Kanal24, Malang – United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) melalui laporan tahunan World Investment Report 2025 mencatat bahwa realisasi investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) ke Indonesia sepanjang tahun 2024 hanya sebesar 24,21 miliar dolar AS atau setara Rp397,2 triliun, menggunakan asumsi kurs Rp16.406 per dolar AS. Angka ini menunjukkan kenaikan dari tahun 2023 yang tercatat sebesar 21 miliar dolar AS atau Rp344,5 triliun, namun tetap jauh di bawah data yang dirilis oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, yang melaporkan total FDI sebesar Rp900,2 triliun.
Perbedaan mencolok ini menimbulkan sejumlah pertanyaan, terutama mengenai metodologi pencatatan dan pengklasifikasian investasi oleh masing-masing lembaga. UNCTAD, yang menggunakan pendekatan global dengan standar akuntansi internasional, hanya mencatat FDI murni dan bukan seluruh bentuk investasi yang dilaporkan pemerintah nasional, seperti investasi portofolio atau joint venture yang tidak masuk dalam kategori FDI secara teknis.
Baca juga:
Kendalikan Inflasi Disperindag Gelar Pasar Murah
Meski demikian, posisi Indonesia dalam daftar penerima FDI global menunjukkan perbaikan. Laporan UNCTAD menempatkan Indonesia dalam 20 negara teratas penerima aliran modal asing dunia. Beberapa negara lain yang berada dalam kelompok ini adalah Amerika Serikat, Brasil, Mesir, Uni Emirat Arab, Meksiko, India, dan Vietnam.
“Melihat tujuan investasi teratas, Amerika Serikat tetap menjadi penerima FDI dalam jumlah terbesar dan memimpin dalam proyek greenfield dan transaksi Investment Project Financing (IPF),” tulis UNCTAD dalam laporannya, yang dikutip pada Jumat (20/6/2025).
Namun demikian, jika dibandingkan dengan sesama negara Asia Tenggara, Indonesia masih kalah jauh dari Singapura. Negara kota tersebut menerima aliran modal asing hingga 143 miliar dolar AS sepanjang 2024. Jumlah ini bahkan meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 135 miliar dolar AS, dan menempatkan Singapura sebagai penerima FDI terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Indonesia juga tertinggal dibandingkan negara-negara berkembang lain seperti Cina, Brasil, Meksiko, dan India. Sepanjang 2024, Cina menerima FDI sebesar 116 miliar dolar AS, meski menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 163 miliar dolar AS. Brasil berhasil menggaet FDI senilai 59 miliar dolar AS, turun sedikit dari tahun sebelumnya yaitu 64 miliar dolar AS.
Di sisi lain, Meksiko justru mencatatkan kenaikan dari 36 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 37 miliar dolar AS di 2024. India mempertahankan nilai FDI sebesar 28 miliar dolar AS, sama seperti tahun sebelumnya, namun menunjukkan daya tarik tinggi dalam proyek hijau dengan total 1.080 kesepakatan proyek greenfield dan 97 kesepakatan pembiayaan proyek investasi.
Baca juga:
Diskopindag Dorong UMKM Kenali Strategi Peningkatan Kualitas Produk Usaha
Melihat laporan ini, pemerintah Indonesia diharapkan melakukan evaluasi terhadap daya saing iklim investasi nasional, termasuk penyederhanaan birokrasi, kepastian hukum, dan penguatan stabilitas makroekonomi agar dapat menarik lebih banyak investor asing berkualitas. Selain itu, transparansi data dan kesesuaian metodologi pencatatan juga penting untuk menjaga kredibilitas di mata investor global.
Dengan potensi pasar domestik yang besar dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan daya tarik investasinya. Namun, tantangan dalam kompetisi regional dan global harus segera dijawab dengan kebijakan strategis dan terukur. (nid)