Kanal24, Malang – Upaya penguatan hubungan ekonomi Indonesia dengan Uni Eropa kian nyata melalui acara bertajuk “Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dan Peluncuran EU Investment Desk” yang diselenggarakan oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM di Jakarta pada Selasa (30/9/2025). Acara ini menandai babak baru kerja sama strategis, dengan target perdagangan Indonesia-Eropa yang dipatok melonjak hingga mencapai USD 60 miliar atau setara Rp 996 triliun pada tahun 2030.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menjelaskan bahwa target tersebut jauh melampaui capaian 2024 yang berada di kisaran USD 31 miliar. “Kalau perdagangan targetnya dari USD 31 miliar di 2024 diharapkan menjadi doubled jadi USD 60 miliar pada 2030,” ujar Rosan.
Baca juga:
Paradoks Rangkap Jabatan Bayangi RUU BUMN
Selain perdagangan, sektor investasi juga menjadi sorotan utama. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan investasi dari negara-negara Eropa ke Indonesia bisa mencapai 18–20 persen per tahun, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan 15 persen selama periode 2020–2025. “Kalau dari investasi, kita mengharapkan pertumbuhannya ini lebih cepat lagi dan tinggi lagi,” tambahnya.
IEU-CEPA Dorong Akselerasi Ekonomi
Kesepakatan substantif IEU-CEPA yang diteken pada 23 September 2025 menjadi landasan utama optimisme ini. Melalui perjanjian tersebut, sebagian besar komoditas antara Indonesia dan Eropa akan terbebas dari tarif bea masuk, membuka ruang lebih luas bagi pertumbuhan perdagangan dan investasi.
Rosan mengungkapkan bahwa dari 2020 hingga pertengahan 2025, investasi negara-negara Eropa di Indonesia mencapai USD 14,5 miliar dengan rata-rata pertumbuhan 15,3 persen per tahun. Angka ini diyakini akan semakin meningkat berkat dibukanya EU Investment Desk, yang berfungsi sebagai pusat fasilitasi dan informasi investasi bagi mitra Eropa.
Investasi Dua Arah
Tidak hanya menargetkan masuknya investasi ke Indonesia, pemerintah juga berambisi menanamkan modal di negara-negara Eropa. Melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Indonesia berencana menggarap sektor pangan dan kesehatan di Eropa.
Menurut Rosan, strategi investasi dua arah ini bukan hanya untuk keuntungan finansial, tetapi juga bertujuan memperkuat transfer teknologi dan pengetahuan. “Sehingga teknologi-teknologi yang sudah maju di sana bisa kita terapkan juga di Indonesia,” jelasnya.
Meski belum merinci nilai investasinya, Rosan memberi sinyal bahwa Danantara akan segera mengumumkan langkah besar dalam waktu dekat. Ia bahkan menyebut rencana investasi pada salah satu perusahaan pangan terbesar dunia yang nantinya juga akan berinvestasi kembali di Indonesia.
Baca juga:
BUMN Tambang Bangun Ekonomi Sirkuler Berkelanjutan
Sinergi Pangan dan Kesehatan
Langkah investasi di sektor pangan dan kesehatan ini dinilai strategis, mengingat keduanya merupakan kebutuhan dasar yang memiliki potensi pertumbuhan besar. Selain menjawab tantangan ketahanan pangan nasional, kerja sama ini diharapkan dapat membawa inovasi teknologi produksi pangan dan layanan kesehatan dari Eropa ke Indonesia.
Dengan demikian, IEU-CEPA tidak hanya menjadi payung kerja sama perdagangan bebas, tetapi juga motor penggerak investasi strategis lintas sektor. Pemerintah berharap kolaborasi erat Indonesia-Uni Eropa dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, membuka lapangan kerja baru, dan memperkokoh posisi Indonesia di pasar global. (nid)