Kanal24, Malang – Upaya mengatasi persoalan sampah di kawasan bantaran Sungai Jembatan Muharto, Kota Malang, menemukan terobosan baru melalui gagasan kreatif mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya. Melalui proyek bertajuk Otrahum 360 Initiative, kelompok mahasiswa menawarkan model pengelolaan sampah terpadu yang menggabungkan sistem konvensional dan digital, serta melibatkan banyak aktor lintas sektor untuk menciptakan tata kelola yang berkelanjutan bagi masyarakat pinggir sungai.
Program ini lahir dari temuan lapangan bahwa kawasan Jembatan Muhartoāyang sejatinya merupakan area steril menurut aturan tata ruangātidak memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Akibatnya, masyarakat di bantaran sungai menghadapi problem serius terkait penumpukan sampah, sanitasi, dan keterbatasan akses layanan publik. Melalui pendekatan kewirausahaan politik, mahasiswa berupaya menghadirkan solusi yang menjawab kebutuhan masyarakat dan juga mendorong pemerintah untuk menata ulang kebijakan lingkungan di wilayah tersebut.
Baca juga:
Riset Sawit UB Dorong Solusi Berkelanjutan

Gagasan Otrahum 360 Initiative dipresentasikan dalam rangkaian Project Based Learning mata kuliah Kewirausahaan Politik dalam Ekshibisi Kewirausahaan Politik 2025 ā āCreative Governance for Tackling Urban Problemsā, yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Politik FISIP UB pada Kamis (04/12/2025), di Hall Gedung B, FISIP Universitas Brawijaya.
Presentasi program disampaikan oleh Rachel Laurent, perwakilan kelompok Otrahum 360 Initiative, bersama tim yang menampilkan prototipe aplikasi, sistem sensor sampah, buku tabungan konvensional, hingga skema pengelolaan berbasis multi-aktor.
Bank Sampah Konvensional dan Digital Terintegrasi
Rachel menjelaskan bahwa Otrahum 360 Initiative menyediakan tiga luaran utama: buku tabungan konvensional, sistem sensor āTrace Hopeā, dan aplikasi digital.
Buku tabungan ditujukan bagi warga lanjut usia atau kelompok yang tidak memiliki akses ke teknologi digital. Sistem ini memungkinkan masyarakat menabung sampah dan memperoleh poin melalui pencatatan konvensional.
Sementara itu, Trace Hope bekerja menggunakan sensor volume dan kategori sampah dengan motor servo untuk membantu proses pemilahan. Hasil pemilahan kemudian diintegrasikan dengan aplikasi digital yang dapat diakses melalui bantuan petugas Dinas Lingkungan Hidup.
Poin yang terkumpul dapat dikonversi menjadi insentif, mulai dari subsidi BBM dari Pertamina hingga penjualan produk olahan sampah seperti eco-enzyme.
Enam Aktor, Satu Rantai Pengelolaan Terpadu
Berbeda dari program bank sampah yang biasanya hanya melibatkan satu kelompok, Otrahum 360 memetakan enam aktor utama; Pertamina sebagai pemberi insentif melalui skema CSR dan subsidi BBM, industri manufaktur untuk konversi sampah menjadi RDF atau bahan baku, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk pendampingan pemilahan dan pengawasan aplikasi, Dinas Pekerjaan Umum (PU) terkait penataan bantaran sungai sebagai area steril, kelompok tani sebagai distributor eco-enzyme dari sampah organik, dan masyarakat bantaran sungai sebagai pemilah sampah sekaligus penerima manfaat.
Model kolaboratif ini dirancang agar pengelolaan sampah tidak berhenti pada pengumpulan semata, tetapi benar-benar mencakup rantai dari hulu ke hilir.
Sistem Antrian dan Solusi Kemacetan Kawasan TPS
Rachel menambahkan bahwa prototipe Otrahum 360 juga menawarkan sistem antrian yang mengatur waktu dan volume pembuangan sampah warga. Selama ini, TPS darurat yang muncul di kawasan setempat kerap menimbulkan kemacetan dan hambatan mobilitas.
Dengan sistem antrian digital maupun manual, alur pembuangan sampah dapat lebih rapi, terjadwal, dan tidak menimbulkan penumpukan di satu waktu.
Harapan untuk Pemerintah dan Keberlanjutan Program
Dalam penutup presentasinya, Rachel menyampaikan harapan bahwa pemerintah daerah dapat lebih memberi perhatian pada wilayah-wilayah pinggiran kota yang selama ini kurang tersentuh kebijakan.
āMasyarakat di Jembatan Muharto ini butuh TPS, butuh tata kelola. Mereka bagian dari kota, tetapi kondisinya sering terasa seperti di Kabupaten. Semoga pemerintah bisa melihat lebih dalam persoalan ini dan mendengar suara warga yang terpinggirkan,ā ujarnya.
Selain itu, aplikasi, prototipe sensor, dan buku tabungan konvensional yang ditampilkan di ekshibisi diharapkan dapat diuji coba lebih lanjut bersama warga dan pemangku kepentingan terkait. Kelompok Otrahum 360 juga menyediakan tautan umpan balik agar publik dapat mencoba dan memberi masukan terhadap aplikasi yang mereka rancang. (nid/dpa)









