Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa bagi umat Muhammad, sekaligus menjadi salah satu bentuk keistimewaan umat Muhammad itu sendiri. Karena dengan Lailatul Qadar umat Muhammad menjadi lebih mulia dibandingkan umat sebelumnya. Jika umat sebelumnya ada yang mampu mengerjakan Ibadah sepenuh waktu selama 82 tahun atau 1000 Bulan, sementara Allah swt memberikan keistimewaan kepada umat Muhammad cukup hanya dengan ibadah di satu malam saja, yang apabila mendapatkannya (Lailatul Qadar), Maka hal itu telah menyamai ibadah 1000 Bulan bahkan lebih baik daripada itu.
Karena kemuliaan malam Lailatul Qadar itulah, maka Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk berburu malam Mulia tersebut. Hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menetapkan syariat iktikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan agar umatnya dapat memperoleh dan meraih malam teristimewa ini (Lailatul Qadar).
Memang, Nabi hampir saja akan membocorkan waktu turunnya Lailatul Qadar kepada para sahabat pada saat itu, namun tatkala Rasulullah keluar dari rumah, beliau menjumpai ada dua orang yang berbantah-bantahan, sehingga diangkatlah informasi berita tersebut oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis yang diceritakan oleh Ubadah bin Shamit bahwa ia berkata,
خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ ليُخْبِرَ بِليلةِ القَدْرِ، فَتَلَاحَى رَجُلاَنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، فَقَالَ النبيُّ ﷺ: إِنِّيْ خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فتلاحَى فُلَانٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، فَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوْهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
Artinya: Nabi keluar untuk memberitahukan kepada kami mengenai waktu tibanya Lailatul Qadar. Kemudian ada dua orang lelaki dari kaum muslimin yang berdebat. Beliau bersabda, “(Sesungguhnya aku) keluar untuk memberitahu kan kepadamu tentang waktu datangnya Lailatul Qadar, tiba-tiba si Fulan dan si Fulan berbantah-bantahan. Lalu, diangkatlah pengetahuan tentang waktu Lailatul Qadar itu, namun hal itu lebih baik untukmu. Maka dari itu, carilah dia (Lailatul Qadar) pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima (pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan),” (HR Bukhari).
Namun demikian, Para orang-orang Saleh yang telah menjalani hidupnya dengan penuh ketakwaan kepada Allah telah membuat prediksi tentang kapan turunnya Lailatul Qadar berdasarkan pengalaman yang mereka lalui selama bertaqarrub dan tawajjuh kepada Allah swt. Setidaknya ada tiga ulama Solihin yang menuliskan prediksi lailatul qadar tersebut yang pertama Al Imam Al Ghazali di dalam kitabnya i’anatu ath tholibin. Kedua, Syeikh Ahmad al-Shawi al Maliki dalam Kitabnya, Hashiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain. Dan ketiga Al Imam Ibnu qasim Al Ghazi dalam kitabnya Hashiyah al Bajuri.
Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab I’anah Ath-Thalibin menjelaskan prediksi tentang terjadinya malam Lailatulqadar. Disebutkan, pertama, jika awal Ramadhan Ahad maka Lilatul qadar malam 29.
Kedua, jika awal Ramadhan hari Senin maka Lailatulqadar malam 21.
Ketiga, jika awal Ramadhan hari Selasa maka Lailatu qadar malam 27.
Keempat, jika awal Ramadhan hari rabu maka Lilatul qadar malam 29.
Kelima, jika awal Ramadhan hari Kamis maka Lailatulqadar malam 25.
Keenam, Jika awal Ramadhan hari Jumat maka Lailatulqadar malam 27.
Ketujuh, jika awal Ramadhan hari Sabtu maka Lailatulqadar malam 23. (Kitab Ianah Ath-Thalibin: II: 257).
Sementara Syeikh Ahmad al Shawi al Maliki seperti yang dijelaskan dala kitab Tafsir Shawi,
pertama, Jika awal Ramadhan hari Ahad maka Lailatulqadar malam 29.
Kedua, jika awal Ramadhan hari Senin maka Lailatulqadar malam 21.
Ketiga, jika awal Ramadhan hari Selasa maka Lailatulqadar malam 27.
Keempat, jika awal Ramadhan hari Rabu maka Lailatulqadar malam 19.
Kelima, jika awal Ramadhan hari Kamis maka Lailatulqadar malam 25.
Keenam, jika awal Ramadhan hari Jumat maka Lailatulqadar malam 17.
Ketujuh, jika awal Raamadhan hari Sabtu maka Lailatulqadar malam 23. ( Kitab Tafsir Shawi :IV:337).
Sementara Imam Ibnu al Qasim al Ghazi dalam Kitab Hasyiyah al Bajuri. Menyebutkan diantaranya :
pertama, jika awal Ramadhan hari Ahad maka Lailatulqadar malam 27.
Kedua, jika awal Ramadhan hari Senin maka Lailatulqadar malam 29.
Ketiga, jika awal Ramadhan hari Selasa maka Lailatulqadar malam 25.
Keempat, jika awal Raamadhan hari Rabu maka Lailatulqadar malam 27.
Kelima, jika awal Ramadhan hari Kamis maka malam ganjil setelah malam 20.
Keenam, jika awal Ramadhan hari Jumat maka Lailatulqadar malam 29.
Ketujuh, jika awal Ramadhan hari Sabtu maka Lailatulqadar malam 21. (Kitab tafsir Hasyiyah al Bjjuri, juz I: 304).
Sementara itu terkait apa ciri-ciri dari malam lailatul qadar, Hal ini dapat dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
حَدَّثَنَا حَيْوَة بْنُ شُرَيح، حَدَّثَنَا بَقِيَّة، حَدَّثَنِي بَحير بْنُ سَعْدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَان، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْبَوَاقِي، مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ، فَإِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، وَهِيَ لَيْلَةٌ وِتْرٍ: تِسْعٍ أَوْ سَبْعٍ، أَوْ خَامِسَةٍ، أَوْ ثَالِثَةٍ، أَوْ آخِرِ لَيْلَةٍ”. وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إن أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَة، كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا، سَاكِنَةٌ سَجِيَّةٌ، لَا بَرْدَ فِيهَا وَلَا حَرَّ، وَلَا يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ يُرمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ. وَأَنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً، لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَلَا يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ”
telah menceritakan kepada kami Haiwah ibnu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah. telah menceritakan kepadaku Bujair ibnu Sa’d dan Khalid ibnu Ma’dan: dari Ubadah ibnus Samit, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Lailatul Qadar terdapat di malam sepuluh yang terakhir (dari bulan Ramadan); barang siapa yang melakukan qiyam padanya karena mengharapkan pahala di malam-malam tersebut, maka Allah memberi ampunan baginya atas semua dosanyayang terdahulu dan yang kemudian. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang ganjil, yang jatuh pada malam dua puluh sembilan, atau dua puluh tujuh, atau dua puluh lima, atau dua puluh tiga, atau malam yang terakhir. Rasulullah Saw. telah bersabda pula: Sesungguhnya pertanda Lailatul Qadar ialah cuacanya bersih lagi terang seakan-akan ada rembulannya, tenang, lagi hening; suhunya tidak dingin dan tidak pula panas, dan tiada suatu bintang pun yang dilemparkan pada malam itu sampai pagi hari. Dan sesungguhnya pertanda Lailatul Qadar itu dipagi harinya matahari terbit dalam keadaan sempurna, tetapi tidak bercahaya seperti biasanya melainkan seperti rembulan di malam purnama, dan tidak diperbolehkan bagi setan ikut muncul bersamaan dengan terbitnya matahari di hari itu.
Semoga penjelasan singkat Ini bisa memberikan informasi dan pemahaman tentang bagaimana cara kita memperolehnya. Semoga Allah memberikan Hidayah petunjuk kepada kita agar kita mendapatkan Lailatul Qadar. Aamiin.(ams)
*)Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang