KANAL24, Malang – MURI (Museum Rekor-Dunia Indonesia) menganugerahkan piagam penghargaan kepada Kelompok Kajian Kardiovaskular Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB), minggu (4/10/2020) secara daring. Pernghargaan ini diberikan atas rekor penggunaan aplikasi DETAK (deteksi jantung secara cepat dan akurat), deteksi dini serangan jantung oleh peserta beresiko tinggi dengan jumlah terbanyak yakni 1.131 pengguna (mulai pukul 08.00 – 10.00 WIB).
Pemecahan rekor MURI ini juga dalam rangka Dies Natalis UB ke 58.
Piagam penghargaan ini disampaikan secara virtual oleh founder MURI, Jaya Suprana. Dalam sambutannya, Jaya mengatakan bahwa rekor hari ini sangat bermakna bagi bangsa Indonesia bahkan termasuk dirinya, sebagai seorang yang memiliki resiko tinggi untuk terkena penyakit jantung.
“Jadi ini telah dilakukan dalam rangka menyambut hari jantung sedunia 29 september 2020. Rekor ini melibatkan lebih dari 50 dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter umum dan jejaring komunitas kardiovaskular dari Malang, Blitar, Lumajang, Pamekasan, bahkan Kalimantan Barat,” terangnya.
Lanjutnya, penyakit jantung ini bukan penyakit dengan angka prevalensi yang tinggi di Indonesia dan upaya terus dilakukan untuk membantu pasien mendapatkan bantuan faskes yang murah dan praktis. Prodi PPDS ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah FKUB mengembangkan aplikasi deteksi dini serangan jantung dengan menggunakan ponsel pintar.
“Terima kasih kepada FK UB yang telah memprakarsai kegiatan rekor ini yang sangat perlu dihormati dan dihargai karena akan menjadi suri teladan bagi seluruh RS di Indonesia dan juga fakultas kedokteran kampus lain,” kata Jaya.
Aplikasi DETAK dikembangkan oleh kelompok kajian kardiovaskular FK UB yang inisiatornya adalah Prof. dr. M. Saifur Rohman, SpJP (K), PhD sebagai ketua kelompok kajian tersebut. Saifur menerangkan penyakit jantung ini sangat cepat dan harus segera ditangani. Satu dari tiga pasien yang terkena penyakit jantung di Amerika, tidak sampai ke RS tapi meninggal di jalan. Oleh karena itu, ia dan tim berpikir bahwa pasien harus sudah siap suatu alat yang membuatnya sigap dalam bertindak, tahu kemana harus pergi untuk mencari pengobatan.
“Aplikasi ini dinamakan DETAK karena memang bertujuan untuk mendeteksi kelainan jantung secara cepat dan akurat. Ini yang menjadi penting, dasarnya produk ini berupa Artificial Intelligence (AI) yang kami susun algoritmanya ketika pasien mengalami tidak nyaman atau sakit di dada, siapapun dan dimanapun,” Jelas Wakil Dekan Bidang Akademik FK UB itu.
Pada aplikasi ini, telah tersedia layanan untuk memberikan saran fasilitas kesehatan mana yang dapat didatangi oleh pasien saat terkena serangan jantung. Selain itu, di aplikasi DETAK ini juga dapat membantu mengatasi kepanikan yang dialami oleh pasien.
“Kami di awal membuat algoritma, jadi di awal ponsel ini seolah-olah pasien sudah wawancara dengan dokternya. Kami juga sudah coba berkali-kali aplikasi ini dan ternyata hasilnya sensitif dan spesifik lebih dari 85 bahkan 90 persen sensitifitasnya.
Selain itu aplikasi ini juga sudah mendapat HAKI dan telah bekerja sama dengan ahli IT untuk bisa memberikan manfaat kepada pasien. Kami akan terus berkomitmen untuk terus memperbaharui dan memperbaiki aplikasi ini sehingga dapat berguna untuk masyarakat umum,” tandasnya. (Meg)