Kanal24, Malang – Pemerintah Indonesia mengandalkan dua instrumen utama untuk menciptakan lapangan kerja baru: penempatan likuiditas sebesar Rp200 triliun serta paket stimulus 8+4+5 senilai Rp16,23 triliun. Kedua kebijakan ini dipandang sebagai mesin penggerak utama yang akan membuka ruang kerja luas di Tanah Air.
Dalam riset terbarunya, Tim Strategi Makro Samuel Sekuritas Indonesia menilai kombinasi ini bukan sekadar respons jangka pendek, melainkan bagian dari upaya transformasi ekonomi yang lebih dalam. “Pusat dari paket ini adalah komitmen untuk menciptakan peluang bagi lebih dari 3,5 juta pekerja. Hal ini mencerminkan fokus pemerintah pada penyerapan tenaga kerja sebagai saluran utama menjaga konsumsi dan memastikan pertumbuhan inklusif,” tulis laporan yang dirilis Rabu (17/9/2025).
Baca juga:
Dana Segar Rp200 Triliun, Bisakah Perbankan Dongkrak Ekonomi Lesu?
Dorong Daya Beli dan Kualitas Konsumsi
Di sisi permintaan, paket stimulus dirancang untuk memperkuat daya beli masyarakat melalui berbagai intervensi langsung. Program bantuan pangan ditujukan kepada 18,3 juta rumah tangga, sementara keringanan PPh 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) diberikan kepada pekerja di sektor pariwisata dan industri padat karya.
Selain itu, ada pula potongan iuran BPJS bagi pengemudi, kurir, dan pekerja logistik yang selama ini menanggung biaya operasional cukup besar. Intervensi tersebut diharapkan mampu meningkatkan pendapatan yang dapat dibelanjakan, mengurangi beban rumah tangga, serta mendorong konsumsi di berbagai sektor.
Program revitalisasi perkotaan yang dimulai dari Jakarta juga tak kalah penting. Melalui inisiatif ini, kualitas perumahan akan diperbaiki, sementara pelaku UMKM dan pekerja ekonomi gig memperoleh platform baru untuk berusaha dan berkembang.
Perluas Kapasitas Produksi dan Investasi
Dari sisi penawaran, pemerintah menekankan percepatan transformasi struktural. Hal ini diwujudkan melalui deregulasi di bawah PP 28/2025 dan penyederhanaan perizinan, sehingga investasi baru lebih mudah masuk.
Selain itu, program cash-for-work akan memberikan pekerjaan langsung kepada masyarakat sekaligus membangun infrastruktur penting seperti irigasi, transportasi, dan sanitasi. Di sektor produksi, inisiatif berskala besar seperti peremajaan pertanian, revitalisasi akuakultur di kawasan Pantura, dan modernisasi armada kapal perikanan akan meningkatkan kapasitas output sekaligus daya saing.
Tak hanya itu, sektor perumahan juga menjadi fokus. Melalui skema BPJS dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan, pemerintah berharap dapat mendorong geliat konstruksi yang memiliki efek pengganda besar terhadap industri manufaktur dan jasa pendukung.
Pro-Growth, Pro-Employment, Pro-Stability
Riset Samuel Sekuritas menilai, kekuatan paket stimulus 8+4+5 terletak pada koherensi antara intervensi sisi permintaan dan sisi penawaran. “Pendekatan ganda ini memastikan pertumbuhan tidak hanya dirangsang dalam jangka pendek, tetapi juga dipertahankan dalam jangka menengah melalui peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja,” jelas laporan tersebut.
Baca juga:
Industri Rokok Tertekan, DPR Desak Evaluasi Cukai
Namun, tantangan tetap ada. Tanpa tata kelola yang baik, implementasi program berpotensi terjebak pada korupsi atau beban fiskal berlebih. “Transparansi dan akuntabilitas harus benar-benar dijaga agar manfaat program dirasakan masyarakat luas,” tegas riset Samuel.
Dengan sinergi antara kebijakan likuiditas dan paket stimulus, pemerintah optimistis mampu menciptakan iklim ekonomi yang pro-pertumbuhan, pro-lapangan kerja, sekaligus menjaga stabilitas. Langkah ini diharapkan bukan hanya menjadi jawaban atas tantangan jangka pendek, melainkan juga fondasi bagi transformasi ekonomi Indonesia di masa depan. (nid)