KANAL24, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bahwa industri makanan dan minuman (mamin) menjadi salah satu motor penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Walaupun terdampak pandemi Covid-19, PDB industri mamin masih mampu tumbuh positif sebesar 2,54 persen pada tahun 2021 lalu.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan industri mamin juga berkontribusi sebesar 38,05 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas. Capaian tersebut menjadikan industri mamin sebagai subsektor dengan kontribusi PDB paling besar.
Pada tahun 2021, nilai pengapalan industri mamin mencapai USD44,82 miliar atau berkontribusi sebesar 25,3 persen terhadap ekspor industri pengolahan nonmigas. Neraca perdagangan industri mamin pada tahun 2021 surplus sebesar USD31,52 miliar.
“Sementara itu, di sisi lain, minat investasi di bidang industri mamin di Indonesia juga masih cukup besar, yaitu mencapai Rp58,9 triliun di tahun 2021,” sebut Agus.
Salah satu sektor penopang kinerja industri mamin adalah industri pengolahan susu, yangmendapat prioritas pengembangan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
“Namun demikian, industri ini masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku, karena sampai saat ini sekitar 0,87 juta ton atau 21 persen bahan baku merupakan Susu Segar Dalam Negeri ( SSDN ),” tutur Agus.
Bahan baku yang masih didatangkan dari luar negeri, di antaranya dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, butter milk, dan whey . Dalam periode lima tahun terakhir, pasokan SSDN tumbuh rata-rata 0,9 persen per tahun, sedangkan kebutuhan industrinya tumbuh hingga 6 persen per tahun.
Kemenperin mencatat, sebagian besar produksi SSDN berasal dari Pulau Jawa, terutama Jawa Timur sebesar 534 ribu ton (56 persen dari total produksi SSDN ), Jawa Barat 293 ribu ton (31 persen), dan Jawa Tengah 100 ribu ton (11 persen). Ketiga provinsi tersebut menyumbang produksi susu segar sebesar 98 persen dari produksi susu segar nasional. (sdk)