Kanal 24, Banyuwangi – Ribuan pelaku UMKM di Banyuwangi kini memiliki harapan baru untuk berkembang, berkat program inkubasi bisnis Jagoan Banyuwangi. Program ini digagas oleh Dias Satria, S.E., M.App.Ec., Ph.D, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), sebagai bentuk inovasi pengembangan usaha yang menyasar anak muda dan pelaku bisnis pemula di berbagai sektor.
Lewat pendekatan yang unik dan edukatif, Jagoan Banyuwangi berhasil membantu pelaku usaha kecil tumbuh dan menciptakan lapangan kerja baru. Tak hanya di bidang pertanian dan perdagangan, program ini juga melatih para peserta mengelola bisnis digital dan membangun jejaring pasar yang lebih luas.
Baca juga:
Disertasi FT UB: BAC-NPs dan Bunga Telang untuk Anti Radiasi

Pelatihan Bisnis Menggunakan Cara Menyenangkan
Berbeda dari pelatihan usaha kebanyakan, Jagoan Banyuwangi mengusung metode belajar yang tidak kaku. Peserta diajak memahami dunia bisnis lewat pendekatan partisipatif seperti Lego Serious Play, board game, dan simulasi interaktif. Kurikulumnya pun mengadopsi standar dari kampus ternama seperti Harvard dan Stanford University.
“Peserta tidak hanya duduk mendengar materi, tapi langsung praktik membangun ide bisnis. Kami ingin mereka benar-benar siap masuk ke dunia usaha,” ujar Dias Satria, penggagas program.
Tak hanya soal teknik usaha, para peserta juga mendapat dukungan dari berbagai lembaga negara. Mulai dari Kementerian Keuangan yang memberikan akses pembiayaan ultra mikro, OJK dengan edukasi literasi keuangan, hingga Bea Cukai yang mendampingi proses ekspor dan impor produk UMKM.
Bantu Warga, Kurangi Pengangguran
Program ini sudah menunjukkan dampak nyata di Banyuwangi. Lusi Herawati, SE, M.Sc, selaku Kepala Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pemerintahan Pemkab Banyuwangi, mengungkapkan bahwa beberapa UMKM binaan yang awalnya hanya mempekerjakan lima orang, kini mampu merekrut hingga 20 pekerja.
“Program ini ikut mendorong penurunan angka kemiskinan di Banyuwangi. Dari 8,07 persen di tahun 2021 menjadi 6,54 persen di tahun 2024. Pendapatan per kapita juga naik dari 49,99 juta rupiah menjadi 62,08 juta per tahun,” jelasnya.
Beberapa hasil produk pertanian dari alumni program bahkan sudah menembus pasar Bali lewat kerja sama dengan Lotte Mart. Salah satu alumni juga pernah didapuk menjadi Duta Pertanian di tingkat nasional karena inovasinya.
Terus Menyebar ke Daerah Lain
Kesuksesan Jagoan Banyuwangi menginspirasi lahirnya program serupa di berbagai daerah. Dias mengembangkan model yang sama dengan nama berbeda seperti Cah Preneur di Blitar, Pehneur Kediri, Meg Preneur di Lamongan, dan Kita Tani Muda di Semarang. Namun Dias menekankan, keberhasilan program sangat bergantung pada dukungan pemerintah daerah.
Baca juga:
K3L UB : Sehat Mental dan Ruang Kerja, Kunci Produktivitas
“Banyuwangi jadi yang paling konsisten karena dukungan lintas sektor terus terjaga. Di daerah lain, kalau kepemimpinannya berganti dan tidak melanjutkan program, sering kali ekosistemnya berhenti,” ujar Dias.
Program Jagoan Banyuwangi mencakup tiga bidang utama: Jagoan Tani, Jagoan Bisnis, dan Jagoan Digital. Peserta mendaftar secara individu atau kelompok minimal dua orang, lalu mengikuti pelatihan intensif, mentoring, hingga mendapatkan bantuan modal usaha.
Melalui pendekatan edukatif, kolaboratif, dan menyenangkan, Jagoan Banyuwangi membuktikan bahwa membangun UMKM bukan hanya soal modal, tapi juga soal membentuk ekosistem yang kuat dan berkelanjutan. (han)