KANAL24, Jakarta – Pemerintah memutuskan untuk membatalkan penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini. Kebijakan itu membuat BUMN penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan kehilangan potensi pendapatan sebesar 10%.
Direktur Utama Garuda, Irfan Setiaputra, menegaskan pihaknya siap mengikuti arahan dari pemerintah. Irfan menyatakan Garuda (GIAA) telah mempersiapkan diri untuk merelakan hilangnya potensi pendapatan dari penerbangan haji.
“Penerbangan haji itu berkontribusi sekitar 10 persen terhadap pendapatan Garuda Indonesia (GIAA) di tahun-tahun sebelumnya. Maka, kami akan mengandalkan pendapatan dari tempat lain,” kata Irfan, Selasa (2/6/2020).
Irfan juga menjelaskan pihaknya akan mengandalkan pendapatan dari segmen penerbangan lainnya. Ini menjadi cara untuk menutupi kehilangan pendapatan dari penerbangan haji. Dia mengatakan
Garuda akan mengandalkan penerbangan kargo dan carter.
Mengutip laporan keuangan Garuda Indonesia (GIAA) tahun 2019, pendapatan haji berkontribusi sebesar USD249,9 juta. Sementara total pendapatan tahun lalu mencapai USD4,57 miliar. Dengan demikian, kontribusi pendapatan haji pada tahun lalu sekitar 5,47% dari total pendapatan.
Sementara penerbangan kargo berkontribusi memberikan pendapatan bagi GIAA sebesar USD326,93 juta. Dari penerbangan carter non-haji, Garuda (GIAA) memperoleh pendapatan sebesar USD15,63 juta.
Utamakan Keselamatan, Menag Tunda Haji 2020
Sebagaimana diketahui, Menteri Agama Fachrul Razi memastikan keberangkatan jemaah haji pada tahun ini dibatalkan. Kebijakan ini diambil karena pemerintah harus mengutamakan keselamatan jemaah di tengah pandemi virus korona yang belum usai.
“Saya hari ini telah menerbitkan Keputusan Menteri Agama (KMA) No 494/2020 tentang Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1441H/2020M,” kata Menag dalam telekonferensi dengan awak media di Jakarta, Selasa kemarin. (sdk)