KANAL24, Jakarta – Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa kendaraan listrik adalah bagian dari desain besar transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat Peresmian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging Pertama untuk mendukung operasional kendaraan delegasi negara-negara peserta G20.
Presiden Jokowi mengatakan saat ini ketergantungan masyarakat pada bahan bakar minyak (BBM) dan energi fosil semakin tinggi. Ditambah lagi, pemenuhan kebutuhan BBM di dalam negeri, sebagian besar masih impor.
“(Hal itu) Membebani APBN kita, membebani defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan,” kata Presiden Jokowi dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/3/2022).
Jokowi menyebut, kondisi ini tidak boleh lama-lama biarkan. Indonesia harus mencari cara agar bisa mewujudkan kemandirian energi.
Salah satu cara membuktikan komitmen Indonesia dalam melakukan transisi energi, dilakukan dengan penggunaan mobil listrik selama KTT G20.
“Presidensi G20 adalah kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk menunjukkan berbagai komitmen terhadap pengurangan emisi CO2,” ujar Jokowi.
Jokowi menambahkan hal tersebut, sekaligus sebagai showcase bahwa negara Indonesia, menjadi negara terdepan dalam pengembangan kendaraan listrik.
“Mulai dari hulu di Industri baterai dan industri komponen lainnya. Sampai di hilir, pada penyiapan SPKLU dan home charging. Kita tunjukkan pada dunia bahwa ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tengah tumbuh dan berkembang cepat,” pungkas Jokowi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyatakan kesiapan PLN guna mendukung konversi kendaraan BBM ke listrik. Pelaksanaan konversi ini dapat menekan subsidi BBM di APBN , menghemat devisa serta menciptakan kemandirian energi nasional.
“Kalau sebelumnya menggunakan kendaraan berbasis BBM yang berasal dari fosil dan mahal (impor), sekarang digantikan kendaraan listrik yang lebih murah dan diproduksi dalam negeri energinya,” terang dia.
Tak hanya itu, program ini merupakan bagian dari upaya transisi energi bersih untuk mencapai target net zero emission_ pada 2060.
Menurut perhitungan PLN, penerapan kebijakan ini berpotensi dapat mengamankan devisa negara sebesar Rp 2.044 triliun di tahun yang sama.
“Kami tekankan ekosistem kendaraan listrik bukan sekedar bisnis, tapi yang terpenting konversi ini akan menekan emisi karbon yang artinya memberikan harapan ruang hidup yang lebih bersih untuk anak cucu kita,” ungkap Darmawan.(sdk)