KANAL24, Malang – Usia yang masih muda bukanlah halangan dalam menimba ilmu agama. Hal tersebut cocok untuk menggambarkan sosok pendakwah cilik berbakat bernama Janata Lavanya Leticia Zulkarnain. Meskipun baru 7 tahun, namun Janata Lavanya atau yang lebih dikenal dengan panggilan Vanya tersebut sudah sering mengikuti berbagai lomba umum hingga keagamaan seperti dai cilik, bahasa inggris, dan puisi hingga tingkat nasional. Gadis kecil yang kini menginjak kelas 2 di SD Islam ASWAJA Malang ini bahkan sudah sering tampil berdakwah di berbagai kesempatan.
“Biasanya kalau setiap hari rabu begitu siaran dakwah di RRI untuk mengisi tausiyah, kemudian kalau ada kesempatan biasanya juga diajak oleh rekan atau kenalan untuk sekedar dakwah juga di Mushola,” ungkap Abi Husein Zulkarnain, ayah dari Vanya kepada Kanal24, Selasa (27/6/2023)
Berbagai prestasi ditorehkan Vanya disetiap kegiatan lomba yang diikuti. Prestasi yang diraih tersebut antara lain Juara 1 Olimpiade Bhs. Inggris Online Nasional tingkat SD Kelas bawah 2022, Juara 2 Tahfidz Qur’an online tingkat Nasional (2022), Juara 3 Dai Kecil tingkat Malang Raya (2022), Juara 2 Dai Kecil tingkat Kota Malang yang di selenggarakan Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Malang 2023 yang akan ke tingkat Provinsi di bulan Agustus, serta Juara 1 lomba Puisi tingkat Nasional SD kelas bawah tahun 2023.
Meskipun dapat dibilang aktif sebagai dai cilik dan mengikuti berbagai lomba, namun Vanya juga sama seperti anak-anak kecil pada umumnya yang menggunakan sebagian waktunya untuk bermain. Bagi Vanya, semua mempunyai porsinya masing-masing. Sebagai siswa sekolah dasar, dirinya menghabiskan sebagian besar waktu belajarnya di sekolah layaknya siswa lainnya hingga pukul empat sore. Sepulang dari sekolah, Vanya pun melanjutkan rutinitasnya dengan mengaji di sore hari dan belajar untuk pelajaran esok hari pada malam harinya. Jika ada waktu luang gadis berhijab ini menggunakan waktunya untuk bermain.
Dibalik sosok sukses Vanya sebagai dai cilik, hal ini tentu tak lepas dari peran orang tua yang sama hebatnya. Vanya mengaku bahwa selama ini, Abi dan Umi adalah sosok yang selalu mendorong Vanya dalam berkembang. Vanya juga menyatakan bahwa kemampuan berdakwah yang ia miliki merupakan sesuatu yang diperolehnya melalui bimbingan Abi selama dirumah.
“Sebenarnya kalau untuk lomba-lomba sudah kami dukung sejak lama mulai dari lomba menggambar, mewarnai, bahasa inggris, dan hasilnya alhamdulillah sekali, sudah banyak yang dia juarai. Tapi untuk lomba dai kecil ini baru mulai sekitar 4 bulan yang lalu ketika mengikuti lomba Dai kecil dari Dinas Pendidikan. Kemudian kami lihat perkembangannya, dan dari Vanya sendiri kelihatan nyaman dan enjoy ketika berdakwah. Jadi dari sini kami dukung sebisa kami agar Vanya bisa jauh lebih berkembang dibidang ini,” lanjut Abi Husein.
Sebagai orang tua, baik Abi maupun Umi dari Vanya percaya bahwa di tengah padatnya kegiatan, hak dan kewajiban orang tua kepada anak harus tetap dijalankan secara seimbang. Orang tua sebisa mungkin harus menjadi sosok yang supportif dan mengerti kondisi anak saat ini. Kedua orang tua Vanya menyadari bahwa pola pembelajaran di masa sekarang dan dulu itu sudah jauh berbeda. Di era kini, sekolah dasar mulai menarapkan sistem full day school yang mewajibkan anak-anak harus pulang sekolah sore bahkan sampai malam. Untuk itu, sebagai orang tua dirumah, keduanya berupaya untuk bisa mewujudkan pola belajar dirumah yang menyenangkan agar nantinya Vanya mampu menyerap materi secara lebih mudah dan tidak merasa jenuh ketika belajar.
Abi dan Umi dari Vanya juga menuturkan bahwa afirmasi serta motivasi dari orang tua sangatlah utama sebab hal ini mampu mengurangi perasaan terbebani yang dirasakan oleh anak. Alhasil, anak mampu tumbuh dengan lebih percaya diri dalam segala hal.
“Menurut kami sebagai orang tua, sebenarnya anak yang hebat itu bukan semata-mata dari orang tua. Kami percaya bahwa setiap anak yang lahir itu merupakan seniman dan kami sebagai orang tua tinggal memotivasi dan mengasahnya saja. Kalau dari kasus Vanya sendiri, sedari kecil, dia selalu punya keinginan untuk “I always number one” begitu, jadi sebagai orang tua, sebisa mungkin kita ajak Vanya untuk mencoba hal-hal baru dan mengarahkannya ke hal-hal yang positif.”
Orang tua Vanya juga merupakan sosok orang tua yang sangat paham akan kecanggihan teknologi saat ini, hal ini mendorong keduanya untuk bersikap protektif dengan sebisa mungkin memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan sebaik-baiknya. Bukan hal baru bahwa di era kini, anak selalu menyukai game yang ada di ponsel. Oleh karena itu, sebagai orang tua maka perlu upaya untuk membatasi penggunaan ponsel bagi anak. Salah satu cara yang dilakukan oleh Umi dan Abi yaitu dengan mengarahkan Vanya untuk bermain game yang bermanfaat dan membantu proses belajar mereka seperti game yang berbasis bahasa inggris. Melalui game tersebut secara tidak langsung maka anak akan mampu mencontoh, meniru, dan mengucapkan kalimat-kalimat berbahasa inggris sehingga mempengaruhi kemampuan speaking secara tidak langsung. Hal ini berujung manis, sebab dari kebiasaan itulah Vanya akhirnya mampu menyabet Juara 1 Olimpiade Bhs.Inggris tingkat Malang raya tahun 2023.
Ketika ditanya tentang cita-citanya dikemudian hari, Janata dengan malu-malu menjawab “Nanti kalau besar pengen jadi Dokter sama hafidz,” pungkasnya. (nal)