Qur’an, yaitu pada Qs. Ali Imran/3: 183, al-Ma’idah/5: 27, dan al-Ahqaf/46: 28. Sehingga orang yang berkurban sejatinya sedang ingin menyempurnakan pengabdiannya kepada Allah swt.
Seorang yang berkurban menjadikan jalan bagi dirinya untuk terakui sebagai umat Rasulullah Saw,
مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
“Barang siapa yang mempunyai keluasan (harta) dan tidak mau berqurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami!” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim, Ad Daruquthni dan Al Baihaqi).
Bahkan amaliyah qurban ini menjadi jalan baginkita untuk meraih ampunan dosa, sebagaimana sabda nabi kepada putrinya :
”wahai Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa dosa yang kamu lakukan…” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi)
Hal ini memberikan pesan hikmah bahwa Ibadah qurban mengajarkan kepada kita tentang kepedulian dan pengorbanan. Kepedulian adalah suatu niatan sikap kebaikan untuk memberikan perhatian lebih pada orang lain dengan sungguh-sungguh. Dan hal ini tidak akan pernah bermakna apabila tidak disertai dengan wujud nyata sikap berupa pengorbanan. Dua sikap ini menjadi dasar dalam membangun kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.
Hidup yang penuh kepedulian pada sesama dan jiwa rela berkorban akan menjadikan hidup lebih sejahtera dan sekaligus menjadi solusi berbagai persoalan sosial, seperti kemiskinan, pengangguran dsb.
Bahkan sikap kepedulian menjadi bagian penting dalam keimaman. Sebagaimana hadist dari Hudzaifah, dari Rasulullah saw bersabda :
من لا يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
“Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka dia bukan golongan mereka.”
Sikap kepedulian dan semangat rela berkorban menjadi dasar dalam kita membangun realitas sosial masyarakat yang madani, masyarakat yang harmonis, penuh dengan tepo seliro, saling asah saling asih dan saling asuh.
Allahu akbar 3x
Hikmah selanjutnya adalah ada pada pelaksanaan ibadah Haji. Sebuah pertemuan akbar umat islam seluruh dunia baik selama wuquf ataupun lempar jumroh dan seluruh prosesi haji lainnya. Yang kesemuatu itu mengajarkan kebersamaan, persamaan hak dan patriotisme dalam menolak kemungkaran yang dapat menghancurkan bangunan ketahanan suatu bangsa.
Ibadah Haji mendorong setiap orang untuk sadar bahwa pangkat, jabatan, harta dan kedudukan pada saat itu tidak bermakna, dan semua orang saat itu adalah sama dan yang berbeda hanyalah ketakwaannya di hadapan Allah swt.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna . kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih
[Surat Asy-Syu’ara 88-89]
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”. (HR. Muslim)
Haji mengajarkan kepada kita bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah dan yang membedakannya hanyalah nilai ketakwaan, rasa tanggungjawabnya yang tinggi dalam kehidupan serta jejak kemanfaatannya bagi sekitar.
Serta haji juga mengajarkan pada kita untuk benci pada kemungkaran yang disimbolisasikan pada aktivitas melempar jumrah.
Dua hal inilah yang menjadi landasan dalam menguatkan bangunan kebangsaan kita ini. Jika suatu bangsa ingin tetap kuat dan kokoh maka pertama haruslah seluruh SDM bangsa harus memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi atas bangsanya dengan mengoptimalkan masing-masing potensi dirinya untuk memberikan kontribusi terbaik bagi kejayaan bangsanya dalam sebuah bingkai ketakwaan yang tinggi kepada Allah swt. Dengan modal takwa inilah maka Allah akan membukakan pada negeri itu keberkahan yang luas.
Allah swt berfirman :
(وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
[Surat Al-A’raf 96]
Yang dengan demikian kemudian Allah swt akan menjadikan negeri itu negeri yang sejahtera , gemah ripah loh jinawi , penuh ridho dan ampunan Allah swt.
(لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ)
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.
[Surat Saba’ 15]
Baldatun thayyibah adalah negeri yang aman makmur sentosa, negeri yang berdaulat, yang penduduknya bertanggungjawab atas negerinya sendiri (memiliki nasionalisme yang tinggi), negeri yang mampu mengelola kekayaan negerinya sendiri bebas dari cengkeraman bangsa lain, negeri yang tanah air dan udaranya subur bersih dan makmur, negeri yang mampu menyelaraskan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya, dan negeri yang mampu menjaga dan merawat serta mengembangkan seluruh potensi alamnya dengan baik dan jauh dari exploitasi yang merusak kesinambungan kehidupan
Landasan kekuatan bangsa yang kedua adalah kesediaan untuk menjaga negerinya dari segala hal yang merusak. Sebab percuma kita membangun namun disaat yang bersamaan kita membiarkan orang lain merusaknya. Kesediaan melakukan amar makruf nahi mungkar inilah yang akhirnya mendatangkan ampunan Allah swt. Sehingga jadilah negeri ini sebagai negeri yang aman tertib jaya sentosa, toto tentrem kerto raharjo, baldatun thayyibatun warabbun ghofur.
Allahu akbar 3x
Akhirnya diakhir kesempatan khotbah ini, marilah kita renungkan perkataan ibnu rajab terkait iedul adha atau iedul hajji ini bagi yang tidak melaksanakan haji tahun ini :
من لم يستطع الوقوف بعرفة. فليقف عند حدود الله الذي عرفه.
Barang siapa belum bisa melakukan wukuf di ‘Arafah, hendaklah ia wuquf (berhenti) pada batasan-batasan syariat Allah yang telah diketahuinya.
ومن لم يستطع المبيت بمزدلفة. فليبت على طاعة الله ليقربه ويزلفه.
Barang siapa belum bisa mabit (bermalam) di muzdalifah, hendaklah ia mabit di atas ketaatan kepada Allah guna merapat dan mendekatkan diri kepada-Nya.
ومن لم يقدر على ذبح هديه بمنى. فليذبح هواه ليبلغ به الُمنى.
Barang siapa belum mampu menyembelih binatang hadyinya di Mina, hendaklah ia menyembelih hawa nafsunya tuk meraih harapan yang diidamkan.
ومن لم يستطع الوصول للبيت لأنه بعيد. فليقصد رب البيت فإنه أقرب إليه من حبل الوريد.
Barang siapa belum bisa mencapai Baitul Haram karena jauh, hendaklah ia meniatkan Rabb Baitul Haram karena Ia lebih dekat dari pada tali urat.
Semoga khotbah ini memberikan banyak pelajaran kepada kita untuk senantiasa semakin dekat pada Allah dan semakin banyak memberikan kemanfaatan bagi kehidupan.
Allahu Akbar 3x
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
KH. Akhmad Muwafik Saleh dosen FISIP UB, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir al Afkar