Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si.*
Tubuh fisik kita adalah wadah tempat di mana jiwa bersemayam. Memang, motor utama yang menggerakkan seluruh tindakan fisik adalah Qolbu. Qolbu adalah pusat kesadaran dalam diri seseorang, pusat spiritual dan emosional.
Sementara itu, jiwa adalah bagian dari diri manusia yang non-jasmaniah (immaterial). Jiwa mencakup pikiran, kepribadian, dan emosi. Jiwa juga dapat diartikan sebagai roh, akal, atau awak diri. Jiwa adalah aspek diri yang dinamis dan kompleks, mencakup keinginan, dorongan dan kecenderungan.
Tidak diragukan lagi bahwa apa yang kita Ucapkan akan meresonansi pada tubuh kita artinya dzikir yang kita ucapkan akan berdampak terhadap fisiologis kita baik pada tingkat sel, jaringan, organ, sistem, hingga organisme secara keseluruhan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala cukup memberikan informasi singkat dan padat tentang bagaimana dzikir dapat menciptakan ketenangan sebagaimana dalam firmannya
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-Ra’d: 28)
Tentu ketenangan hati adalah faktor utama yang pada saat selanjutnya mempengaruhi terhadap fisiologis manusia. Telah banyak para peneliti mencoba untuk memecahkan misteri ini, bahwa dzikir yang dilakukan atau yang diucapkan oleh seseorang akan berdampak pada fisiologis manusia. Berikut adalah beberapa penelitian yang meneliti pengaruh dzikir terhadap kesehatan fisik, antara lain :
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zulkurnain et al. (2012), ditemukan bahwa orang yang melakukan dzikir secara rutin memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dan suasana hati yang lebih positif.
Bahkan di beberapa jurnal ilmiah menyebutkan bahwa bagaimana dzikir dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh, termasuk aktivasi sistem saraf parasimpatis, peningkatan fungsi pernapasan, pengurangan hormon stres, peningkatan hormon kebahagiaan, peningkatan sistem kekebalan tubuh, dan peningkatan kesehatan jantung.
Demikian pula di penelian yang lain para meneliti menyebutkan bahwa peningkatan aliran darah ke otak terjadi ketika seseorang melakukan dzikir atau doa, yang dapat meningkatkan relaksasi dan mengurangi ketegangan.
Di dalam sebuah jurnal yang lain menyebutkan bahwa dzikir dapat menurunkan stres dan kecemasan, meningkatkan perasaan tenang dan damai, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi rasa sakit, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Telah kita pahami bahwa berdzikir, sebagai praktik pengulangan kata-kata atau frasa yang mengingat Tuhan, memiliki pengaruh yang mendalam pada fisik dan mental seseorang. Pengaruh ini bekerja melalui interaksi kompleks antara aspek psikologis dan fisiologis. Berikut adalah beberapa pengaruh dzikir terhadap fisik tubuh:
- Pengaruh pada Sistem Saraf :
Dengan berdzikir akan mereduksi Stres. Dzikir dapat memicu respons relaksasi, menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis (yang bertanggung jawab atas respons “lawan atau lari”) dan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis (yang bertanggung jawab atas respons “istirahat dan cerna”). Hal ini menyebabkan penurunan produksi hormon stres seperti kortisol, yang memiliki efek merusak pada tubuh jika diproduksi secara berlebihan.
Demikian juga, dengan berdzikir akan mendatangkan Ketenangan dan meningkatkan Kualitas Tidur. Sehingga dengan Tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan fisik secara keseluruhan.
- Pengaruh pada Sistem Kardiovaskular:
Berdzikir dapat menghasilkan Penurunan Tekanan Darah dan Detak Jantung. Praktik dzikir yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan detak jantung, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Hal Ini terkait dengan efek relaksasi yang dihasilkan oleh dzikir. - Pengaruh pada Sistem Kekebalan Tubuh:
Berdzikir dapat mencipta penguatan Sistem Kekebalan tubuh seseorang. Stres kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Dengan mengurangi stres, dzikir secara tidak langsung dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh. Emosi positif yang dihasilkan oleh dzikir juga dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. - Pengaruh pada Pernapasan:
Berdzikir juga akan mencipta Pengaturan Pernapasan. Banyak praktik dzikir melibatkan pengaturan pernapasan yang dalam dan teratur. Pernapasan yang teratur dapat meningkatkan oksigenasi darah dan fungsi paru-paru. Karena itulah dengan berdzikir yang diucapkan melalui lisan perlu pula direnungkan setiap makna kalimat yang diucapkan dalam hati pada saat berdzikir sehingga akan menghasilkan suasana khusyuk dan tenang yang mendalam. - Pengaruh Psikologis yang Mempengaruhi Fisik.
Dengan berdzikir juga mengurangi Kecemasan dan Depresi. Dzikir yang sungguh dan khusyu’ dapat membantu mengurangi gejala kecemasan dan depresi, yang keduanya dapat memiliki efek negatif pada kesehatan fisik. Kesehatan mental yang baik sangat penting untuk kesehatan fisik secara keseluruhan. Dzikir dapat meningkatkan perasaan damai, tenang, dan puas, yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan fisik dan mental.
Dalam berdzikir sebenarnya terdapat mekanisme yang terlibat, yaitu :
- Aktivasi Sistem Saraf Parasimpatis: Sistem saraf parasimpatis berperan dalam relaksasi dan pemulihan tubuh. Suara dzikir yang didengar oleh telinga, mata, kulit dan semua anggota badan fisik, seakan teresonansi kalimat positif dengan mekanisme bioenergi dari setiap kalimat yang dibaca tersebut, sehingga tentu akan direspon oleh tubuh dan menjadikan tubuh fisik kita menjadi lebih sehat, lebih tenang dan bahagia.
- Perubahan Gelombang Otak : Dzikir dapat mengubah gelombang otak, mempromosikan keadaan relaksasi dan meditasi.
- Pengaruh Hormonal: Dzikir dapat memengaruhi produksi hormon, termasuk penurunan kortisol dan peningkatan endorfin.
Secara keseluruhan, dzikir memiliki potensi untuk memberikan manfaat fisik melalui efeknya pada aspek psikologis dan fisiologis.
Kesimpulannya bahwa dengan berdzikir, tidak hanya membuat hati dan pikiran menjadi tenang, bahkan beberapa ahli menyebutkan pula tentang dampak dzikir pada fisiologis seseorang. Dzikir memiliki pengaruh positif pada fisik tubuh, seperti memberikan ketenangan, mengurangi stres, dan meningkatkan kesehatan mental, yang pada gilirannya dapat berdampak pada kesehatan fisik. Demikianlah Allah menyatakan dalam FirmanNya :
ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Ankabut: 45)
“Wala dzikrullah Akbar” artinya dengan berdzikir akan berdampak besar bagi diri seseorang, baik secara spiritual, psikis hingga fisik. Setidaknya orang yang berdzikir akan tampak tenang dalam penampilannya. Karena hati, perasaan dan pikiran terjadi ketenangan maka akan lahir kebahagiaan. Kondisi psikologis yang demikian akan meresonansi pada kondisi fisiknya, yaitu orangbyang banyak berdzikir akan mudah tampak tersenyum sumringah sehingga menjadikan wajahnya akan tampak lebih muda dibandingkan orang lain seusianya. Wallahu a’lam.
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar