KANAL24, Jakarta – Operator Telko akan terus meningkatkan kapasitas jaringan datanya karena konsumsi jaringan data yang tinggi yang sejauh ini telah melampaui ekspansi jaringan, apalagi dengan keharusan menuju ke ekspansi jaringan 5G di masa mendatang. Hal ini merupakan ceruk bisnis besar bagi perusahaan penyedia jasa menara telekomunikasi seperti PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Tim Analis Indo Premier Sekuritas, Senin (14/10), memaparkan bahwa konsumsi data per data BTS di Indonesia terus meningkat (di level 10TB / BTS, masih lebih rendah dari China 15TB/BTS dan India 13TB/BTS), sehingga mengakibatkan kendala kapasitas jaringan.
Di posisi saat ini, pendapatan komitmen TBIG dan TOWR masing-masing sudah mencapai Rp23 triliun dan Rp30 triliun selama 10 tahun mendatang dari ekspansi kapasitas 4G saja.
Potensi tersebut tentu akan jauh lebih besar dengan “anugrah” berupa keharusan operator telko melakukan ekspansi ke jaringan 5G.
Tim Analis Indo Premier mengasumsikan sejumlah menara untuk BTS 4G juga dibutuhkan untuk cakupan 85% populasi 5G, yang berarti kontrak senilai lebih dari Rp135 triliun akan datang ke industri menara. Jumlah kontrak tersebut terhitung konservatif, mengingat frekuensi spektrum yang lebih tinggi yang digunakan oleh jaringan 5G akan membutuhkan lebih banyak BTS dibandingkan dengan jariangan 4G untuk mendapatkan jumlah jangkauan yang sama.
“Kami menskenariokan TBIG akan menambah 1.000 MCP selama 10 tahun dan memperluas portofolio MCP menjadi 10.000 unit. Nilai TBIG per saham akan naik sebesar Rp2.100,” tandas Tim Analis.
Ditambahkan Tim Analis, pembelian menara dengan kelipatan lebih rendah valuasi perusahaan mungkin akan meningkat. Namun, dalam jangka panjang, biaya bunga yang lebih tinggi dapat melemahkan laba, yang terjadi setelah akuisisi menara XL dan KIN oleh TOWR. Penggabungan antara XL dan Hutch juga akan menimbulkan risiko pada TOWR karena akan ada perkiraan 7.200 lokasi bersama yang berisiko, yang bernilai hampir 20% dari pendapatan dan Ebitda 2019 perseroan.
Menurut data Tim Analis, saat ini sektor menara telah mengungguli IHSG sebesar 37% secara tahun berjalan (YTD), di mana saat ini diperdagangkan pada 10,2x EV/EBITDA (vs rata-rata 5 tahun 11,9 kali) terutama karena kenaikan harga saham TBIG, yang oleh Tim Analis dijadikan pilihan utama di sektor menara (top pick).
“Kami pikir masih ada beberapa sisi positif untuk sektor ini dan sahamnya, karena akan menjadi penerima manfaat utama dari peluncuran 5G dan lingkungan suku bunga yang lebih rendah (di tengah leverage yang tinggi),” tambah Tim Analis. (sdk)