KANAL24, Malang – Pendidikan merupakan salah satu hak setiap warga negara yang harus terpenuhi untuk semua kalangan, termasuk pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak yang mengalami kebutuhan khusus memiliki beberapa jenis, salah satunya yaitu anak autis. Autism merupakan bagian dari Autisme Spectrum Disorders (ASD), gangguan perkembangan pada anak dan termasuk satu dari 5 (lima) jenis gangguan Pervasive Development Disorder (PDD).
Banyak Lembaga pendidikan yang memberikan perhatian khusus bagi penderita autis, termasuk SLB Autis Laboratorium Universitas Negeri Malang (SAL UM) yang menampung siswa autis dan telah menyelenggarakan pendidikan dan layanan untuk meningkatkan kemampuan anak autis secara reguler. Meskipun memiliki tantangan yang lebih berkenaan dengan kemandirian siswa, kegiatan belajar SAL UM sejauh ini masih dikembangkan berdasarkan kurikulum umum dengan cara bermain seperti anak pada umumnya.
“Kami berpikir agar ada metode yang lebih sesuai dengan usia mereka sebagai salah satu pembelajaran,” kata Ahmad Miskatul Qulub Mahasiwa FEB UB kepada kanal24.co.id Jumat (18/9/2020).
Menurut Amik sapaan akrbanya, dirinya bersama lima mahasiswa Universitas Brawijaya, Ahmad Miskatul Qulub (FEB 17), Firdaus Finuliyah (FEB18), Anang Prayitno (FAPET 17), Arifiandika (FTP 18), Maulana Rifqy Ferdiansyah (FTP 17), Nurul Fathiyah Wahab (FISIP 17) atau dikenal sebagai TIM WEACTIVE mencoba memberikan alternatif solusi yaitu: Fun Hydroponics Therapy yang merupakan program penerapan metode okupansi sebaga upaya peningkatan kemandirian peserta belajar berkebutuhan khusus. Metode tersebut pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan belajar agar peserta didik terbiasa dengan kesibukan yang terjadwal.
Program yang didanai oleh DIKTI ini menggunakan hidroponik dengan sayuran Brokoli. Rangkaian kegiatan yang dilakukan diantaranya mulai dari penyemaian, pemindahan atau transplanting, perawatan, panen hingga pengolahan hasil panen menjadi brokoli cookies. Adapun sayuran brokoli digunakan karena selain harga yang terjangkau mudah didapatkan, sayuran tersebut juga mengandung Vitamin B6 yang merupakan golongan vitamin yang paling penting karena bersama dengan niasin, asam folat dan kobalamin berperan dalam membantu menggerakkan beberapa fungsi vital manusia seperti pada saraf motorik.
Sebelum adanya pandemi, Fun Hydroponics dirancang untuk langsung diterapkan kepada siswa autis bersama guru dengan menggunakan Deep Flow Technique (DFT). Namun, kondisi pandemi saat ini, SAL UM melaksanakan pembelajaran di Rumah. Oleh karena itu, agar Fun Hydroponics Theraphy tetap dapat dilakukan tim WEACTIVE memberikan cara dengan metode hydroponics wick system yang merupakan jenis budidaya hydroponics yang lebih sederhana sederhana sehingga dapat dilakukan peserta belajar dirumah dengan didampingi orang tua.
“Kami ubah caranya dengan sosialiasasi kepada guru SLB UM dan juga orang tua siswa agar selama pandemi bisa dikerjakan dari rumah,” lanjut Amik.
Tim WEACTIVE melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada mitra yakni guru SDLB Autis Laboratorium UM secara daring. Tim pengabdi juga memberikan buku panduan pelaksanaan Fun Hydroponics Theraphy selama pandemi dan keberlanjutan pasca pandemi untuk memudahkan guru dalam pelaksanaan program. Menurut Bapak Lutfil Amin selaku guru SAL UM menyatakan jika output dari program ini patut untuk diapresiasi karena menghasilkan video dan modul mengenai teknis kegiatan fun hydroponic therapy yang sangat bermanfaat bagi keberlangsungan program ini untuk anak autis yang belum pernah belajar mengenai hal ini. Serta dengan adanya terapi okupasi melalui fun hidroponics banyak hal yang bisa diajarkan dan dilatih kepada ABK Autis terkait tanggung Jawab, disiplin, konsistensi perilaku, interaksi komunikasi, proses dan hasil dan lain lain.
Langkah selanjutnya dari program ini adalah berupa pendampingan proses penjualan produk sehingga tidakhanya menjadi alternatif sumber pendapatan baru, tetapi program ini juga menjadi pilihan kegiatan yang produktif bagi peserta belajar.(sdk)