KANAL24, Malang – Empat mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya melakukan penelitian tentang nilai Tri Hita Karana pada pertanian di Bali, yang merupakan konsep kearifan lokal yang menjunjung tinggi nilai harmonisasi hubungan spiritual, lingkungan dan nilai sosial. Mereka adalah Edwin Setiawan, Zulfikar Dabby A., Ni Wayan Atik S., Mohamad Maulidan, Nala Oktavia.
Kepada kanal24.co.id, perwakilan tim, Edwin Setiawan mengatakan konsep Tri Hita Karana terdiri dari tiga aspek yaitu Parahyangan, Pawongan dan Palemahan, namun pada kenyataannya belum dapat diterapkan secara maksimal untuk mendorong produktivitas pertanian di wilayah setempat. Ditemukan bahwa keberadaan konsep kearifan lokal tidak didukung oleh literasi agraris yang tinggi oleh petani setempat. Literasi agraris merupakan suatu media untuk mendapatkan dan mengolah informasi serta pengetahuan di bidang pertanian, termasuk membaca, menulis hingga berpikir kritis.
“Minat masyarakat terhadap literasi agraris masih sangat rendah hingga berakibat pada rendahnya kontribusi sektor pertanian, terlebih lagi dalam pandemi COVID-19,” katanya, Senin (18/10/2021)
Masyarakat pun akhirnya beralih profesi, dan mengakibatkan pertanian menjadi semakin melemah dikarenakan tingkat kompetensi literasi agraris mereka masih kurang karena tidak memiliki dasar pengetahuan tentang pertanian. Data BPS Bali pada bulan Mei 2021 memperlihatkan adanya penurunan indeks nilai tukar petani sebesar 0,20 persen yang disebabkan rendahnya kesejahteraan petani.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa tingkat literasi agraris petani bali ternyata masih rendah, baik sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. Kami merekomendasikan pemerintah dan media massa melakukan publikasi pertanian Bali dengan menyertakan nilai-nilai Tri Hita Karana guna meningkatkan literasi agraris petani dan masyarakat Bali dan menjaga eksistensi dari nilai-nilai Tri Hita Karana Tersebut, serta membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomian,” tutup anggota kelompok lainnya, Mohamad Maulidan. (Meg)