Kanal24, Malang — Permasalahan krisis iklim semakin nyata dan kompleks di tengah kehidupan masyarakat saat ini. Berbagai kebijakan dan program telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Malang untuk merespons isu global ini, salah satunya dengan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca yang menjadi perhatian utama. Hal ini disampaikan oleh Lailia Yuslichati Rahmadani, S.T., M.Ling, dalam acara Bilik Suara: Bincang Isu Krisis Lingkungan yang diselenggarakan pada Selasa (03/06/2025).
Sebagai perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Lailia memaparkan bahwa saat ini tantangan terbesar dalam konservasi air dan pelestarian lingkungan hidup bukan hanya berasal dari faktor global, melainkan juga dari pola perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya adaptif dan peduli terhadap isu-isu lingkungan.
Baca juga:
Persada Hospital Edukasi Publik Tentang Penyakit Autoimun

“Permasalahan lingkungan saat ini bukan hanya soal global warming, tapi juga krisis kesadaran. Bahkan untuk perilaku sehari-hari saja, masyarakat kita masih cenderung abai,” ungkap Lailia.
Ia menyoroti bahwa era digital membawa perubahan kecepatan dalam berbagai aspek kehidupan, tetapi sering kali diiringi dengan kurangnya kewaspadaan terhadap dampak lingkungan. Akibatnya, isu lingkungan baru disadari sebagai masalah besar ketika sudah menjadi krisis yang kompleks dan sistemik.
Meski demikian, Pemkot Malang telah mengambil langkah-langkah nyata untuk mengurangi dampak emisi gas rumah kaca. Salah satunya melalui program penanganan persampahan. Lailia menjelaskan bahwa saat ini tingkat pengelolaan sampah di Kota Malang telah mencapai lebih dari 95%, dengan hanya kurang dari 2% sampah yang tidak terkelola. Selain itu, pengurangan sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah mencapai angka di atas 25% melalui berbagai pendekatan seperti komposting dan penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
“Capaian ini menunjukkan bahwa kami tidak hanya fokus pada pengelolaan akhir, tetapi juga pada pencegahan dan pengurangan emisi dari sumbernya,” imbuhnya.
Selain program pengelolaan sampah, DLH Kota Malang juga mengembangkan program Komunitas untuk Iklim yang telah berhasil menciptakan lebih dari 20 lokasi binaan dengan sistem pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu dan mandiri oleh masyarakat. Program ini menjadi bukti bahwa pelibatan warga dalam isu lingkungan dapat memberikan hasil nyata dan berkelanjutan.
Lailia juga menegaskan pentingnya pengawasan terhadap kegiatan usaha dan perizinan lingkungan, yang saat ini menjadi bagian dari implementasi Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Melalui pengawasan ini, DLH Kota Malang berupaya mendorong kepatuhan sektor industri terhadap standar kelestarian lingkungan.
Baca juga:
Internasionalisasi Biomedik: KIBI Jalin Kerja Sama Global
Ke depan, Lailia berharap kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan mahasiswa dapat semakin diperkuat. “Permasalahan ini terlalu kompleks jika hanya diserahkan kepada satu pihak. Butuh sinergi dan gerakan bersama agar pengelolaan lingkungan bisa berkelanjutan,” katanya.
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, Kota Malang diharapkan bisa menjadi contoh kota yang adaptif terhadap krisis iklim dan mampu menyeimbangkan pembangunan dengan keberlanjutan lingkungan. Ajakan untuk peduli dan bertindak bersama menjadi pesan kunci dalam diskusi ini, mengingat krisis iklim tidak lagi bisa ditunda penyelesaiannya.(Nid/Zid)