Kanal24, Malang – Membludaknya jumlah peserta Musabaqah Tilawatil Quran Universitas Brawijaya (MTQ UB) XVI 2023 pada keseluruhan cabang musabaqah yang diperlombakan, menjadi salah satu tolak ukur minat mahasiswa terhadap bidang Qur’an.
Dengan antusias audiens yang tinggi, MTQ UB XVI mengadakan Webinar yang bertemakan “Internalisasi Nilai Luhur Al-Quran dalam Membangun Peradaban Berintelektual yang Berjiwa Qurani”. Materi yang diberikan oleh para narasumber bertujuan untuk menjadi bekal bagi peserta dalam mengikuti perlombaan.
Pada kesempatan pertama, panitia mengundang narasumber Ust. Achmad Fauzan Muhson, S.Pd yang merupakan Juara 1 MTQ Internasional Golongan Remaja 2020. Ust. Achmad menyampaikan tips sukses dalam mengikuti MTQ sebagai ajang perlombaan keagamaan Islam dan peserta perlu memperhatikan nilai-nilai kaidah yang dianjurkan.
“MTQ adalah lomba membaca quran secara mujawwad dengan menggunakan qiraat imam ashim riwayat hafsh. Agar penampilan di panggung maksimal, peserta dianjurkan memenuhi kriteria penilaian MTQ, antara lain Tajwid, Fashahah, Suara dan Lagu.” jelasnya
Ust. Achmad menambahkan, gugup dan rasa cemas adalah perasaan yang wajar dialami oleh peserta lomba. Keadaan tersebut harus cepat diatasi karena gejala gugup yang berat dapat mengganggu performa peserta menjadi tidak maksimal. Maka dari itu, perlu adanya cara mengatasi diri dari rasa cemas yang dibagikan kepada peserta.
“Peserta MTQ bisa mencoba cara ini untuk meredakan rasa cemas sebelum mengikuti perlombaan, diantaranya survey lokasi untuk menguasai panggung, berjalan di sekitar area lomba sebelum tampil, mengambil nafas untuk menenangkan diri, memberi afirmasi positif kepada diri sendiri, dan juga banyak-banyak berdoa.” ujarnya
Selanjutnya, acara diisi oleh Usth. Nuriyatul Hidayah, S.Pd selaku narasumber kedua yang merupakan Juara 1 Debat Ilmiah Arab (DIA) Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) XV 2017. Dalam mengikuti DIA, peserta akan menghadapi beberapa kendala atau tantangan yang umum dihadapi. Usth. Nuriyatul menyarankan agar mahasiswa harus mencoba untuk banyak mengeksplorasi pengetahuan umum, kemudian menghadirkannya dalam teknik persuasi yang baik.
“DIA untuk saat ini adalah singkatan dari Debat Kandungan Ilmiah Al Quran berbahasa Arab. Jadi, perlu adanya penguasaan bahasa Arab yang kuat. Selain itu, peserta debat perlu mempersiapkan diri dalam hal pengetahuan topik sekarang.” tutur Usth. Nariyatul
Usth. Nariyatul berpesan kepada audiens bahwa tidak ada keniscayaan bagi peserta ketika mendalami DIA dengan metode yang benar. Maka dari itu, peserta diharapkan untuk tidak takut terhadap persaingan dan nikmati tantangan yang ada.
Menutup webinar, narasumber terakhir yang juga merupakan Juara 1 Musabaqah Khattil Qur’an (MKQ) MTQ Nasional UIN Malang, Ust, Alfiyan Arief Mahfuzhi M.Pd menyampaikan materi terkait Kaligrafi (Khat). Ust. Alfiyan melihat, hierarki Kaligrafi dalam Islam tidak hanya sebatas seni saja, sehingga diperlukan keinginan yang jelas untuk mendalami Kaligrafi (Khat).
“Kaligrafi merupakan bagian dari Al Quran, namun masih banyak yang menyepelekan seni Kaligrafi hanya sebagai keterampilan saja. Padahal, sifatnya lebih luhur. Sehingga, para pelajar khat perlu memperkuat visi misi, seperti menjaga seni peradaban islam, dan juga sebagai pewaris penulis wahyu allah.” jelas Ust. Alfiyan.
Selain itu, diberikan tips yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum mendalami khat, seperti tahap pengetahuan, yaitu memahami perkembangan kaligrafi, jenis gaya kaligrafi, metode pembelajaran, dan alat bahan berkarya. Kedua, tahap artistik, yakni proses untuk membuat sesuatu menjadi aesthetic. Terdiri dari beberapa kriteria. Kriteria yang paling fundamental, yakni kebenaran dan kesempurnaan ayat, kreativitas, orisinalitas, dan penyelesaian yang baik. (rbs)