Kanal24, Lumajang – Pemanfaatan potensi lokal sebagai jalan menuju kemandirian ekonomi desa menjadi isu yang semakin relevan di tengah tantangan global dan kebutuhan masyarakat untuk mandiri secara pangan dan finansial. Salah satu potensi yang sering terabaikan adalah jantung pisang—bagian dari pohon pisang yang selama ini dianggap limbah atau sekadar pelengkap sayuran rumah tangga. Padahal, kandungan gizinya cukup tinggi dan dapat diolah menjadi produk makanan bernilai ekonomis.
Berangkat dari kondisi tersebut, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang tergabung dalam program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Kelompok 66, menginisiasi pelatihan bertajuk Pemberdayaan Kreatif melalui Inovasi Pembuatan Abon Jantung Pisang. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (11/7/2025), di Balai Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, dan diikuti oleh ibu-ibu yang tergabung dalam Tim Penggerak PKK Desa Gondoruso.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat, khususnya perempuan desa, dalam mengolah sumber daya lokal menjadi produk bernilai jual tinggi. Selain itu, program ini selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada aspek pemberdayaan perempuan dan konsumsi-produksi yang bertanggung jawab.

Mengolah Potensi Lokal Menjadi Produk Bernilai
Program yang digagas oleh Nazwa Rizqi Wijaputri, mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UB, mengangkat jantung pisang sebagai bahan utama abon. Inovasi ini menjadi menarik karena selain mudah diperoleh di Desa Gondoruso—yang memiliki banyak pohon pisang—jantung pisang juga mengandung serat tinggi dan jika dipadukan dengan daging ayam, akan memberikan asupan protein hewani yang bergizi.
Didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Muhammad Fakhri, S.Pi., M.P., Ph.D, mahasiswa MMD Kelompok 66 menyusun pelatihan ini secara bertahap dan sistematis.
Dalam sambutannya, koordinator Kelompok 66 menyampaikan harapan bahwa kegiatan ini bisa menjadi awal dari lahirnya usaha rumahan yang berkelanjutan. “Program kerja ini bertujuan memberikan ilmu praktis kepada masyarakat dalam mengembangkan ekonomi kreatif berbasis bahan pangan lokal, harapannya kegiatan ini dapat memberi manfaat jangka panjang bagi ibu-ibu PKK,” ujarnya.
Ketua PKK Desa Gondoruso, Ibu Inggih, juga mengapresiasi kegiatan ini. “Kegiatan ini dapat menjadi awal bagi ibu-ibu untuk terus berkarya dan mampu menciptakan produk lokal yang bernilai jual,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi antara jantung pisang dan ayam sebagai abon merupakan ide baru yang sangat potensial dikembangkan.
Edukasi dan Praktik Langsung
Sebelum praktik dimulai, peserta mengisi pre-test untuk mengetahui pemahaman awal mereka. Nazwa kemudian menyampaikan materi mengenai pengertian, manfaat, dan cara memilih jantung pisang yang baik. Menurutnya, edukasi ini penting agar peserta tidak hanya mengikuti praktik, tetapi juga memahami nilai gizi dan potensi dari produk yang akan dibuat.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan abon jantung pisang. Proses diawali dengan memilih jantung pisang dari jenis pisang kepok, pisang klutuk, dan pisang raja. Kemudian, peserta diajak mempraktikkan cara pengolahan, mulai dari pencacahan, pencampuran dengan ayam suwir, penumisan, penggorengan hingga proses pengeringan dan pengemasan. Produk akhir dikemas dalam pouch sederhana yang telah disiapkan oleh tim mahasiswa.
Ibu-ibu PKK terlihat sangat antusias mengikuti seluruh proses, bahkan ikut serta dalam sesi memasak dan aktif mengajukan pertanyaan. Post-test pun diberikan di akhir pelatihan untuk mengevaluasi pemahaman peserta terhadap materi yang telah disampaikan.
Menuju Ekonomi Kreatif Desa yang Berdaya
Pelatihan ini tidak hanya bertujuan memberi pengalaman teknis, tetapi juga menanamkan semangat kemandirian dan kreatifitas dalam mengelola potensi pangan lokal. Harapannya, abon jantung pisang bisa menjadi produk unggulan Desa Gondoruso, baik untuk konsumsi lokal maupun dijual sebagai oleh-oleh khas daerah.
Tim MMD Kelompok 66 berharap pelatihan ini akan menjadi cikal bakal berdirinya usaha mikro di desa, terutama yang digerakkan oleh ibu-ibu rumah tangga. “Kami ingin ibu-ibu PKK tidak hanya belajar membuat abon, tetapi juga memahami potensi ekonominya dan menjadikannya peluang usaha,” ujar Nazwa.
Kegiatan ditutup dengan foto bersama dan pembagian hasil produk abon jantung pisang kepada para peserta. Suasana penuh semangat dan kebersamaan menandai keberhasilan pelatihan ini.
Inisiatif semacam ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki peran strategis dalam mendorong perubahan sosial di pedesaan. Melalui pendekatan kreatif dan berbasis potensi lokal, program MMD Universitas Brawijaya terus menumbuhkan benih kemandirian ekonomi di desa-desa Indonesia.(Din)