Kanal 24, Malang — GOR Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menjadi saksi berakhirnya gelaran SEA Deaf Games II 2025, ajang olahraga khusus komunitas Tuli se-Asia Tenggara. Lagu Indonesia Raya menggema saat penutupan, menandai keberhasilan Indonesia dalam menyajikan penyelenggaraan yang meriah, tertib, dan inklusif.
Setelah edisi perdana di Kuala Lumpur pada 2022, Indonesia mendapatkan kepercayaan sebagai tuan rumah SEA Deaf Games kedua dengan mengusung tema Winning Through Unity. Sejak 20 hingga 26 Agustus 2025, enam cabang olahraga dipertandingkan: atletik, bulutangkis, bowling, catur, futsal, dan tenis meja.
Komite Olahraga Tuli Indonesia (Porturin) bekerja sama dengan ASEAN Deaf Sports Federation (ADSF) memastikan jalannya pertandingan lancar dan penuh semangat kebersamaan.
Baca juga:
Ini Perbedaan Sepeda Listrik vs Motor Listrik
Penutupan berlangsung khidmat sekaligus meriah, menampilkan parade kontingen dari seluruh negara peserta dan pertunjukan budaya khas Indonesia. Sorak tepuk tangan meriah mengiringi penyerahan bendera ADSF dari panitia Indonesia kepada Malaysia, yang akan menjadi tuan rumah edisi berikutnya di Penang pada 2027.
Prestasi Indonesia Stabil di Peringkat Tiga
Dalam perolehan medali, Indonesia menutup ajang dengan 35 medali (4 emas, 14 perak, 17 perunggu). Hasil ini menempatkan Indonesia di posisi ketiga, menunjukkan konsistensi atlet Tuli tanah air untuk bersaing di level regional.
Bagi banyak atlet, ajang ini menjadi pengalaman internasional pertama. Dukungan masyarakat Indonesia, terutama di cabang futsal dan bulutangkis, memberi energi tambahan yang membuat suasana semakin semarak.
Apresiasi Internasional untuk Indonesia
Penyelenggaraan SEA Deaf Games 2025 menuai pujian luas. Mulai dari kerapian manajemen pertandingan, aksesibilitas fasilitas, hingga ketersediaan juru bahasa isyarat di semua cabang, semuanya diapresiasi oleh peserta maupun federasi.
Federasi Olahraga Tuli ASEAN (ADSF) bahkan mengunggah ucapan terima kasih di media sosial resmi mereka: “Kami sangat mengapresiasi upaya tim Indonesia yang telah membuat SEA Deaf Games II berjalan sukses. Semoga semangat ini terus terjaga di edisi mendatang.”
Baca juga:
Film “Ingatan dari Timor” Ajak Refleksi Sejarah dan Rekonsiliasi
Harapan ke Depan
Bagi Indonesia, pengalaman sebagai tuan rumah menjadi tonggak penting dalam membangun ekosistem olahraga inklusif. Ajang ini membuktikan bahwa penyandang disabilitas Tuli memiliki ruang yang sama dalam dunia olahraga.
Ke depan, prestasi atlet Indonesia diharapkan dapat meningkat dengan persiapan lebih matang, sehingga mampu menyaingi dominasi negara tetangga. Sementara itu, estafet solidaritas akan berlanjut dengan Malaysia sebagai tuan rumah 2027.
SEA Deaf Games 2025 meninggalkan pesan kuat: inklusi bukan sekadar slogan, tetapi kenyataan yang bisa diwujudkan melalui panggung olahraga internasional. (han/nid)