Kanal24 – Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian negara anggota G20 menyatakan kesiapan untuk memitigasi risiko atas kerawanan pangan. Hal itu disampaikan pada Pertemuan G20 Joint Finance and Agriculture Ministers (JFAMM) yang pertama di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
“Kami menyediakan komitmen sebagai fondasi yang penting untuk penguatan koordinasi dan menjawab tantangan dalam masalah ketahanan pangan,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Washington DC, AS (11/10/2022).
Sri Mulyani menegaskan Presidensi G20 Indonesia berkomitmen untuk menggunakan semua instrumen politik yang tepat untuk mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan, termasuk ancaman kerawanan pangan.
Oleh karena itu, melalui JFAMM, G20 siap melakukan aksi cepat bersama di bidang ketahanan pangan dan gizi, termasuk kerjasama dengan sejumlah inisiatif lainnya.
Selain itu, G20 mendukung peningkatan koordinasi untuk memastikan respons global yang harmonis terhadap ketahanan pangan dan kerja sama dengan inisiatif multilateral lainnya.
Pertemuan tersebut juga menyepakati untuk mendelegasikan tugas kepada FAO dan Bank Dunia dalam pemetaan kebijakan global untuk ketahanan pangan dengan masukan dari para ahli dan organisasi internasional terkait lainnya yang akan diumumkan pada Pertemuan Musim Semi IMF-WB 2023.
Ketahanan pangan akan terus dibahas sebelum KTT G20 pada November 2022. Forum juga akan terus menjaga solidaritas dalam menangani isu-isu penting dengan meminimalkan efek spillover serta mengedepankan semangat konsensus, kerjasama dan kolaborasi.
Inisiatif isu ketahanan pangan global yang berasal dari Presidensi G20 Indonesia akan diperluas ke Presidensi berikutnya pada tahun 2023 di bawah kepemimpinan India.
Isu ketahanan pangan sebelumnya telah menjadi perhatian forum G20. Seperti yang telah disebutkan pada High-Level Seminar: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity maupun Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ketiga pada Juli 2022 lalu.
Pada saat yang sama, organisasi regional, internasional dan beberapa negara telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk mengatasi masalah ketahanan pangan, antara lain UN Global Crisis Response Group (GCRG), The G7 Global Alliance for Food Security (GAFS), The Global Agriculture and Food Security Program (GAFSP), International Finance Institutions Action Plan, dan Global Development Initiative.
Bank Dunia dalam hal ini telah memberikan komitmen 30 juta dolar AS dalam bentuk pendanaan baru atau yang sudah ada untuk proyek ketahanan pangan dan nutrisi selama beberapa tahun ke depan.
Selain itu, Food and Agriculture Organization (FAO) juga menawarkan pengembangan kondisi pasar pangan antara lain melalui G20 Agricultural Market Information System.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Presidensi G20 Indonesia telah menerapkan strategi peningkatan kapasitas produksi untuk menstabilkan harga pangan, menekan inflasi, mengurangi impor dan meningkatkan ekspor pangan.
Strategi ini diterapkan pada beberapa komoditas pangan yang memiliki aspek fungsional dalam memecahkan masalah pada sistem agribisnis pangan guna mencapai efisiensi serta meningkatkan daya saing.
“Pertemuan JFAMM pertama pada hari ini menjadi dasar koordinasi erat yang diperlukan di masa depan untuk menentukan cara terbaik dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan,” tuturnya.