Kanal24, Bojonegoro – Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Brawijaya (UB) yang digelar di Kabupaten Bojonegoro tahun ini menorehkan capaian membanggakan. Melalui berbagai inovasi yang dihadirkan mahasiswa, masyarakat desa merasakan manfaat nyata, khususnya dalam sektor peternakan dan pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG). Kegiatan yang berkolaborasi dengan pemerintah desa dan kecamatan ini tidak hanya menjadi ajang pengabdian, tetapi juga sarana membangun kemandirian ekonomi berbasis inovasi.
Drs. Sukaemi, M.Si., Staf Ahli Bupati Bojonegoro, menyampaikan apresiasinya terhadap kreativitas mahasiswa. Menurutnya, hasil-hasil inovasi tersebut bukan hanya relevan dengan kebutuhan masyarakat, tetapi juga sejalan dengan program pembangunan daerah.
Baca juga:
MMD UB Ajak Pelaku Usaha Argosuko Kelola Keuangan Digital
“Dengan adanya kegiatan seperti ini sangat bermanfaat. Yang pertama untuk masyarakat, yang kedua selaras dengan program pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Berbagai inovasi mahasiswa sangat bagus dan perlu tindak lanjut, agar karya tersebut bermanfaat secara berkelanjutan,” ujarnya.

Inovasi Beragam, dari IT hingga Pertanian
Tahun ini, program KKN Bojonegoro mengangkat tema Jaya Asri. Meski begitu, fokus inovasi mahasiswa tidak terbatas pada tema tersebut. Drs. Sukaemi menuturkan bahwa setelah berkeliling ke 40 desa, pihaknya menemukan beragam inovasi, mulai dari pengolahan limbah, teknologi informasi, hingga rekayasa alat sederhana yang berdampak besar bagi masyarakat.
“Saya sangat bangga. Dibandingkan tahun lalu, ada perkembangan signifikan. Mahasiswa kini tidak hanya membuat kompos, tetapi juga inovasi di bidang IT dan teknologi lain yang sangat beragam,” tambahnya.
Contoh Sederhana, Dampak Nyata
Salah satu inovasi yang mendapat perhatian adalah teknologi pengendalian suhu kandang ayam petelur berbasis Internet of Things (IoT) yang diterapkan di Desa Bakalan, Tambakrejo. Teknologi ini dilengkapi pencahayaan otomatis serta sensor kelembaban untuk mencegah heat stress pada ayam, sehingga meningkatkan produktivitas ternak.
“Program ini menunjang Gayatri di Bojonegoro. Lampu dan suhu kandang bisa diatur otomatis lewat smartphone. Saat suhu naik di atas 35 derajat, sprinkler menyemprotkan air untuk menstabilkan suhu. Dampaknya luar biasa bagi peternak ayam,” ungkap salah satu mahasiswa peserta KKN.
Harapan dari Warga
Bapak Nyamiran, Ketua Kelompok Ternak Karya Bersama di Desa Kalangan, Margomulyo, yang menjadi salah satu penerima manfaat program, menyampaikan harapannya agar program ini terus berlanjut.
“Pakan ternak di wilayah kami melimpah. Dengan adanya dukungan inovasi dari mahasiswa KKN, kami berharap bisa meningkatkan kualitas peternakan dan kesejahteraan warga. Semoga ke depan ada program lanjutan yang memperkuat produksi,” ujarnya.
Baca juga:
Bank Sampah Jadi Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Permukiman Malang
Kolaborasi untuk Keberlanjutan
Drs. Sukaemi menegaskan pentingnya langkah komunikasi dan sinergi agar hasil inovasi mahasiswa tidak berhenti setelah KKN berakhir.
“Perlu ada komunikasi dengan camat, kepala desa, dan OPD terkait agar program-program ini berjalan terus. Terutama untuk produksi TTG yang bagus, kita harap bisa diteruskan bersama,” tegasnya.
Dengan antusiasme mahasiswa dan dukungan pemerintah daerah, Bojonegoro menunjukkan bahwa inovasi di tingkat desa dapat menjadi motor penggerak pembangunan dan kemandirian masyarakat. Ke depan, hasil KKN ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberi dampak jangka panjang bagi kesejahteraan warga. (nid/din)