Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos., M.Si.*
Mengapa dzikir dapat menyelesaikan berbagai persoalan hidup dan menyembuhkan luka hati ?Terdapat beberapa alasan mengapa dzikir dapat menyembuhkan luka hati antara lain :
Pertama, saat orang sedang berdzikir dengan penuh khusyuk maka orang tersebut telah masuk ke dalam area bawah sadarnya (unconsious mind). tempat di mana gelombang alfa dan Theta aktif.
Kedua gelombang otak ini dikenal sebagai super memory, karena sangat bagus untuk menyimpan informasi. Dan juga karena gelombang yang diaktifkan pada saat orang sedang berdzikir adalah kedua gelombang tadi, yang memiliki peranan penting dalam penyembuhan berbagai persoalan psikologi. Karena pada gelombang ini tercipta ketenangan, kedamaian, penerimaan, khusyu’ dan semua kompetensi sikap yang dapat mendukung sembuhnya Luka Hati. Pada gelombang ini seseorang dapat berpikir jernih, damai, tentram, tenang bahagia. hal ini menjadi modal utama bagi upaya penyelesaian berbagai persoalan hidup dan penyembuhan Luka Hati.
Ketiga, dzikir bisa menyingkap hijab, pembatas, penghalang, tirai yaitu berupa setan, hawa nafsu, cinta dunia (yang menjadi sumber dari sebuah masalah, persoalan hidup) yang dapat menghalangi seseorang dari hatinya yang pekerjaannya adalah ingat Allah (dzikrullah). Berbeda dengan organ manusia yang lain, seperti mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, pikiran atau otak untuk berpikir. serta semua organ lain dengan fungsinya masing-masing, sementara hati adalah untuk mengingat Allah . Lalu Bagaimana jadinya jika hati tertutup oleh penghalang tirai hijab. Sementara pada hati yang tenang dan damai, berbagai persoalan hidup akan terselesaikan. Sebagaimana firman Allah :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi (hijab, dinding) antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.[Surat Al-Anfal: 24]
Pada saat hati terhijab, terhalangi, maka hal itu akan jauh dari ketenangan dan Kedamaian, sehingga solusi atas berbagai persoalan hidup akan sulit didapatkan.
Patut diketahui bahwa solusi atas suatu persoalan terletak pada ketenangan, kedamaian hati. Dan cara untuk membuat hati tenang dan damai (sebagai sebuah prakondisi menuju solusi atas problematika hidup, termasuk Luka Hati) adalah dengan berdzikir. Sebagaimana firman Allah :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. [Surat Ar-Ra’d: 28]
Lalu, apa saja syarat agar dzikir yang dilakukan dapat menjadi solusi hidup dan menyembuhkan luka hati :
- Harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan khusyu’ (fokus). Tidak ada sesuatu apapun akan dapat terwujud jika tanpa kesungguhan.
- Harus merasa yakin bahwa dengan berdzikir, menyebut nama Allah, akan berdampak pada ketenangan dan sembuhnya luka serta solusi masalah meyakini bahwa doa dan dzikir kita dikabulkan oleh Allah adalah bentuk husnudzon kita kepadaNya. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mewujudkan apapun kepada hambaNya apabila seorang hamba berprasangka baik kepada Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Hadis Qudsi :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ – وَاللَّفْظُ لِقُتَيْبَةَ – قَالَا: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: يَقُولُ اللهُ : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي، إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً.
Qutaybah bin Said dan Zuhayr bin Harb meriwayatkan – dan lafalnya adalah lafal Qutaybah – bahwa Jarir meriwayatkan dari Al-Amash dari Abu Salih dari Abu Hurairah, yang berkata:: Rasulullah, semoga Allah memberkahinya dan memberinya kedamaian, berkata: Allah Ta’ala berfirman: Aku adalah sebagaimana prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam suatu majelis, Aku mengingatnya. Dalam suatu majelis yang mereka lebih baik dari mereka, jika ia mendekatiku sejauh sejengkal, maka aku akan mendekatinya sejauh hasta, dan jika ia mendekatiku sejauh hasta, maka aku akan mendekatinya sejauh satu depa, dan jika ia mendatangiku dengan berjalan, maka aku akan mendatanginya dengan berlari.
- Saat orang sedang berdzikir, hatinya sedang terkoneksi dengan sumber utama energi kehidupan, yaitu Allah swt. berdzikir adalah bentuk taqarrub mendekat kepada Allah. Di saat seseorang menghadapi suatu persoalan, tidak sedikit dari kita yang mengalami futur, kondisi pikiran dan perasaan melemah, dan tidak sedikit pula dari mereka yang berputus asa. Ibarat baterai handphone yang selalu terpakai hingga kemudian lowbat, maka salah satu cara untuk mengembalikan pada kondisi semula adalah dengan melakukan charging pada sumber energi listrik. Maka tentu pada beberapa saat kemudian akan kembali pulih 100% dan siap untuk dipergunakan lagi.
Demikian pula dengan diri kita, saat kita sedang menghadapi satu persoalan, tidak sedikit kemudian yang lowbat tadi, maka solusinya adalah dekatkan diri kepada Allah. Lakukan banyak berdzikir, maka pasti diri kita akan mengalami dampaknya. Dengan berdzikir, seakan kita sedang mencharging baterai hati dan pikiran kita, yang pada waktunya akan kembali normal 100%, mampu menjalani hidup dengan penuh keyakinan dan semangat dan luka yang ada akan tersembuhkan.
Berdzikir adalah aktivitas mengulang-ulang sesuatu, mengucapkan secara berulang-ulang kalimat afirmasi positif, yang tentunya pengulangan kalimat itu akan memprovokasi pikiran kita. Ketahuilah bahwa tindakan dibentuk oleh konstruksi pikiran, sementara pikiran akan terbangun secara positif apabila terus-menerus diprovokasi melalui afirmasi positif. Berzikir Dengan menyebut nama Allah dengan kalimat-kalimat toyyibah terbaik (afirmasi positif), tentulah akan mampu memprovokasi pikiran sehingga membentuk konstruksi berpikir secara positif, yang pada akhirnya mempengaruhi tindakan. Sebagai contoh, di saat kita berdzikir dengan kalimat “hasbunallah wanikmal wakil “, cukuplah Allah sebagai sebaik-baik penolong, maka apabila kalimat ini dibaca berulang-ulang, diyakini dan dipahami artinya, maka tentu akan memprovokasi pikiran sehingga terbentuk Satu keyakinan bahwa Allah yang akan menyelesaikan urusan kita. Kepasrahan kepada Allah dengan menyerahkan segala urusan persoalan kepadaNya, dengan suatu harapan agar Allah mengambil alih urusan persoalan tersebut. Apabila hal ini dilakukan terus-menerus dengan penuh keyakinan, maka tentulah Allah akan mewujudkan apa yang diyakininya tersebut, yaitu Allah lah yang akan mengambil alihnya. Lalu jika Allah yang mengambil alih urusan persoalan kita, Adakah Sesuatu yang mustahil untuk tidak terselesaikan ?.
Jika anda ingin diselesaikan berbagai persoalan hidupnya dan disembuhkan luka hatinya maka banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah. Insya Allah problematika hidup akan minggat.
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir al Afkar